IDN Times/Mohamad Ulil Albab
Tidak hanya dengan sepeda onthel keliling mengambil sampah di ruang publik, Novian juga mendirikan pendidikan alternatif tidak berbayar dengan konsep belajar sambil bermain.
Di lingkungan perumahannya, Novian juga mengajak tetangga -tetangganya untuk mendirikan bank sampah, membuat komposter biopori, memanfaatkan got perumahan yang tidak berfungsi sebagai kolam lele hingga membuat kerajinan decoupage dari sampah.
"Di perumahan bikin biopori, dari 26 tinggal 8 yang aktif bikin komposter. Kolam lele di got, dari 7 tinggal 4 yang aktif," ujarnya.
Saat ditanya apa pendapatnya terkait bahaya sampah, Novian menjawab cukup singkat.
"Sampah plastik tidak hanya satu dua sampai puluhan tahun tapi ratusan tahun baru terurai. Kita ini punya anak, punya cucu, apa mereka masih bisa menikmati bumi yang bersih seperti saat ini. Makanya dari lingkup kecil, langsung saya awali dari diri sendiri, keluarga," ujar lulusam Akademi Tekni Keselamatan Penerbangan Surabaya angkatan 2006 ini.
Kepada generasi muda, Novian juga berharap agar bisa menjadi pelopor bijak terhadap sampahnya.
"Kepada pemuda, yang penting jangan buang sampah sembarangan. Kemudian baru biacara kreativitas (kerajinan) soal sampah," ujarnya.
Novian kemudian teringat dengan aksinya menegur orang di jalan, ketika menemui pengendara mobil membuang sampah sembarangan ke luar.
"Saat berhenti di lampu merah, sering saya masukkan lagi sampah yang dia buang ke mobilnya. Dia marah, saya ladeni. 'Banyuwangi sudah mulai berubah, jangan kotori kota saya'," ujarnya.