Dalu Nuzlul, Millennials Surabaya yang Ubah Wajah Kampung Dolly

#MillennialsInspiratif Jadikan Dolly punya potensi wisata

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials berpengaruh di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa generasi ini tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.

Surabaya, IDN Times - Siapa yang tak tahu Gang Dolly? Sebuah tempat prostitusi yang ada di Surabaya. Dolly yang merupakan kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara. Untungnya,  pada tahun 2014, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, melakukan langkah besar dengan menutup tempat prostitusi itu. Pasca penutupan itu, masalah lain timbul, sosial, terutama dalam hal ekonomi. 

Melihat hal itu, seorang pemuda asli Surabaya bernama Dalu Nuzlul Kirom (30), mencoba untuk mencari solusi. Alumni Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) itu membuat sebuah konsep wisata edukasi untuk kawasan eks lokalisasi itu. 

"Ditutup saja tidak memberi solusi justru itu bukan akhir dari Dolly jadi waktu itu keinginannya adalah ingin mengubah wajah Dolly," kata Dalu kepada IDN Times, Sabtu (1/6). 

Baca Juga: Tuduhan UMKM Dolly Fiktif, Risma: Suruh Ngomong ke Saya

1. Pertama masuk ke wilayah Dolly niat untuk membantu malah diinterogasi

Dalu Nuzlul, Millennials Surabaya yang Ubah Wajah Kampung DollyDok. Pribadi

Namun, upaya Dalu tak mudah. Saat pertama mengutarakan usulan tersebut kepada warga sekitar, ia sempat mengalami penolakan. Maklum, saat itu sedang panas akibat wacana penutupan lokalisasi. Dia masih ingat bagaimana masyarakat Dolly terpecah menjadi dua antara yang pro penutupan dan kontra penutupan lokalisasi.

Kebanyakan warga yang kontra penutupan adalah para pekerja seks komersial maupun muncikari yang mencari uang di Dolly. Selain itu, tak sedikit juga dari tukang parkir yang kontra terhadap penutupan. 

"Waktu itu ada polaritas sikap pro dan kontra," katanya.

Dalu kemudian bersama dengan lima orang temannya mencoba untuk masuk ke dalam warga Dolly yang memang sedang panas. Ketika warga Dolly yang kontra mengadakan pertemuan, Dalu hadir. 

"Saat pertemuan itu kami diinterogasi habis-habisan oleh sekelompok warga yang kontra dengan penutupan. Mereka bertanya apa yang bisa diberikan oleh saya dan kawan-kawan ketika lokalisasi telah ditutup," ujar dia.

 "Diinterogasi begitu jelas membuat kami deg-degan, apalagi kami bertemunya di dalam salah satu rumah yang biasa dijadikan sebagai wisma," ujarnya.

Meski dengan perasaan yang berdebar, Dalu dan kawan-kawan tetap tak bergeming dari lokasi pertemuan. Mereka mencoba mengerti alasan-alasan pihak yang kontra dengan penutupan untuk dijadikan sebagai pertimbangan komunitas yang nantinya bernama Gerakan Melukis Harapan (GMH). 

"Saat itu karena tak ada persiapan apa-apa untuk menjawab pertanyaan yang diutarakan warga yang kontra kami banyak diamnya dan sangat hati-hati kalau komentar," ujarnya.

Tiga hari setelah pertemuan itu, suasana sudah sedikit cair, bahkan Dalu dan kawan-kawan berhasil mengadakan nonton bareng Final Piala Dunia 2014.

"Kami lega bisa mendekati mereka lewat nobar Piala Dunia. Saya masih ingat peristiwa itu. Karena sedang puasa Ramadan kami juga menyiapkan sahur untuk warga Dolly yang menonton bersama kami," katanya.

2. Gerakan ubah wajah Dolly berawal dari kajian hingga petisi online

Dalu Nuzlul, Millennials Surabaya yang Ubah Wajah Kampung DollyDok. Pribadi

Usai Risma menutup Dolly, Dalu bersama dengan anak-anak muda Surabaya kemudian berkumpul. Mereka berdiskusi perihal nasib masyarakat Dolly pasca penutupan terutama dalam pengembangan ekonominya. 

Maklum, sejak Dolly masih buka, perputaran uang di lokalisasi itu bisa Rp1,2 miliar hingga Rp2 miliar. Bahkan, penghasilan seorang juru parkir saja di lokalisasi itu per bulannya bisa mencapai Rp30 juta. 

"Kami berkumpul untuk memutuskan apakah mendukung penutupan atau kontra. Dan teman-teman saat itu memilih untuk mendukung penutupan lokalisasi, akan tetapi Pemkot Surabaya dirasa teman-teman harus jelas soal program pascapenutupan," kata dia. 

Langkah yang kemudian diambil adalah menggalang pendapat warga masyarakat dengan isu penutupan lokalisasi Dolly. Ternyata masyarakat Surabaya banyak yang setuju dengan penutupan itu. 

"Kami galang tanda tangan di Taman Bungkul Surabaya," ujar dia. 

Dengan Elemen Pemuda Surabaya (Emas) Dalu dan kawan-kawan membuat petisi online untuk mengubah wajah Dolly. Gayung pun bersambut, banyak masyarakat yang mendukung petisi itu. Bahkan, Menteri Sosial saat itu, Salim Assegaf Al Jufri, memberikan respon yang positif. 

"Kami kasih hasil petisi ke Pak Menteri Sosial dan kami juga waktu itu diundang juga ke acara deklarasi penutupannya," katanya. 

3. Lahirkan Gerakan Melukis Harapan untuk benahi Dolly

Dalu Nuzlul, Millennials Surabaya yang Ubah Wajah Kampung DollyDok. Pribadi

Usai penutupan, Dalu bersama kawan-kawannya kemudian berkumpul kembali untuk berdiskusi dampak penutupan bagi warga Dolly. Mereka mendengarkan keluhan-keluhan warga yang menolak penutupan. Kebanyakan, kata Dalu, warga yang menolak penutupan lokalisasi merasa khawatir keadaan ekonominya setelah ditutup. 

Karena hal itulah, dia bersama kawan-kawannya lalu membentuk Gerakan Melukis Harapan (GMH) yang merupakan transformasi dari Elemen Pemuda Surabaya (Emas). Melalui GMH Dalu dan teman-teman serius membenahi kawasan eks lokalisasi Dolly. 

Dalam GMH yang didirikan pada 10 September 2014 ini terdapat berbagai macam divisi divisi untuk memudahkan gerak komunitas. Yaitu, devisi kesehatan, divisi pendidikan, divisi ekonomi, divisi wanita harapan, divisi kreatif, divisi fundraising, divisi humas, serta divisi HRD.

Setiap divisi GMH itu mempunyai tugas-tugas masing-masing untuk pemberdayaan warga eks lokalisasi Dolly. Meski memiliki niat baik, Dalu menyebut pada awal berdirinya GMH, dia dan kawan-kawannya merasa kesulitan untuk menjalin hubungan dengan warga Dolly.

"Tidak semudah membalikkan tangan. Alhamdulillah kami terbantu dengan momen datangnya bulan Ramadan saat itu," katanya. 

4. Sekolahkan anak Dolly hingga pengobatan gratis

Dalu Nuzlul, Millennials Surabaya yang Ubah Wajah Kampung DollyTwitter/melukisharapan

GMH  kemudian membuat berbagai program. Mereka lakukan semata-mata untuk membangun kepercayaan warga Dolly dengan GMH yang dibentuknya. Tak hanya itu, program-program itu dipakai untuk mendekati warga eks lokalisasi Dolly yang saat itu masih tertutup pasca penutupan. 

"Kami ada program Sahabat Anak Harapan, Wanita Harapan, hingga kesehatan lingkungan," katanya. 

