Belajar Ngonten dari Herma dan Vania, Content Creator asal Surabaya

Value sejati adalah bermanfaat untuk orang lain

Surabaya, IDN Times - Menjadi seorang content creator ternyata tidak melulu harus dari public figure atau selebritas terkenal. Tetapi, mereka yang mampu menghasilkan konten bermanfaat bagi audiens. Seperti Herma Prabayanti (38) content creator TiktTok dan Vania Winola (15) content creator Podcast, keduanya berhasil memikat audiens melalui konten-kontennya.

Herma dan Vania yang merupakan ibu dan anak ini membagi cerita di live Instagram dalam program NgobrolSeru by IDN Times, Jumat (26/11/2021). Simak yuk cerita dua orang di balik kesuksesan konten akun TikTok @hermaprabayanti dan podcast little talks.

1. Berawal dari ketidaksengajaan

Belajar Ngonten dari Herma dan Vania, Content Creator asal SurabayaContent Creator TIkTok, Herma Prabayanti. Dok. pribadi.

Herma menceritakan, awal mula membuat konten hingga viral karena ketidaksengajaan. Saat itu ia memulai pada Juli 2021 saat musim vaksinasi COVID-19. Awalnya ia hanya membuat potongan video yang rutin ia bagikan di instastory. Seiring perjalanan, kemudian ia mengenal TikTok dan berfikir untuk mengembangkan kontennya melalui TikTok itu. Tak sengaja, konten itu langsung viral.

“Bikin konten di Tiktok tidak sengaja, awalnya sering share konten di IG. Story di IG. Karena aku gak bisa nge-dance. Maka, story di IG itu aku kumpulin terus digabungin. Ternyata di TikTok bisa dabbing, terus aku ngedit video disertai dabbing, terus aku kasih backsound, dan aku upload begitu saja. Paginya anakku bilangin kalau ternyata konten itu banyak yang nonton,” kata Herma.

Baca Juga: IWF 2021: Ingin Berkarier sebagai Content Creator? Simak 5 Tips Ini!

2. Mulai produksi konten dengan target dan perencanaan

Belajar Ngonten dari Herma dan Vania, Content Creator asal SurabayaHerma dan Vania saat ngobrol di program NgobrolSeru by IDN Times bareng Fitria Madia. Dok. Capture

Setelah satu konten yang dia buat mendapat respons baik dari netizen, maka Herma mulai tertarik untuk kembali membuat konten lanjutan. Kali ini dia kemas lebih terstruktur dan penuh perencanaan, meskipun sederhana.

“Yang pasti, aku pengin punya akun media sosial itu berisi tentang library-ku, yaitu konten yang tentu isinya bukan keluh kesah saja, tapi langsung ada solusinya. Karena itu harus jadi libraryku, maka aku buat konten yang fun dan ada pesan baik,” katanya.

Selain konten yang memiliki pesan baik, Herma juga mulai memasang target kalau konten yang diupload tidak boleh di bawah 100 ribu viewer. Kemudian target itu dinaikkan sampai 1 juta viewer.

“Karena konten-konten aku selama ini jarang di bawah 100 ribu viewer. Kalau dalam ilmu komunikasi, broadcasting itu harus punya target, awalnya 100 ribu, sekarang 1 juta. Kita rapat redaksi rutin lo sama Vania. Kalau viewer lagi turun, kita harus mainin apa, kadang kolaborasi berdua supaya naik lagi,” katanya.

Herma mengatakan, dia dan Vania sudah punya jadwal dan disiplin untuk menlorkan konten. Bahkan, kalau ada konten yang responsnya gak bagus maka diturunkan.

“Kalau di dunia TV itu kan wajar, ada suatu konten yang gak bagus ya diturunkan. Kami juga membuat perencanaan harian untuk membuat konten. Kalau buntu libatkan engagement netizen. Mengenali segment, karena algoritma udah tersistem. Pastikan itu audience kalian,” katanya.

