Asal Usul Tradisi Sungkeman Lebaran

Tradisi ini sempat dilarang di masa kolonial Belanda.

Banyak tradisi yang dilakukan ketika memasuki momen Lebaran atau Idul Fitri. Selain mudik, salah satu tradisi lain yang kerap dilakukan adalah sungkeman. Tradisi ini banyak dilakukan saat Idul Fitri terutama oleh umat Muslim di Pulau Jawa.

Tradisi sungkeman diidentikkan sebagai bentuk permintaan maaf di hari yang fitri. Namun, masih banyak orang yang bertanya-tanya dari mana asal muasal tradisi ini. Jika kalian penasaran, langsung cek saja pembahasannya di bawah ini.

1. Tradisi sungkeman sudah dilakukan sejak zaman dulu

Asal Usul Tradisi Sungkeman LebaranIlustrasi sungkeman di zaman dulu. Facebook/Cyntia

Belum diketahui secara pasti dari mana asal muasal tradisi sungkeman. Tradisi ini merupakan hasil akulturasi kebudayaan Jawa dengan agama Islam. Tradisi ini dipercaya telah dilakukan sejak masa Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa.

Mangkunegara I memperkenalkan tradisi sungkeman pada momen Idul Fitri. Di hari kemenangan itu, Pangeran Sambernyawa mengumpulkan raja dan para punggawa serta prajurit dalam satu pertemuan. Diadakanlah tradisi sungkem dan saling memaafkan pada pertemuan ini.

Semua punggawa dan prajurit tertib melakukan sungkem pada raja dan permaisuri. Dari peristiwa itulah, sungkeman kemudian dicontoh oleh organisasi-organisasi lain. Sungkeman kemudian rutin dilakukan bersamaan dengan acara halal bi halal.

Baca Juga: Asal Usul Mudik, Ternyata Berasal dari Bahasa Jawa!

2. Sempat dilarang dilakukan pada masa penjajahan Belanda

Asal Usul Tradisi Sungkeman LebaranIlustrasi sungkeman di zaman dulu. Facebook/Cyntia

Namun, seiring terjadinya penjajahan di Nusantara, pihak keraton jadi tidak leluasa
menggelar acara sungkeman. Penyebabnya yakni Belanda yang curiga dengan acara tersebut dan dianggap sebagai penggalangan massa untuk melakukan perlawanan terhadap mereka.

Kecurigaan tadi membuat Belanda hampir menangkap Ir. Soekarno dan dr. Radjiman Widyodiningrat di Gedung Habipraya, Singosaren, Keraton Surakarta saat acara kumpul Lebaran tahun 1930. Pakubuwono yang berada di lokasi langsung menjelaskan bahwa acara tersebut merupakan tradisi sungkeman guna menyambut Idul Fitri. Sejak saat itu, tradisi sungkeman menjadi semacam “open house” hingga sekarang.

3. Sungkeman memiliki makna yang mendalam

Asal Usul Tradisi Sungkeman Lebaranpinterest

Meski dalam pelaksanaannya terlihat sederhana, namun makna yang terkandung dalam sungkeman sangat mendalam. Saat Idul Fitri, sungkeman diartikan sebagai wujud permintaan maaf dari segala perbuatan buruk yang pernah dilakukan kepada orang tua.

Selain sebagai permintaan maaf, sungkeman juga dimaknai sebagai tanda bakti dan rasa terima kasih atas bimbingan orang tua kepada kita, mulai dari lahir sampai dewasa. Orang tua dinilai memiliki jasa yang besar karena telah melahirkan dan membesarkan kita. Melalui tradisi ini, kita dapat melatih kerendahan hati, sopan santun, serta menyingkirkan keegoisan.

Baca Juga: 10 Tempat Beli Baju Lebaran Murah di Surabaya, Banyak Opsinya

Kayla Jasmine Yasmara Photo Community Writer Kayla Jasmine Yasmara

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya