Jamaah tertua di Kabupaten Malang, Kaib Ibrohim. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)
Pria kelahiran Malang pada 05 Februari 1923 ini menceritakan jika sejak istrinya meninggal pada 1985 atau tepatnya 38 tahun lalu, ia sudah berkeinginan berangkat haji. Ia tidak memikirkan hal lain dan fokus bekerja serta menabung agar bisa berangkat ke Arab Saudi.
"Tahun 1985 saya ditinggal istri meninggal. Sebenarnya disuruh mencari istri lagi, tapi saya waktu itu tidak ingin menikah, inginnya pergi haji," terangnya sambil tertawa saat ditemui di rumahnya pada Sabtu (27/05/2023).
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani ini sebenarnya sempat gagal berangkat haji pada 2022 karena pembatasan usia CJH akibat COVID-19. Namun, ia tetap tabah dan akhirnya bisa berangkat haji dua Minggu lagi. Ia juga tetap bekerja seperti biasa demi menjaga kesehatan.
"Resep sehat ya karena diberikan Gusti Allah. Kalau untuk makan, apapun kalau enak ya dimakan. Kalau tidak enak ya tidak dimakan," candanya.
Ibrohim mengatakan jika putra ketiganya bernama Sarmadi selalu menemani ke manapun dirinya selama proses persiapan berangkat haji sampai pergi ke Mekkah nanti. Mulai dari manasik haji di Kepanjen, Kabupaten Malang sampai vaksin COVID-19. Putranya ini juga yang mempersiapkan pakaian-pakaiannya saat berada di Makkah nanti.
"Dia (Sarmadi) juga mengatakan kalau nanti doa-doa selama haji saya tidak hafal, bisa dituntun sama dia. Soalnya saya sendiri sekarang juga belum terlalu hafal," ujarnya.
Ibrohim juga membenarkan kalau dirinya adalah CJH tertua di Kabupaten Malang. Pasalnya hanya dirinya yang mengacungkan tangan saat Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Malang mendata CJH dengan usia di atas 100 tahun yang akan berangkat di bulan Juni 2023. Meskipun demikian ia menegaskan semangatnya tidak kalah dengan CJH lain yang usianya masih muda.
"Kalau usia sekarang ya 100 tahun lebih mungkin. Waktu coblosan (pemilu) zaman Bung Karno saya sudah ikut. Kemudian saat habisnya Jepang saya ada di Bululawang (Kabupaten Malang)," tegasnya.