Upacara Bacemman. (Foto: Buku Upacara Adat Jawa Timur Disbudpar Jatim 1996)
'Gumbak' dalam bahasa Madura berarti mengaduk-aduk air kolam atau sungai hingga menimbulkan ombak atau gelombang. Istilah ini berkaitan dengan tradisi 'baceman' yang artinya membersihkan dan menyucikan senjata atau pusaka tradisional. Senjata ini berjumlah 24 buah, di antaranya Si Jelik, Si Klaras, Si Gungseng, Si Rajang, Si Olak Semenit, Si Kedik, Si Cale' Kettong, Si Mardha, Si Bajjar, Si Berak, Si Burnang, Si Pecat, Si Kepet, Si Grimis, Si Garsot, Si Nyelo, Si Guntur, Si Patel, Si Blarang, Si Peddis, dan Si Bellis. Bentuk senjata ini beragam, ada yang berupa tombak, celurit, pedang, linggis, dan pisau bermata dua.
Tradisi ini bermula dari dua tokoh sakti bernama Buju' Toban dan Buju' Bung Kenek yang ahli dalam membuat senjata dengan bahan baku tanah liat (lempung). Karena kesaktian dan mantra-mantranya, senjata ini menjadi amat kuat. Senjata ini bisa digunakan untuk berburu binatang buas sampai melindungi warga masyarakat dari musuh. Senjata ini tidak bisa dijual atau dimiliki orang lain yang bukan keturunan mereka berdua. Sampai sekarang, senjata ini tetap disimpan di belakang Masjid Banjar.
Upacara Gumbak sudah berlangsung selama ratusan tahun. Upacara ini dilaksanakan setahun sekali, bersamaan dengan upacara bersih desa. Tempat upacara rutin ini selalu sama setiap tahunnya, tepatnya di Buju' Tenggina, tanah Galis atau tanah paokalan yang menjadi tempat pertarungan pendekar.