TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Corak Batik Unik Khas Papua, Ada Motif Matoa hingga Honai

Mana yang paling kamu suka?

Ilustrasi kain batik. (freepik.com/wirestock)

Salah satu hal yang bikin Indonesia dijuluki sebagai negeri yang kaya adalah seputar koleksi kain batiknya. Setiap daerah di Indonesia mempunyai corak batik berbeda yang sekaligus menjadi identitas masing-masing daerah.

Di Papua, misalnya, motif batiknya gak cuma sekadar gambar, lho! Motif batik itu betul-betul menyimpan keunikan Papua, misalnya tentang keindahan alam dan budaya lokalnya. Biar gak penasaran, langsung saja simak 7 corak batik unik khas Papua yang sarat akan nilai luhur!

1. Motif Matoa

Seperti yang kita tahu, matoa adalah buah asli Papua yang tumbuh liar di hutan-hutan Papua. Bentuk buahnya lonjong, seukuran buah pinang. Ketika masih muda, buah ini berwarna hijau. Setelah matang, warnanya berubah menjadi hijau kekuningan atau cokelat kemerahan.  

Penggambaran motif ini dilakukan secara dekoratif tanpa banyak melakukan variasi, sehingga orang akan langsung mengenalinya sebagai motif buah matoa. Gak cuma buahnya, motif batik ini juga digabungkan dengan daun matoa. Boleh dikatakan, motif ini bermakna sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas anugerah kesuburan dan kekayaan alam Papua. Pemakai batik ini diharapkan menampakkan pribadi yang matang, cakap, disukai banyak orang, dan berdedikasi. 

Baca Juga: 7 Kerajaan Kuno di Nusantara, Sebagian Mendiami Pulau Jawa

2. Motif Honai

Ide motif batik Honai berasal dari bentuk rumah honai sebagai rumah adat khas Papua. Honai seringkali menjadi tempat tinggal bagi masyarakat Papua kawasan pegunungan. Honai berbentuk bulat. Meski berukuran mungil, Honai bisa menjadi bangunan kokoh yang melindungi penghuninya dari hawa dingin.

Penggambaran motif ini dilakukan secara dekoratif tanpa banyak melakukan variasi, sehingga masyarakat mudah mengenalinya sebagai gambar Honai. Dalam motif batik, Honai biasanya dilengkapi dengan motif pendukung seperti burung cendrawasih, matoa, pengunungan, danau, dan ikan yang menjadi ikon Papua. Motif ini menjadi lambang keindahan alam dan budaya khas Papua. Mereka yang mengenakan batik ini diharapkan bisa menjadi pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi, kekeluargaan, dan persahabatan, baik terhadap sesama manusia maupun lingkungan alam. 

3. Motif Patung Mbis

Ide motif Patung Mbis berasal dari karya seni masyarakat Asmat, Papua.
Patung ini menggambarkan kumpulan leluhur yang telah meninggal. Patung ini sekaligus menjadi simbol permohonan agar anggota keluarga yang masih hidup tidak diganggu.

Pembuatan motif batik bertema Patung Mbis menjadi upaya untuk menciptakan desain motif batik yang mengekspresikan sisi keunikan sekaligus sisi misterius Papua, terutama dalam hal upacara kesuburan dan penghormatan terhadap leluhur/tokoh suku yang dihormati. Motif ini melambangkan harapan akan kesuburan dan wujud penghormatan kepada para leluhur. Mereka yang mengenakan batik ini diharapkan menunjukkan karakter yang kuat, ramah, cinta keluarga, dan menghormati leluhur.

4. Motif Ukir Papua

Motif Ukir Papua berangkat dari bentuk-bentuk ukiran tradisional khas Papua, terutama jika dilihat dari nilai estetikanya yang mengesankan. Karya seni ukir Asmat dari Papua, misalnya, mempunyai keunikan yang khas yang membedakannya dengan daerah lain.

Unsur motif ini berupa perpaduan dari bentuk perisai dan bentuk lainnya yang disusun secara acak tapi tetap tertata dalam komposisi yang harmonis. Motif ini melambangkan keindahan dan kekayaan seni budaya ukiran Papua. Gambar perisai yang menonjol menyimbolkan bahwa seni budaya lokal yang kuat menjadi tameng sekaligus filter bagi budaya global yang memerlukan seleksi sebelum masuk ke Indonesia. Pemakai batik ini diharapkan bisa bersikap ramah, nasionalis, dan mencintai alam beserta kesenian Papua.

5. Motif Noken Papua

Ide motif Noken berasal dari tas tradisional Papua yang dibawa dengan cara disandang menggunakan kepala. Tas ini bernama noken. Noken biasanya terbuat dari serat kulit pohon manduam, pohon nawa, atau anggrek hutan. Ukuran noken tentu beragam, tergantung penggunaannya berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat. Uniknya, noken sudah menjadi karya tradisional yang diakui oleh UNESCO sejak 4 Desember 2012 silam.

Unsur pembentuk motif batik ini didominasi oleh kebutuhan masyarakat sehari-hari, khususnya para ibu. Motif ini melambangkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas anugerah kreativitas dan kekuatan manusia. Pemakai motif batik ini diharapkan menjadi pribadi yang kuat, pekerja keras, cerdas, bermartabat, cinta keluarga, dan mencintai alam beserta kesenian Papua.

6. Motif Kulit Kombouw

Ide motif kulit Kombouw berasal dari bentuk lukisan pada kulit kayu kombouw. Kulit kayu ini sering dibuat lembaran menyerupai kain kanvas. Pohon kombouw banyak tumbuh di sekitar Danau Sentani. Tradisi melukis di kulit kayu ini sudah berlangsung sejak empat abad silam. Ada 10 motif yang diturunkan oleh masyarakat di Asei dan dipakai hingga hari ini, seperti motif yoniki, fouw, aye mehele, kheleauw, dan kheyka. Motif yoniki menjadi motif tertinggi karena melambangkan kekuatan ondofolo atau sesepuh adat.

Penggambaran ulang motif adat kulit kayu kombouw dilakukan dengan sentuhan kreasi baru untuk menghindari munculnya motif adat yang disakralkan. Kreativitas ini sukses menciptakan kreasi baru dengan nuansa seni profan yang lebih dinamis. Konsep di balik penciptaan motif ini bertujuan untuk melukiskan kembali keindahan motif tradisional dari lukisan kulit kayu kombouw. Mereka yang memakai batik ini diharapkan memiliki kepribadian yang dinamis dan progresif, tapi tetap mencintai dan menghormati budaya nenek moyang.

Verified Writer

Talita Hariyanto

Manusia hina sebagai makhluk mulia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya