Angger Wiranata, Melalui 'Dus Duk Duk' Sulap Kardus Jadi Barang Mahal

#MillennialsInspiratif Semuanya berawal dari tugas kuliah

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials berpengaruh di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa generasi ini tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.

Surabaya, IDN Times - Biasanya kardus hanya dibuang atau menjadi barang bekas yang sering berkhir di gudang. Bahkan, biasanya kardus bekas dijual kembali dengan sistem kiloan yang dihargai dengan murah.

Akan tetapi, di tangan seorang pemuda asal Surabaya, tak disangka sebuah kardus bekas bisa menjadi nilai ekonomis yang tinggi. Yups, pemuda asal Surabaya bernama Angger Diri Wiranata berhasil menyulap kardus-kardus bekas itu menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi tinggi. 

Bersama temannya, Arif Susanto, Angger membuat barang-barang furniture, patung, kursi, dan meja berbahan kardus. Lantas, bagaimana ceritanya sebuah kardus bisa disulap menjadi barang yang mempunyai nilai jual tinggi? Yuk, simak penuturan Angger di bawah ini. 

Baca Juga: Rendra Anugraha, Doktor Berusia 24 Tahun dengan IPK 3,95

1. Usaha yang bermula dari tugas kuliah

Angger Wiranata, Melalui 'Dus Duk Duk' Sulap Kardus Jadi Barang MahalInstagram/dusdukduk

Angger bercerita, ia mendapatkan ide awal membuat barang-barang furniture itu dari tugas untuk mata kuliah dasar desain. Dia lalu membuat sebuah kursi dengan bahan material dari kardus. 

Kardus yang dibentuk menjadi kursi bisa diduduki dan dinaiki dengan kedua kaki. Setelah jadi, kursi dari kardus itu lalu dipamerkan untuk memenuhi tugas kuliah. Saat pameran itulah banyak orang yang suka dan tertarik dengan hasil karya tersebut. 

"Saat pameran, ada ibu-ibu yang bilang begini, 'ini kok bagus mas? Dijuak gak?'. Ibu-ibu itu lalu memfotonya," kata Angger. 

Usai pameran itu, dia bersama teman sejurusannya yaitu Arief, mengajukan proposal untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Kewirausahaan. Mereka sengaja ikut PKM bidang kewirausahaan untuk mengetahui apakah barang hasil karya tersebut bisa dijadikan bisnis atau tidak. 

"Proposal kami lolos dan pembuatannya dibiayai oleh Dikti. Akhirnya kami ikut PKM di Lombok dan berhasil pulang dengan membawa perunggu," kata dia. 

Diraihnya medali perunggu itu, kata Angger, membuatnya dan Arief yakin jika hasil karyanya bisa dibuat bisnis yang menjanjikan. "PKM itu kan ada jurinya yang menilai, jadi kami semakin yakin ini bisa menjadi bisnis," kata dia. 

2. Produk pertamanya berupa kursi

Angger Wiranata, Melalui 'Dus Duk Duk' Sulap Kardus Jadi Barang MahalInstagram/dusdukduk

Usai pulang dari Lombok, Angger dan Arief bersama dua orang teman satu jurusan mereka, bekerja untuk mengembangkan produknya. Bahkan, Angger sampai menunda satu tahun pengerjaan tugas akhirnya. 

"Waktu itu saya sering ditanya orangtua karena pulang ke rumah membawa kardus. Bahkan, orangtua suruh saya untuk segera menyelesaikan tugas akhir, bukan malah bermain-main dengan kardus," kata dia.

Teguran orangtuanya ditanggapi Angger dengan santai. Dia hanya bilang kepada orangtuanya untuk selalu mendoakan agar tugas akhirnya cepat selesai. 

"Ya wajar memang mereka tidak tahu apa yang saya lakukan, jadinya tanya terus. Saya cuma minta doa saja," katanya. 

Kerja keras dan pengorbanan Angger bersama teman-temannya akhirnya membuahkan hasil. Mereka berhasil membuat sebuah kursi dari kardus yang mampu diduduki orang seberat maksimal 185 kilogram.

"Ini jadi produk pertama dan jadi cikal bakal nama brand kami, Dus Duk Duk. Nama itu artinya kardus yang bisa dibuat duduk," katanya. 

Saat itu, ketika membuat produk pertama, kesulitan yang dihadapi Angger adalah soal explore-nya. Pembuatannya ketika itu menggunakan cutter untuk memotong dan membentuknya, sehingga menurut Angger, perlu kesabaran untuk menyambungkan bagian yang satu dengan bagian yang lain.

"Karena kan kami ga pakai lem membuatnya, jadi pakai sistem presisi atau kuncian seperti puzzle untuk menyambungkannya," kata dia. 

3. Ingin mengubah mindset orang Indonesia soal kardus

Angger Wiranata, Melalui 'Dus Duk Duk' Sulap Kardus Jadi Barang MahalInstagram/dusdukduk

Lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu mengungkap alasannya menamai brand nya dengan nama Dus Duk Duk. Selain karena barang yang pertama kali dibuat adalah kursi, Angger juga ingin mengubah mindset masyarakat Indonesia soal kardus. 

