Ilustrasi malam takbiran. Pexels/Noor Aldin Alwan
Asal usul kalimat takbir yang dilafalkan saat malam takbiran dikisahkan dalam kitab Nuzhat al-Majalis wa Muntakhab an-Nafais karya Syaikh Abdurrahman ash-Shofuri as-Syafi’i, yakni ketika Nabi Ibrahim Alaihi Salam lama tidak dikaruniai seorang anak. Ia kemudian bernadzar apabila ia dikaruniai keturunan, maka ia akan mengorbankannya untuk Allah SWT.
Nadzar tersebut dikabulkan oleh Allah SWT dan ia dikaruniai seorang putra dari istri keduanya, Siti Hajar. Putra itulah yang kemudian kita kenal dengan nama Nabi Ismail AS. Singkatnya, ketika Nabi Ismail AS. berusia tujuh tahun, Allah menagih nadzar Nabi Ibrahim dengan menyembelih Nabi Ismail di Mina.
Malaikat Jibril pun datang dan berkata bahwa doa Nabi Ibrahim AS. akan dikabulkan Allah SWT karena kesabarannya. Lalu setelah malaikat Jibril mendengarkan doanya, maka malaikat berseru "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar." Nabi Ismail membalas dengan lantang, "Laa ilaaha Illahu Wallahu Akbar." dan Nabi Ibrahim menimpali, "Allahu Akbar Walillahilhamd."
Kalimat itulah yang kemudian hingga saat ini dijadikan seruan setiap malam takbiran di berbagai belahan bumi, tidak cuma di Indonesia. Kalimat ini menjadi tanda kemenangan umat Islam yang berhasil menahan hawa nafsu sepanjang bulan Ramadan.