Untuk program Sahabat Anak Harapan, GMH berhasil menyekolahkan lima orang anak putus sekolah yang merupakan warga Dolly. Mereka kebanyakan putus sekolah karena terkendala beberapa hal, seperi tidak mempunyai Kartu Keluarga. 

Tidak berhenti sampai di situ, GMH juga mendampingi dan menyediakan semua kebutuhan anak yang disekolahkan. Satu orang anak akan didampingi satu anggota GMH. Model pendampingan dibuat seperti seorang kakak yang mendampingi adiknya untuk membuat pekerjaan rumah hingga mendengarkan curhatan adik-adiknya. 

Selain masalah pendidikan, GMH juga mengedepankan kesehatan lingkungan. Dalu menjelaskan jika GMH ingin membangun sebuah kampung Dolly yang bisa dipakai tempat wisata. Nama programnya adalah Kampoeng Harapan. 

Melalui program itu, GMH sudah berhasil membangun kampoeng hijau atau kampoengsehat di RW 12 yang siap mengikuti ajang Surabaya Green & Clean. Ada juga Kampoeng tematis yang berisi kampoeng hijau atau sehat, kampoeng seni, sampai kampoeng IT.

GMH juga membentuk kampoeng sehat di RT 2, RW 12. Program yang dijalankan adalah pengolahan sampah menjadi barang kreatif, bank sampah, dan urban farming. Program tersebut mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang memberikan bantuan berupa tanaman toga.

5. GMH andalkan dana hibah untuk operasionalnya

Dalu Nuzlul, Millennials Surabaya yang Ubah Wajah Kampung DollyTwitter/melukisharapan

Untuk membiayai operasional kegiatan GMH, Dalu menjelaskan, GMH mengandalkan sumbangan dari masyarakat yang mampu. Selain itu, juga bisa dari dana hibah maupun dari hadiah kompetisi. 

Dia mencontohkan, ketika tm GMH menang dalam ajang Gerakan Kewirausahaan Nasional pada tahun 2015 lalu. Yups, GMH memang berhasil menyabet juara dua pada kategori industri pariwisata dan kreatif dalam memberdayakan masyarakat eks lokalisasi berbasis wisata edukasi dan kuliner. Selain uang hasil kompetisi digunakan untuk pembiayaan sehari-hari, kemenangan itu semakin melecut semangat Dalu dan kawan-kawan untuk terus mendampingi warga Dolly pasca penutupan.

"Untuk uang hasil bisnis waktu itu masih sangat kecil, sehingga diputar lagi di UKM binaan untik memulai usaha lagi," ujar dia. 

Selain itu, untuk mempermudah dan membuat percaya calon donatur, sejak awal berdiri GMG telah berbadan hukum. Bentuk GMH mulai awal berdiri sudah dalam bentuk yayasan.

"Jadi yayasan ini kami bentuk bukan di tengah-tengah perjalanan kami tapi, sejak awal bentuknya yayasan," ujar dia.

6. Memunculkan 'Tempe Bang Jarwo' dan 'Samijali'

Dalu Nuzlul, Millennials Surabaya yang Ubah Wajah Kampung DollyTwitter/melukisharapan

Meski sudah tak lagi aktif di GMH, Dalu masih tetap berkomitmen dan sering mengikuti kabar GMH. Menurutnya untuk saat-saat ini komunitas itu berkomitmen pada pengembangan ekonomi. 

Caranya, adalah dengan mendorong dan mendampingi UKM-UKM Dolly. Saat ini menurutnya ada tiga UKM yang menjadi andalan GMH, yaitu orumy (olahan minuman rumput laut), tempe merek 'Bang Jarwo', dan keripik Samijali (Samiler Jara-Dolly).

"Itu yang mengelola UKM adalah warga asli Dolly yang merupakan orang Surabaya, tapi ada juga yang eks muncikari tapi masih belum mau diungkap identitasnya," katanya. 

https://www.youtube.com/embed/7LNUxLcbqPs

Baca Juga: Warga Dolly Terus Berjuang Cari Rupiah Halal

Topik:

  • Edwin Fajerial
  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya