Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250924-WA0106.jpg
Dr Dra Wiwik Dahani MT (63) akan jadi wisudawan tertua di ITS. (Dok. ITS)

Intinya sih...

  • Dr. Dra Wiwik Dahani MT (63) menjadi wisudawan tertua di ITS pada Wisuda ke-132 dengan IPK 3,95 dari program Studi S3 Kimia.

  • Wiwik memotivasi orang-orang untuk semangat menuntut ilmu dan memilih ITS karena kampus impiannya dan lingkungan yang mendukung.

  • Perjalanan pendidikan Wiwik tidak selalu mulus, tetapi berhasil menyelesaikan program doktoral dalam tiga tahun dengan keyakinan dan fokus.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Dr Dra Wiwik Dahani MT (63) bakal menjadi wisudawan tertua di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada Wisuda ke-132, Sabtu (27/9/2025) mendatang. Wiwik wisuda dari program Studi S3 Kimia, Fakultas Sains Analitika Data (FSAD) dengan nilai Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,95.

Dosen Universitas Trisakti yang sudah mengabdi selama hampir 40 tahun tersebut mengungkapkan motivasinya untuk kembali melanjutkan kuliah tak lain karena kecintaannya dalam mengejar ilmu. Selain itu, hal ini juga menjadi bagiannya dalam mencari makna hidup.

“Saya ingin memotivasi orang-orang di sekitar untuk semangat menuntut ilmu, yakni dengan menunjukkan jika saya bisa kenapa mereka tidak,” tuturnya, Rabu (24/9/2025).

Pilihan perempuan yang telah memiliki lima cucu tersebut melanjutkan di ITS juga bukan tanpa alasan. ITS merupakan salah satu kampus impiannya saat masih di SMA, dan Surabaya sebagai kampung halamannya semakin memantapkan hatinya meski harus menempuh perjalanan hampir sepuluh jam jarak Jakarta - Surabaya.

“Teman lama saya banyak yang di ITS, selain itu lingkungannya juga sangat mendukung dan maju untuk doktoral saya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, menurut ibu tiga anak ini, program doktoral Kimia di ITS juga sangat cocok dengan keilmuan yang sedang digelutinya, yakni tentang pertambangan. Disertasi yang diambilnya sendiri membahas mengenai Pembuatan Frother Berbasis Minyak Sawit Mentah dan Karbon Aktif Bambu untuk Pemisahan Monasitdari Tailing Penambangan Timah. Di sana, ia mengulik teknik pengambilan logam tanah jarang di Indonesia yang lebih efisien.

Tentunya, perjalanannya dalam menempuh pendidikan tersebut tak selalu berjalan mulus di usianya saat ini. Kendala fisik sempat menjadi salah satu faktor penghambat utamanya. Bahkan, tepat sebelum sidang promosi doktor, Wiwik sempat dilarikan ke rumah sakit akibat kondisi kesehatannya. Meski begitu, ia mengaku selama kuliah justru kondisi fisiknya lebih baik dibandingkan sebelumnya.

"Mungkin karena saya menjalaninya dengan senang dan sepenuh hati juga,” tambah perempuan kelahiran 24 Mei 1962 ini.

Kendati demikian, keteguhannya dalam melalui tantangan tersebut tak lepas dari dukungan orang-orang di sekitarnya. Walau anak-anaknya sempat mengkhawatirkannya di awal, tetapi akhirnya mereka juga mendukung setelah melihat semangat sang ibu. Selain itu, dukungan dari kampus tempatnya mengajar juga selalu menyertai untuk memudahkannya dalam perjalanan menuntut ilmu.

Melalui segala proses tersebut, perempuan yang hobi berbisnis ini berhasil menyelesaikan program doktoral selama tiga tahun. Ia mengungkapkan bahwa kunci keberhasilannya datang dari keyakinan dan fokus pada tujuan diri sendiri. “Jika kita punya keyakinan, maka mantapkan dan jalani itu dengan sepenuh hati,” tegasnya mengingatkan.

Setelah berhasil mendapatkan gelar doktoralnya tersebut, Wiwik mengaku akan terus berkarya di sisa waktu 1,5 tahun masa kerjanya sebelum pensiun di usia 65 tahun. Sebelum itu, ia ingin memberikan kebermanfaatan sebanyak-banyaknya. “Jika bisa, setelah pensiun pun saya tetap ingin turut berkarya dan memberikan manfaat,” tutur Wiwik berharap.

Pada akhirnya, bukan hanya gelar semata, melainkan segala perjalanan dan proses yang berhasil ditempuhlah yang paling berharga bagi Wiwik. Semangatnya yang teguh sebagai mahasiswa dan seorang dosen ini juga mendukung program Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-4 mengenai pendidikan berkualitas. “Saya harap perjalanan ini dapat menjadi inspirasi generasi muda dalam menuntut ilmu,” tutupnya.

Editorial Team