Ponorogo, IDN Times – Deretan piala yang memenuhi satu sisi ruang tamu di rumah sederhana milik keluarga Eko Yudianto dan Umi Latifah di Kelurahan Mangkujayan, Ponorogo, bukan pajangan biasa. Piala-piala itu adalah simbol kerja keras dan semangat juang Avan Ferdiansyah Hilmi (19), remaja asal Ponorogo yang baru saja lolos ke Institut Teknologi Bandung (ITB) lewat jalur SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi).
Avan memulai debut kompetisinya sejak kelas 2 SD, lewat lomba-lomba kecil di pusat perbelanjaan. Sejak kelas 4 SD hingga SMA, ia serius mengikuti lomba resmi di berbagai bidang, mulai dari biologi hingga akhirnya berlabuh ke bidang kebumian.
“Baru mulai sering menang itu sejak kelas 6 SD. Puncaknya waktu kelas 2 SMA, saya dapat medali perunggu Olimpiade Geografi dan Geosains (OGG) ITB,” ujar Avan.
Kiprah Avan menarik perhatian pihak kampus. Pada 25 Juni 2025 lalu, dosen Metalurgi ITB datang langsung ke rumahnya, membawa bantuan dari Paragoncorp, berupa laptop, uang tunai, dan produk kebutuhan belajar lainnya.
“Awalnya dikira rumah saya toko piala,” kata Avan sambil tertawa, mengingat momen viral di akun Instagram @santosoim.
Meski diterima di kampus impian, perjuangan Avan belum berakhir. Biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar Rp12 juta sempat membuat keluarganya bingung.
“Sempat ajukan penundaan. Alhamdulillah dibalas ITB bahwa UKT saya Rp0 sambil menunggu pengajuan KIP Kuliah disetujui,” jelas Avan.
Sayangnya, hingga kini Avan belum terdaftar di DTKS, meski sudah diajukan dua tahun lalu. Meski begitu, dia tetap optimis dan berharap bisa kuliah sesuai jurusan impiannya di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB.
“Semoga Bisa Lulus Tepat Waktu…”
Dengan nada haru tapi semangat membara, Avan mengakhiri perbincangan, “Saya berharap bisa memilih jurusan sesuai minat, bisa lulus tepat waktu, dan kelak bisa bantu keluarga.”
Kisah Avan adalah bukti bahwa prestasi tidak mengenal batas ekonomi. Dengan tekad dan kerja keras, anak desa pun bisa menembus kampus terbaik di negeri ini.