8 Buku Panduan Hidup Damai Klasik

Hidup di era serba cepat ini bikin kita sering kewalahan, kan? Nah, buku-self improvement kekinian hadir buat jadi guidemu lebih mindful dan resilience. Konsep klasik seperti "How to Be Free" dari Epictetus yang ngajarin kita buat ngendaliin diri, atau "How to Win an Argument" ala Cicero yang berguna banget buat debat di medsos, dikemas ulang dengan bahasa yang relatable buat Gen Z.
Buku-self improvement sekarang gak cuma teori doang. Mereka ngasih tips praktis yang bisa langsung kamu terapin di kehidupan sehari-hari. Mulai dari cara ngadepin emosi ala Seneca di "How to Keep Your Cool" sampe jadi leader kece kayak panduan Cicero di "How to Run a Country". Berikut adalah buku-buku self improvement yang bisa jadi sejatamu buat upgrade diri!
1. How To Die - Senecca (Sebuah Panduan Klasik Menjelang Ajal)

Dalam buku ini Seneca mengajak kita untuk merenungkan makna kematian dan mempersiapkan diri menghadapinya dengan bijaksana. Seneca, seorang filsuf Stoa dari Romawi, tidak melihat kematian sebagai momok yang menakutkan, melainkan sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus kehidupan.
Ia menekankan pentingnya hidup dengan sungguh-sungguh, menghargai setiap momen, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar esensial. Dengan hidup bijaksana, kita dapat mengurangi ketakutan akan kematian dan menemukan kedamaian dalam menghadapinya.
Seneca juga mengajarkan pentingnya mengendalikan emosi, terutama ketakutan dan kesedihan, saat menghadapi kematian. Ketenangan pikiran adalah kunci untuk menghadapi akhir hidup dengan berani.
Seneca mengajak kita untuk menerima takdir dan memahami bahwa ada hal-hal di luar kendali kita. Penerimaan ini membawa kedamaian dan membantu kita melihat kematian sebagai pembebasan dari penderitaan dan batasan kehidupan.
2. How To Grow Old - Marcus Tullius Cicero (Kebijaksanaan Klasik untuk Usia Pasca Paruh Baya)

Cicero, seorang orator dan filsuf Romawi, tidak melihat usia tua sebagai masa yang menakutkan atau menyedihkan, melainkan sebagai fase kehidupan yang penuh potensi dan kebahagiaan. Ia mengajak pembaca untuk mengubah perspektif tentang penuaan dan melihatnya sebagai kesempatan untuk menikmati hasil dari kerja keras di masa muda.
Dalam buku ini, Cicero menekankan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental di usia tua. Ia juga menekankan pentingnya menjaga pikiran tetap aktif dengan belajar dan terlibat dalam kegiatan intelektual.
Selain itu, Cicero menyoroti pentingnya menjaga hubungan sosial dan keluarga, serta menikmati waktu luang dengan melakukan hobi dan kegiatan yang menyenangkan. Ia juga mengingatkan pembaca untuk menerima perubahan yang terjadi pada tubuh dan pikiran seiring bertambahnya usia, dan untuk fokus pada hal-hal yang masih bisa dinikmati.
3. How To Win an Election - Quintus Tullius Cicero (Panduan Klasik untuk Politisi Modern)

Dalam buku ini Quintus Tullius Cicero memberikan panduan klasik yang berisikan strategi politik untuk memenangkan pemilihan umum, dan meskipun ditulis ribuan tahun yang lalu, prinsip-prinsipnya tetap relevan bagi politisi masa kini.
Quintus Cicero, saudara dari orator terkenal Marcus Tullius Cicero, memberikan wawasan mendalam tentang dinamika politik Romawi yang dapat diterapkan dalam konteks modern.
Panduan ini menekankan pentingnya membangun jaringan yang kuat, mengelola citra publik dengan bijaksana, dan memahami pemilih secara mendalam. Kandidat politik disarankan untuk menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh dan pemilih potensial, serta memproyeksikan citra yang positif dan dapat dipercaya. Pemahaman tentang kebutuhan, keinginan, dan kekhawatiran pemilih dianggap krusial untuk meraih dukungan.
Selain itu, buku ini menyoroti pentingnya retorika yang efektif dalam mempengaruhi pemilih. Kandidat politik harus mampu menyampaikan pesan mereka dengan jelas dan persuasif. Strategi kampanye yang terencana dan terlaksana dengan baik juga menjadi faktor penentu kemenangan.
Meskipun beberapa taktik yang diuraikan dalam buku ini mungkin kontroversial atau tidak etis menurut standar modern, prinsip-prinsip dasarnya tetap memberikan wawasan berharga tentang dinamika politik dan strategi kampanye yang efektif.
4. How To be Free - Epictetus (Sebuah Panduan Klasik Hidup Stoik)

