Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cerita Mahasiswa ITS Raih Gelar Doktor di Usia 25 Tahun

upload_4414cedf179e0835c5688e65a628ae80_c39ca6ae-04ac-4333-bb4d-6e01e18ca267.jpeg
Mohamad Almas dalam meraih gelar dokter di usia 25 tahun dari Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). (Dok. ITS).
Intinya sih...
  • Mohamad Almas berhasil meraih gelar dokter di usia 25 tahun dari Departemen Teknik Elektro ITS.
  • Almas telah mempublikasikan 35 artikel jurnal ilmiah, termasuk sembilan artikel jurnal internasional Quartile 1 (Q1).
  • Almas mengikuti program PMDSU untuk menempuh pendidikan magister dan doktor secara fast-track hanya dalam empat tahun.

Surabaya, IDN Times - Keberhasilan Mohamad Almas dalam meraih gelar dokter di usia 25 tahun dari Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tidak lepas dari peran sang promotor, yakni Profesor Imam Robandi.

Pria yang menjabat sebagai Ketua Dewan Profesor ITS itu menceritakan bahwa perjalanan Almas selama menjalani studi sebagai mahasiswa program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) penuh tantangan.

Imam menuturkan, di tahun pertama perkuliahan Almas masih belum menemukan chemistry dan pola belajar yang cocok bagi dirinya. Sebagai seorang pakar Teknik Sistem Tenaga yang setiap tahun menjadi profesor tamu di berbagai kampus top Jepang, Imam Robandi berupaya keras menyesuaikan diri dengan Almas melalui berbagai pendekatan.

"Tidak banyak profesor di Indonesia yang dapat menjadi pembimbing dalam program PMDSU, seleksinya sangat ketat dan dibutuhkan berbagai keahlian yang profesional sebagai seorang akademisi dalam menyukseskan program Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) ini,” ujarnya, kepada IDN Times, Jumat (4/7/2025).

Dialektika Imam Robandi dan Almas mulai membuahkan hasil menginjak di tahun kedua perkuliahan. Ia mulai menyatu dengan metode-metode pembelajaran yang diberikan oleh Imam dan puluhan artikel berskala nasional maupun internasional sukses dikerjakannya dengan begitu baik. 

"Sebagai pembimbing, tugas kami memang harus mencari mempersiapkan proyek-proyek penelitian agar ekosistem risetnya hidup," ujar alumnus Universitas Okayama Jepang itu.

Imam menceritakan, sepanjang perkuliahan di bawah program Kemendiktisaintek tersebut, Almas merupakan pribadi yang disiplin waktunya sangat ketat dan taat terhadap deadline yang telah ditentukan. Selain itu Imam juga menuturkan bahwa Almas selalu rajin berkonsultasi dengan dirinya terkait perkuliahan dan riset minimal tiga kali dalam sepekan.

Bahkan setelah rampung melakukan riset di laboratorium Dr. Ryo Nishimura dari Tottori University, Jepang, Almas kembali ke kampus sebagai pribadi yang lebih humble dan tidak pandang bulu dalam mengajari adik tingkatnya yang masih menempuh S2. 

Nah, setelah melihat keberhasilan Almas sebagai doktoral termuda di usia 25 tahun seperti sekarang, Imam percaya bahwa masih banyak anak-anak Indonesia yang sebenarnya potensial sebagai bibit unggul. Hanya saja kita perlu memahami cara mengolahnya, merawat, menyiram, dan pot nya pun juga harus bagus.

"Setelah ini Almas akan saya tarik untuk mengikuti program post-doktoral, ia akan menjadi asisten riset saya untuk membantu dalam publikasi jurnal internasional," tutup Imam Robandi.

Sekadar diketahui, Mohamad Almas berhasil meraih gelar dokter di usia 25 tahun dari Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Almas juga telah mempublikasikan 35 artikel jurnal ilmiah, yang terdiri dari sembilan artikel jurnal internasional Quartile 1 (Q1), tujuh artikel Q2, dua artikel Q3 dan belasan lainnya pada jurnal serta konferensi bereputasi nasional maupun internasional.

Kiprah internasional doktor tersebut telah dimulai sejak mengikuti program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI itu untuk menempuh pendidikan magister dan doktor secara fast-track hanya dalam empat tahun.

Selain itu, menjadi penerima beasiswa Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional (PKPI) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) RI turut menjadi tonggak penting dalam perjalanan akademiknya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us