3. Menggunakan alat sederhana

Belajar Ngonten dari Herma dan Vania, Content Creator asal SurabayaPexels.com/Artem Beliaikin

Alat yang dipakai memproduksi konten dua orang creator ini cukup sederhana. Herma hanya memakai kamera, lampu, tripod, dan iphone untuk merekam voice. Sedangkan Vania lebih sederhana lagi alatnya, ia cukup menggunakan bolpoin, buku, laptop, dan iphone.

Herma juga mengingatkan pada siapapun yang ingin membuat konten video agar meminta izin dulu saat mengambil gambar. “Temen-temen jangan lupa ijin ke orangnya kalau mau ngambil gambar. Itu penting sekali,” katanya.

4. Vania pelajar yang rajin dan tetap bisa hasilkan konten

Belajar Ngonten dari Herma dan Vania, Content Creator asal SurabayaVania Winola (15) content creator Podcast. Dok. pribadi.

Vania mengaku sudah sedari kecil belajar ngonten. Dia memperhatikan kebiasaan ibundanya yang juga bekerja di media televisi, sehingga lebih dini mengerti tentang dunia broadcasting. “Tiap bunda negluarin hp pasti mau ngonten,” katanya.

Namun, membuat konten tidak mengganggu pendidikan Vania di sekolah. Sebab, Vania adalah sosok generasi Z yang disiplin dan bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya. Ia mampu membagi waktu untuk belajar dan ngonten. DIa mulai tidur pukul 22.00 WIB, lalu bangun jam 3 pagi untuk belajar sambil menunggu shalat subuh.

“Produk podcast seringnya sehari itu dibuat dan diupload. Pulang sekolah misalnya, ada daun jatuh, terus aku buat di podcast. Habis shalat magrib bikin skrip, recording, lalu upload. Jadwalnya upload yang bunda dan aku tentuin biasanya Senin dan Kamis,” katanya.

5. Jadi ambassador podcast generasi Z

Belajar Ngonten dari Herma dan Vania, Content Creator asal Surabaya

Vania menceritakan sangat bersyukur bisa menelorkan karya dalam bentuk podcast di little talks. Sebab, menurutnya para remaja yang gak bisa terbuka tentang masalahnya dan butuh teman bercerita, bisa berkomunikasi dengannya melalui kanal ini. Dia bisa membantu teman-temannya lewat podcast.

“Dua episode awal tentang diri sendiri, tentang cinta,” katanya.

Selama ini, Vania juga membuat skrip sendiri. Menurutnya, podcast memiliki value speak up untuk banyak orang. Ini mewakili orang-orang seumurannya yang butuh jalan keluar atas masalah yang dihadapi.

“Dari membuat konten ini, aku mendapat hal positif karena banyak yang percaya kepadaku dan menceritakan kepadaku. Membantu mereka buat aku tersenyum kembali itu buat aku senang,” katanya.

Vania sekarang menjadi remaja yang diperhitungkan dalam dunia podcaster. Bahkan, dia sempat dihubungi platform podcast agar konsisten memproduksi konten-konten yang mewakili generasi Z.

“Karena belum ada orang usia 13-16 tahun yang bikin podcast gini. Jadi, anak umur smp sampai kuliah belum ada. Sehingga saya juga diminta sering-sering buat konten agar generasi Z itu banyak yang download platform itu,” katanya.

Sementara, Herma juga mengakui bahwa ada keuntungan finansial dari ngonten ini. Tapi bagi Herma dan Vania, value bisa berkumpul dengan keluarga adalah keuntungan tak ternominalkan.

“Keuntungan finansial ada. Tapi value yang utama, saya bersyukur sekarang memaksakan diri untuk quality time karena ngonten bareng anak saya. Aku bisa rapat redaksi sama anakku, bahkan suamiku kadang juga bantuin,” katanya.

Baca Juga: Menjanjikan, 5 Alasan Profesi Content Creator Semakin Diminati

Topik:

  • Zumrotul Abidin
  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya