Sepulangnya dari Inggris, Jibril memutuskan untuk mengambil spesialisasi Kardiologi dan Pembuluh Darah di Universitas Airlangga. Baru sekitar setahun ia menjadi seorang residen, virus corona muncul di Wuhan, Tiongkok. Pemikiran kritis Jibril pun kembali menggelitik. Ia kemudian menulis sebuah artikel analisis mengenai prediksi pandemik COVID-19 berjudul "Bom Waktu itu Bernama Coronavirus: Apa yang Kita dan Pemerintah Harus Lakukan?" yang diterbitkan di salah satu media massa di pertengahan bulan Maret 2020. Artikel tulisannya pun viral dan banyak dibaca hingga sampai ke tangan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
"Saya dipanggil sama Pak Direktur RSUD Soetomo (dr Joni Wahyuadi). Dibilangin kalau tulisan saya bagus lalu saya diminta apa mau membantu di gugus tugas. Padahal saat itu saya tidak kenal sama sekali dengan Pak Dir atau siapa pun di Pemprov," ujar Jibril.
Jibril kemudian ditantang untuk membuat inovasi dalam penanganan COVID-19 di Jatim. Berbekal soft skill terutama problem solving yang telah ia pelajari selama di bangku kuliah, ia melihat salah satu kebutuhan masyarakat yaitu akses penilaian gejala awal COVID-19. Maklum, saat itu tes swab PCR dan rapid test masih belum banyak tersedia. Akhirnya, ia membuat sistem self assesment sebagai layanan pemeriksaan gejala dini COVID-19. Dalam hitungan hari saja, program ini sudah diakses oleh jutaan orang.
"Awal-awal itu semuanya tidak langsung mudah. Saya sebenarnya tidak punya keahlian di bidang IT. Lalu saya harus berkoordinasi dengan Diskominfo dan Dinkes. Di situ saya menempatkan diri untuk mencari solusi bersama, bukan memerintah. Jadi dua dinas ini mungkin dulu kerjanya sendiri-sendiri ya tidak bersinggungan, ketika ada saya jadi duduk satu meja untuk bekerja sama," ungkapnya.
Satu persatu inovasi ditelurkan dari tim yang dikoordinasi oleh Jibril. Tak hanya self assesment, Satgas COVID-19 Jatim juga mengeluarkan peta sebaran COVID-19 secara real time beserta letak rumah sakit, game edukasi, radar bantuan sosial, bahkan sistem untuk rekapitulasi data penambahan kasus COVID-19.
"Dulu awalnya cukup sulit karena saya tidak punya tim sendiri, Sekarang alhamdulillah sudah dipinjami tim. Sekarang juga sistemnya sudah auto pilot tinggal jalan saja," tuturnya.
Seiring bertambahnya waktu, kepercayaan yang diberikan kepada Jibril pun bertambah. Ia juga memikirkan strategi komunikasi kepada masyarakat terutama dalam vaksinasi COVID-19. Salah satunya, ia mengundang influencer-influencer muda untuk memberi pengaruh positif terhadap masyarakat mengenai vaksinasi COVID-19. Selain itu, ia juga dipercaya menjadi Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim.
Jibril pun memetik berbagai pembelajaran yang telah ia dapatkan mulai dari kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, manajemen manusia, komunikasi, dan lain-lain. Namun dua hal yang pasti akan terus dikedapankan adalah kerja keras dan tulus dalam mengerjakan segala sesuatunya. Melayani, akan selalu menjadi dasar setiap langkah yang diambil Jibril.