Laila, Anak Penarik Becak Bergelar Doktor dari ITS

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials berpengaruh di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa generasi ini tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.
Surabaya, IDN Times - Lailatul Qomariyah (27) terburu-buru mengangkat telepon dari IDN Times. Suaranya terengah-engah. Di sekelilingnya juga terdengar lantunan lagu dangdut. Ia dalam perjalanan menggunakan bus menuju kampung halamannya, Pamekasan setelah diwisuda dengan gelar doktor dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan IPK sempurna, 4,0.
Sudah lulus S3 tepat waktu dengan predikat sempurna tak membuatnya seolah-olah meraih segalanya. Penampilannya tetap sederhana dan suaranya lemah lembut. Ia tetaplah Laila putri sang penarik becak dari Pamekasan.
1. Berasal dari keluarga tak mampu di Pamekasan
Gadis kelahiran Pamekasan 16 Agustus 1992 ini bercerita, program pemerintah wajib sekolah 9 tahun secara gratis membantunya untuk menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), setingkat lebih tinggi dari kedua orangtuanya yang tamatan Sekolah Dasar (SD). Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berbayar pun bisa diatasi dengan bekal beasiswa.
"Dulu yang ranking 1 itu kan dapat beasiswa. Jadi bayar SPP-nya cuma separuh. Alhamdulillah," tuturnya.
Tak ingin menyianyiakan kesempatan yang ada, Laila pun tetap belajar dengan tekun. Akhirnya, ia pun dapat lulus dari SMA tersebut dan diterima di kampus dambaan sejuta umat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.