Kreatif, Seorang Desainer Buat Karya Fashion dari Limbah Jeans

Malang, IDN Times - Selalu ada jalan bagi orang-orang yang mau berusaha. Kalimat tersebut mungkin sangat tepat untuk menggambarkan Feby Ayusta (39), seorang fashion designer asal Kota Malang. Ia mampu bangkit dari keterpurukan selama pandemik COVID-19 dan kini justru mampu membuat karya fashion unik berbahan limbah jeans.
1. Usaha fashion miliknya nyaris kolaps akibat COVID-19
Feby menceritakan bahwa ide awal membuat fashion berbahan limbah jeans adalah karena usaha fashion yang ia geluti sebelumnya nyaris kolaps saat pandemik COVID-19 melanda.
Saat itu, usahanya yang memili nama brand Memoossa tersebut tak mendapat pemasukan sama sekali lantaran pandemik. Feby kemudian yang mengikuti beberapa kegiatan pelatihan untuk membuat sustainable fashion. Dari sana, tercetuslah membuat karya fashion dari bahan limbah jeans atau yang sudah tidak terpakai.
"Sebenarnya sustainable fashion ini tidak harus jeans. Ada juga yang fokus pada bahan katun. Tetapi saat itu yang sayaa lihat memang banyak jeans yang tidak terpakai. Akhirnya terfikir menggunakan bahan tersebut," urainya Rabu (1/12/2021).
2. Mulai berkreasi menggunakan limbah jeans
Setelah mendapat ide tersebut, Feby kemudian mulai berkreasi dengan membuat beberapa desain outer. Tetapi bahan utama yang digunakan adalah menggunakan limbah celana dan produk jeans lainnya. Kemudian bahan-bahan tersebut dibuka jahitannya hingga berbentuk lembaran kain. Setelah itu, kain dibentuk sesuai dengan kebutuhan desain yang ditetapkan dan digabungkan dengan tambahan-tambahan bahan lain untuk mempercantik hasil.
"Karena memang sustainable fashion itu berkelanjutan. Atau lebih mudahnya memperpanjang masa pakai sebuah pakaian," tambahnya.
3. Sudah hasilkan 12 desain berbeda
Selama kurun waktu satu tahun, Feby sudah mampu menghasilkan 12 desain berbeda dari sustainable fashion berbahan limbah jeans miliknya. Berbagai desain tersebut sudah diikutkan pada ajang fashion show di sejumlah tempat di Indonesia. Rata-rata desain yang ia buat terinspirasi dari gaya fashion Jepang. Namun demikian, dirinya juga tidak menolak apabila ada pembeli yang menginginkan desain costum.
"Kalau mau custom juga bisa. Tetapi tentu biayanya lebih mahal, karena tentu bahannya menyesuaikan dengan kebutuhan desain yang diinginkan," sambungnya.
4. Harga sedikit lebih mahal ketimbang fashion biasa
Sejauh ini, Feby menyebut harga untuk sustainable fashion yang ia buat sedikit lebih mahal dari produk yang ada di pasaran. Hal itu tak lepas dari bahan yang berbeda serta proses penggarapannya yang tidak mudah. Sebelum diolah menjadi pakaian baru, limbah jeans terlebih dahulu dicuci dan dibersihkan dalam berbagai tahap. Setelah bersih, baru limbah jeans bisa diaplikasikan ke dalam model.
"Untuk harga paling murah itu kisaran Rp385 ribu. Tetapi kalau custom bisa mencapai Rp 1 juta lebih. Beberapa produk saya juga sudah pernah dikirimkan ke Jepang maupun Korea Selatan," katanya.
5. Kapasitas produksi masih kecil
Meskipun sudah pernah dikirimkan ke luar negeri, Feby mengakui bahwa kapasitas produksi dari fashion miliknya masih belum terlalu banyak. Dalam sepekan ia, dan tiga karyawannya baru mampu menghasilkan 7 pakaian. Hal itu lantaran proses pengolahan limbah jeans yang tidak mudah serta bahan baku juga terbatas.
"Untuk mencari bahan baku biasanya saya beli dari toko baju bekas. Atau juga kadang ambil dari teman-teman. Jadi sementara memang produksinya belum banyak," tandasnya.
Baca Juga: 10 Fashion Style Pria dengan Outfit Denim di Jakarta Fashion Week 2022