IDN Times/Nofika Dian Nugroho
Suatu hari pada tahun 1998, Surat mencari rumput untuk pakan kambing yang dipeliharanya. Aktivitas itu berlangsung di dalam hutan wilayah RPH Sampung, BKPH Caruban, KPH Saradan. Ketika berjalan di antara semak-semak, Surat melihat seekor merak terbang di depannya.
Suami Tandur ini kaget bukan kepalang. Seketika itu, ia melihat ke tanah yang merupakan titik asal merak mengepakkan sayap dan terbang. Di lokasi itu terdapat empat butir telur merak dengan diameter sekitar lima sentimeter. Surat akhirnya membawa telur itu pulang.
Sesampai di rumah, telur-telur merak itu dimasukkan ke kandang ayam agar ikut dierami. Sepekan berselang, telur itu menetes. Dua di antaranya berjenis kelamin jantan dan dua lainnya betina. Ketika berusia 14 hari, anakan merak itu dipisahkan dari indukan ayam. Hingga pada suatu ketika, dua pasang merak melakukan perkawinan sedarah (inbreeding) dan menghasilkan empat butir telur.
"Saya mengambilnya dan meletakkan di sarang ayam untuk kembali dierami," ujar Surat, Minggu (28/10).