Vania menceritakan sangat bersyukur bisa menelorkan karya dalam bentuk podcast di little talks. Sebab, menurutnya para remaja yang gak bisa terbuka tentang masalahnya dan butuh teman bercerita, bisa berkomunikasi dengannya melalui kanal ini. Dia bisa membantu teman-temannya lewat podcast.
“Dua episode awal tentang diri sendiri, tentang cinta,” katanya.
Selama ini, Vania juga membuat skrip sendiri. Menurutnya, podcast memiliki value speak up untuk banyak orang. Ini mewakili orang-orang seumurannya yang butuh jalan keluar atas masalah yang dihadapi.
“Dari membuat konten ini, aku mendapat hal positif karena banyak yang percaya kepadaku dan menceritakan kepadaku. Membantu mereka buat aku tersenyum kembali itu buat aku senang,” katanya.
Vania sekarang menjadi remaja yang diperhitungkan dalam dunia podcaster. Bahkan, dia sempat dihubungi platform podcast agar konsisten memproduksi konten-konten yang mewakili generasi Z.
“Karena belum ada orang usia 13-16 tahun yang bikin podcast gini. Jadi, anak umur smp sampai kuliah belum ada. Sehingga saya juga diminta sering-sering buat konten agar generasi Z itu banyak yang download platform itu,” katanya.
Sementara, Herma juga mengakui bahwa ada keuntungan finansial dari ngonten ini. Tapi bagi Herma dan Vania, value bisa berkumpul dengan keluarga adalah keuntungan tak ternominalkan.
“Keuntungan finansial ada. Tapi value yang utama, saya bersyukur sekarang memaksakan diri untuk quality time karena ngonten bareng anak saya. Aku bisa rapat redaksi sama anakku, bahkan suamiku kadang juga bantuin,” katanya.