Cerita Keripik Pisang Naik Kelas, dari Warkop Jadi Buah Tangan Pejabat

Kini sudah jadi oleh-oleh khas Sidoarjo

Sidoarjo, IDN Times - Wiliyah Wiji Astutik ingat betul bagaimana ia merintis usaha keripik pisang empat tahun lalu. Bermodal resep keripik pisang dari mertua, Wili memberanikan diri memulai bisnis keripik pisang. Mulanya ia menawarkan kepada rekan sesama buruh. Respons mereka positif, banyak yang meminta Wili untuk menjual dalam jumlah besar. 

Untuk memperluas pasar ia kemudian merambah ke beberapa warung kopi di sekitar rumahnya. Ia cukup percaya diri karena banyak teman kerjanya yang mendukung. Sayangnya, jalan perempuan Sidoarjo ini tak begitu saja mulus. Dia harus bersaing dengan banyak produsen serupa. Bahkan, demi bisa memperkenalkan produknya, ia pun berkeliling kampung.  

“Saya keliling warung dan kampung sendiri. Jual rencengan, gak malu saya,” kata dia, kepada IDN Times, Selasa, (23/5/2023). Ada kalanya dagangannya ludes. Di hari lain, tak satupun pembeli menghampirinya. Bahkan, ada momen yang akan terus dikenangnya. “Karena saya jual sendirian panas-panas, saya dikira janda. Ada bapak-bapak katanya kasihan, akhirnya memborong jualan saya,” ujarnya mengenang.

Namun, kegigihan Wili mulai berbuah hasil di tahun 2020. Produk keripik pisangnya kian banyak dikenal. Ia kerap mendapat pesanan dari berbagai acara hajatan di kampung. Setelah itu ia masuk dalam komunitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kecamatan Krian.

Dari sana ia mulai mendapat informasi tentang legalitas mulai izin Pelaku Industri Rumah Tangga (PIRT) hingga sertifikasi halal. Dari komunitas itu ia juga kemudian mendapat binaan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Setelah mendapat semua legalitas, produk pisang yang diberi nama dagang Visang itu pun kian dikenal. Keripik pisang milik Wili kini sudah bisa dibeli di berbagai pusat oleh-oleh. Tak cuma itu, Wili menyebut bahwa Visang sudah menjadi buah tangan wajib para pejabat di Sidoarjo. “Bahkan, Visang ini jadi produk unggulan UMKM binaan BRI di Sidoarjo.”

Wili mengatakan bahwa Visang punya keunggulan yang tak dimiliki keripik serupa. Selain lebih tahan lama karena melalui dua kali penggorengan, rasa manisnya juga lebih meresap. Kini, Wili tinggal menikmati buah dari jerih payahnya. Dalam sebulan setidaknya ia bisa mencatatkan omzet hingga Rp5 juta. Bahkan, di momen Ramadan dan lebaran, omzetnya bisa lebih dari Rp30 juta. Kini ia juga mulai melakukan inovasi dengan memproduksi keripik talas, sukun dan gadung. “Pokoknya jadi pengusaha itu jangan gengsi dan harus tahan banting,” kata Wili.

Baca Juga: Cuan dari Sayur, Kisah Petani Urban Manfaatkan Lahan Tidur

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya