Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-10-27 at 09.44.34.jpeg
Tiga mahasiswa FEB Unair berprestasi dengan inovasinya. Dok. Humas Unair.

Intinya sih...

  • Tiga mahasiswa FEB Unair juara 1 Syariah Business Plan Competition di Sharia Economics Celebration 18th.

  • Mereka menciptakan gagasan jual beli kredit karbon berbasis teknologi blockchain untuk investasi hijau berbasis syariah.

  • Tim Unair ingin memperluas akses masyarakat terhadap investasi hijau berbasis syariah dan mencari mitra serta investor untuk menguji implementasi ide tersebut di dunia nyata.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Di balik layar laptop dan tumpukan berkas proposal bisnis, tiga mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair) menatap layar dengan cemas. Nama tim mereka baru saja disebut sebagai Juara 1 Syariah Business Plan Competition dalam ajang Sharia Economics Celebration 18th, yang diselenggarakan oleh KSEI FEB Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Tepuk tangan menggema di ruangan, dan senyum lega pun tak bisa disembunyikan.

Mereka adalah Alfino Sindu Prasetya, Faiza Aulia Afifah, dan Muhammad Rauf Alfarizi. Tiga mahasiswa yang membuktikan bahwa gagasan besar tak selalu harus lahir dari laboratorium atau korporasi besar. Terkadang, cukup dari sekelompok anak muda yang peduli terhadap bumi dan memiliki keberanian untuk berpikir di luar kebiasaan.

“Awalnya kami hanya ingin mencari ide bisnis yang tidak sekadar menguntungkan, tapi juga punya nilai keberlanjutan,” tutur Rauf, sang inisiator ide. Dari obrolan ringan di sela kuliah, lahirlah gagasan jual beli kredit karbon berbasis teknologi blockchain, sistem perdagangan karbon yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga selaras dengan prinsip syariah.

Mereka menyadari bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pasar karbon global. Namun, selama ini keterlibatan masyarakat, terutama pemilik lahan kecil seperti petani sawit, masih sangat terbatas. Dari situ, muncul ide untuk mengubah lahan penyerap karbon menjadi aset digital yang dapat diperjualbelikan secara syariah.

Konsepnya sederhana tapi cemerlang: setiap lahan yang tersertifikasi karena kemampuannya menyerap karbon akan dikonversi menjadi token digital, di mana satu token mewakili satu ton karbon. Token ini kemudian dapat diperdagangkan secara transparan melalui sistem berbasis blockchain. “Kami ingin memperluas akses masyarakat terhadap investasi hijau berbasis syariah,” jelas Rauf.

Bagi Alfino, ide tersebut bukan hanya soal bisnis, tetapi juga tentang keberanian untuk memimpin perubahan. “Indonesia punya peluang besar menjadi market leader dalam ekonomi hijau,” katanya penuh semangat. “Dan kami ingin menunjukkan bahwa prinsip syariah bisa menjadi fondasi yang kuat untuk mendukung transisi energi bersih," tambahnya.

Sementara itu, Faiza mengambil peran penting dalam merancang strategi pemasaran. Ia sadar bahwa inovasi tanpa strategi adalah ide yang tak akan berjalan jauh. “Kami menargetkan masyarakat produktif hingga investor hijau. Platform kami berbasis website dan aplikasi agar mudah diakses siapa pun,” terangnya. Ia juga menjelaskan bahwa harga karbon akan dikelola secara dinamis, menyesuaikan kebutuhan pasar namun tetap dalam prinsip keadilan syariah.

Di babak presentasi final kompetisi, tim Unair tampil dengan percaya diri. Mereka tidak hanya menjelaskan konsep teknis perdagangan karbon, tetapi juga menunjukkan bagaimana sistem tersebut bisa membawa dampak sosial dan ekonomi nyata. “Kami ingin masyarakat kecil, khususnya petani, bisa mendapat manfaat langsung dari setiap pohon yang mereka tanam,” kata Rauf.

Ketika pengumuman pemenang dibacakan, suasana berubah hening sesaat sebelum riuh tepuk tangan meledak. Kemenangan ini bukan sekadar piala. Bagi mereka, ini adalah bukti bahwa ekonomi hijau dan prinsip syariah bisa berjalan seiring, bahkan menjadi kekuatan baru untuk membangun masa depan yang berkelanjutan.

Alfino menegaskan, langkah berikutnya adalah mencari mitra dan investor untuk menguji implementasi ide tersebut di dunia nyata. “Kami tak ingin berhenti di lomba. Kami ingin mewujudkan sistem ini agar berdampak langsung bagi masyarakat,” ungkapnya optimistis.

Tim ini percaya bahwa inovasi sejati lahir dari kepedulian. Ketiganya berharap proyek ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk berpikir kreatif sekaligus bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat. “Ekonomi bukan hanya soal untung rugi,” ucap Rauf. “Tapi juga soal tanggung jawab kita terhadap bumi dan kehidupan," pungkasnya.

Editorial Team