How to Be Free adalah panduan klasik yang merangkum esensi filosofi Stoisisme tentang kebebasan sejati. Epictetus, seorang filsuf yang dulunya adalah seorang budak, mengajarkan bahwa kebebasan bukanlah tentang mengendalikan keadaan eksternal, tetapi tentang mengendalikan pikiran dan respons internal kita terhadap keadaan tersebut.
Dalam buku ini, Epictetus menekankan pentingnya membedakan antara apa yang dapat kita kendalikan dan apa yang tidak. Ia berpendapat bahwa kita hanya memiliki kendali penuh atas pikiran, penilaian, dan keinginan kita. Oleh karena itu, kita harus fokus pada pengembangan kebajikan dan kebijaksanaan internal, daripada mengejar hal-hal eksternal yang fana dan tidak pasti.
Epictetus juga mengajarkan pentingnya menerima apa adanya dan menghadapi kesulitan dengan ketenangan pikiran. Ia berpendapat bahwa penderitaan kita berasal dari ketidakmampuan kita untuk menerima kenyataan dan keinginan kita untuk mengubah hal-hal yang tidak dapat kita ubah.
5. How To Run a Country - Marcus Tullius Cicero (Panduan Klasik untuk Pemimpin Modern)

Dalam buku ini, Cicero menekankan pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin. Ia berpendapat bahwa seorang pemimpin harus memiliki kebajikan, kebijaksanaan, dan keberanian untuk memimpin dengan adil dan bijaksana.
Cicero juga menyoroti pentingnya pendidikan dan pengetahuan bagi seorang pemimpin, karena mereka harus mampu memahami kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi negara.
Selain itu, Cicero menekankan pentingnya hubungan antara pemimpin dan rakyat. Ia berpendapat bahwa seorang pemimpin harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan rakyat, memahami kebutuhan mereka, dan bekerja untuk kepentingan bersama. Cicero juga menekankan pentingnya hukum dan keadilan dalam pemerintahan, karena mereka adalah dasar dari masyarakat yang stabil dan makmur.
6. How To Win an Argument - Marcus Tullius Cicero (Sebuah Panduan Klasik tentang Seni Persuasi)

How to Win an Argument adalah panduan klasik yang merangkum seni persuasi dan retorika yang relevan hingga saat ini. Cicero, seorang orator ulung Romawi, tidak hanya mengajarkan teknik-teknik argumentasi, tetapi juga menekankan pentingnya etika dan integritas dalam berdebat.
Buku ini mengajarkan bahwa kemenangan dalam argumen bukan sekadar mengalahkan lawan, tetapi juga meyakinkan pendengar dengan cara yang adil dan bijaksana. Cicero menekankan pentingnya memahami audiens, menyusun argumen yang logis, dan menggunakan bahasa yang persuasif. Ia juga mengingatkan pembaca untuk menghindari taktik-taktik manipulatif dan fokus pada kebenaran.
Cicero mengajarkan bahwa seorang orator yang baik harus memiliki pengetahuan yang luas, kemampuan berbicara yang lancar, dan pemahaman yang mendalam tentang psikologi manusia. Ia menekankan pentingnya latihan dan persiapan yang matang sebelum berdebat.
7. How To be a Friend - Marcus Tullius Cicero (Panduan Klasik Menuju Persahabatan Sejati)

Dalam buku ini, Cicero menekankan pentingnya kejujuran, kesetiaan, dan saling pengertian dalam persahabatan. Ia berpendapat bahwa persahabatan sejati didasarkan pada kesamaan nilai dan tujuan, serta keinginan untuk saling mendukung dan membantu.
Cicero juga menyoroti pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur, serta kemampuan untuk memaafkan kesalahan dan menerima perbedaan.
Cicero mengajarkan bahwa seorang teman sejati harus mampu memberikan dukungan dalam suka dan duka, serta memberikan nasihat yang bijaksana dan jujur.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga rahasia dan menghormati privasi teman. Selain itu, Cicero mengingatkan pembaca untuk memilih teman dengan bijaksana, karena persahabatan yang buruk dapat merusak karakter dan reputasi.
8. How To Keep Your Cool - Seneca (Sebuah Panduan Klasik Mengelola Amarah)

Dalam buku ini, Seneca menekankan bahwa amarah bukanlah emosi yang alami atau sehat, melainkan manifestasi dari kelemahan karakter dan ketidakmampuan untuk mengendalikan diri.
Ia berpendapat bahwa amarah sering kali muncul dari penilaian yang salah, harapan yang tidak realistis, atau kurangnya pemahaman tentang sifat manusia. Seneca juga menyoroti konsekuensi negatif dari amarah, seperti merusak hubungan, mengganggu kesehatan, dan menghalangi pencapaian kebahagiaan.
Seneca menawarkan berbagai strategi untuk mengelola amarah, seperti refleksi diri, kesabaran, empati, dan penerimaan. Ia mengajak pembaca untuk merenungkan pemicu amarah mereka, mengembangkan kesabaran dalam menghadapi kesulitan, dan mencoba memahami perspektif orang lain.
Dari kedelapan buku self improvement yang berasal dari pandangan dan rangkuman para filsuf di atas, buku mana yang sudah kamu baca?