Selama ini, masyarakat Indonesia sebagian besar tak tahu jika kardus yang bentuknya lembek, tidak kuat menahan beban, dan dinilai barang bekas, mampu diubah menjadi barang bernilai tinggi. Oleh karena itu, tidak heran jika awal-awal membangun usahanya itu dia mendapatkan banyak sekali kritikan dan diremehkan oleh orang-orang di sekitarnya termasuk keluarga.

"Mengubah mindset itu yang paling sulit," kata dia.

Karena itulah, saat menawarkan produknya kepada calon costumer, Angger dan Arief selalu memberi penjelasan jika kardus ini sangat kuat ketika dipakai sebagai furniture. Selain itu, kardus ini bisa dibentuk menjadi berbagai macam hiasan, sehingga menambah kesan unik pada setiap ruangan. 

4. Bikin patung Budha dan interior kafe dari kardus

Angger Wiranata, Melalui 'Dus Duk Duk' Sulap Kardus Jadi Barang MahalInstagram/dusdukduk

Setiap karya yang dihasilkan oleh Dus Duk Duk dianggap Angger sebagai karya yang berkesan. Alasannya, setiap karya yang dibuat memiliki bentuk dan desain yang berbeda sesuai dengan permintaan costumer

"Tapi, menurut saya yang paling berkesan itu saat membuat interior kafe di Bandung dari kardus," katanya.

Dalam kafe yang beralamat di Jalan Sersan Bajuri, Bandung itu semua interior kafenya, mulai dari meja, kursi, hiasan dinding terbuat dari kardus. "Semua dekorasinya dari kardus. Nama kafenya adalah Taman Kardus," ujarnya. 

Selain itu, Dus Duk Duk juga pernah membuat patung Budha dalam rangka Vesak Festival 2016 di Surabaya. Saat itu, patung Budha setinggi 8 meter terbuat dari kardus dengan memakai sistem geometri dan terdiri dari dua instalasi yang ukurannya cukup besar. Patung Budha itu, kata Angger, diselesaikan dalam waktu satu bulan.

"Harusnya patung Budha itu bisa memecahkan rekor di Indonesia, tapi sayang tidak kami daftarkan," kata Angger tertawa. 

5. Cara Dus Duk Duk menawarkan ke costumer

Angger Wiranata, Melalui 'Dus Duk Duk' Sulap Kardus Jadi Barang MahalInstagram/dusdukduk

Ada dua cara yang digunakan Dus Duk Duk untuk menawarkan hasil karyanya kepada calon costumer. Pertama adalah menggunakan sistem online. Untuk memasarkan secara online, kata Angger, Dus Duk Duk menggunakan media sosial. 

"Mulai dari Facebook, Instagram, hingga Twitter kami gunakan untuk memasarkan produk kami," kata dia. 

Harapannya, banyak industri-industri kreatif yang dapat melihat produk-produk dari Dus Duk Duk. Sehingga, jika tertarik memesan produk Dus Duk Duk, bisa langsung menghubungi media sosial Dus Duk Duk. 

Cara pemasaran yang kedua melalui display di kantornya, Jalan Semolowaru Indah, Surabaya. Tak hanya itu, Dus Duk Duk juga mengikuti berbagai pameran yang digelar oleh berbagai pihak. 

"Kami juga sering diundang menjadi pembicara dalam sebuah acara. Ketika diundang itulah, kami juga mengedukasi masyarakat soal kekuatan kardus untuk furniture dan bisa juga untuk fashion. Jadi kardus gak cuma dipakai kemasan barang saja," kata Angger.

6. Produk Dus Duk Duk sudah diekspor

Angger Wiranata, Melalui 'Dus Duk Duk' Sulap Kardus Jadi Barang MahalInstagram/dusdukduk

Sampai saat ini, Angger mengaku telah melakukan ekspor ke beberapa negara, seperti Australia, Malaysia, Amerika Serikat, dan Prancis. "Kami sudah pernah ekspor, tetapi belum secara massal. Ekspor kami lakukan tahun 2017," ujarnya. 

Saat itu, produk-produk yang diekspor antara lain hiasan dinding berbentuk kepala binatang dan mainan untuk orang dewasa.

7. Rencana Dus Duk Duk di tahun 2019

Angger Wiranata, Melalui 'Dus Duk Duk' Sulap Kardus Jadi Barang MahalInstagram/dusdukduk

Masuk di tahun 2019, Dus Duk Duk ingin lebih memperbanyak explore soal jenis barang yang bisa dibuat dari kardus. Angger menjelaskan jika usahanya ini ingin masuk ke berbagai lini kehidupan masyarakat, mulai dari fashion, desain interior, wedding, visual merchandising, maupun mainan untuk anak-anak. 

"Kami ingin bisa menilai sejauh apa produk kami bisa masuk dalam lini kehidupan masyarakat," kata dia. 

Tak hanya itu, Angger menjelaskan jika Dus Duk Duk ingin memproduksi secara massal hasil pruduknya. Hal ini sangat penting untuk melihat sejauh apa minat masyarakat soal kardus setelah diberikan banyak sekali edukasi. 

"Meski nantinya yang diproduksi massal hanya beberapa kategori saja, tapi kami ingin bisa melihat minat masyarakat soal kardus," harapnya. 

Baca Juga: Fuad Fahmi, Millennial yang Pilih Jalan Merdekakan Warga Pinggiran

Topik:

  • Edwin Fajerial
  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya