Momen pengukuhan Prof Aris dan Prof Maftuchah sebagai guru besar UMM. (Dok. Humas UMM)
Di tempat yang sama, Aris menjelaskan mengenai aplikasi teknologi DNA dalam penguatan strategi konservasi sumber daya genetik ternak di Indonesia. Menurutnya beberapa negara yang telah berkomitmen untuk mempertahankan potensi genetik ternak lokal akan terus mengamati tren perkembangan bidang peternakan. Di sisi lain, teknik genetika molekuler diperkirakan akan memiliki dampak yang cukup besar di masa depan. Misalnya tes berbasis DNA untuk gen yang mempengaruhi sifat kualitatif yang sulit diukur saat ini, seperti kualitas daging atau ketahanan terhadap penyakit.
"Teknologi ini membuka jalan menuju kemungkinan kemajuan dalam evolusi biologi, pemuliaan hewan dan hewan model untuk penyakit manusia. Misalnya saja, seleksi genomik yang seharusnya bisa meningkatkan dua kali lipat keuntungan genetik dalam industri susu. Meski begitu, ada tantangan tersendiri. Seperti terjadinya revolusi dalam bidang pemuliaan ternak sebagai alat dan teknik yang berbeda dengan pemuliaan konvensional selama ini.
Aris juga yakin bahwa studi tentang keragaman breed sapi lokal Indonesia berbasis DNA akan mencerminkan variasi genetik mereka dari sisi esensi. Apalagi, saat ini sumber daya genetik sapi-sapi asli Indonesia semakin menurun tajam. Maka studi tentang keragaman breed sapi asli Indonesia semakin penting.
Lebih lanjut, Aris juga menceritakan bagaimana ia dan istrinya selama ini saling mendukung satu sama lain hingga mencapai titel guru besar. Aris menceritakan kisah pada tahun 1994, di mana ia dan istri menikah.
"Kami memiliki penantian panjang selama 9 tahun untuk mendapatkan amanah buah hati. Istri saya harus menyelesaiikan studi di Bogor saat masih hamil serta, saya juga harus bolak balik Malang-Bogor untuk menemani, karena saya masih harus mengajar di UMM," pungkasnya.