ilustrasi bullying (IDN Times/Aditya Pratama)
Fikri menceritakan jika sudah lama keluarganya tidak begitu disukai oleh beberapa tetangga yang ada di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Dimulai sejak kakeknya yang merupakan pensiunan tentara mendapat tanah dari Pemerintah Desa (Pemdes) setempat, tapi warga sekitar mengklaim kalau tanah tersebut milik mereka. Tapi singkat cerita kakeknya memang dalam gugatan di pengadilan, sehingga tanah tersebut secara sah milik kakek Fikri.
Setelah itu, seluruh keluarganya pindah ke tanah yang dimenangkan kakek Fikri dan membangun rumah di sana mulai dari tante sampai ibunya. Fikri juga menceritakan jika dulu ternyata di sana banyak lokalisasi yang dijalankan warga sekitar. Tapi karena kedua orang tuanya merupakan PNS (Pegawai Negeri Sipil) membuat tetangga sekitar juga tidak begitu suka atau iri.
"Waktu SD aku tidak mengerti kenapa anak-anak di sana membully aku, yang pasti dari SD kelas 1 sampai kelas 6 aku cukup rajin dan pandai mengaji di antara anak-anak seumuran. Aku waktu itu jadi favorit guru ngaji dan punya banyak teman karena skill bermain bolaku juga bagus," terangnya saat dihubungi pada Sabtu (08/07/2023).
Tapi ada salah satu anak, yang memang terkenal dominan tapi dibarengi sikap nakal. Fikri merasa sepertinya anak itu memendam rasa tidak suka kepadanya sejak lama, tapi ia tidak tahu apa alasannya. Hingga akhirnya saat bermain sepak bola ia tiba-tiba melakukan kekerasan fisik kepada Fikri.
"Saat itu terlihat dia melampiaskan semua rasa tidak sukanya. Setelah itu dia mempengaruhi seluruh anak-anak di desa untuk mengasingkan aku. Mulai dari karang taruna sampai setiap aku datang ke perkumpulan anak-anak di sana selalu dipersekusi. Bayangkan saat itu masih kelas 5 SD dipersekusi anak-anak sampai orang dewasa," bebernya.
Sejak saat itu hari-hari Fikri mulai berubah, setiap ia bermain bola pasti dikeroyok anak-anak lainnya. Tapi Fikri tidak memiliki keberanian untuk membalas, untungnya Fikri masih bisa berlari agar tidak semakin mengalami luka serius.