TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Asal Usul Malam Takbiran dan Tata Caranya

Bermula dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Pawai mobil hias untuk menyemarakkan malam takbiran. IDN Times/Prayugo Utomo

Kita kerap mendengar ramai rombongan orang yang berkeliling di sekitar rumah semalam sebelum Hari Raya Idul Fitri tiba. Kegiatan ini dinamakan dengan malam takbiran. Di Indonesia, malam takbiran biasanya dirayakan dengan takbiran keliling atau pawai yang meriah.

Perayaan takbiran selain untuk menyambut Idul Fitri, juga dimaksudkan sebagai tanda umat Islam yang berhasil menahan hawa nafsu sepanjang bulan Ramadan. Malam ini menjadi momen yang ditunggu-tunggu karena suasananya yang meriah. Walau begitu, masih banyak dari kita yang belum mengetahui awal mula perayaan takbiran.

1. Keutamaan Malam Takbiran

Ilustrasi malam terakhir Ramadan. Pixabay/surgull01

Terdapat segudang keutamaan yang bisa kalian dapat tatkala melakukan ibadah malam takbiran. Keutamaan utama mengumandangkan takbir pada malam terakhir Ramadan adalah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadits berikut.

“Barangsiapa yang menghidupkan malam akhir Ramadan dengan ibadah, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Ibnu Majah)

Keutamaan lainnya yakni mendapat pahala yang berlipatganda. Hal ini karena Ramadan merupakan momen penuh berkah dan ampunan, sehingga setiap amalan yang dilakukan akan mendapat pahala lebih. Selain itu, malam takbiran juga mampu mempererat silaturahmi karena dilakukan beramai-ramai dan dapat menjadi pengingat bagi orang lain untuk ikut mengagungkan Allah SWT.

Baca Juga: Asal Usul Tradisi Sungkeman Lebaran

2. Sejarah Malam Takbiran

Ilustrasi malam takbiran. Pexels/Noor Aldin Alwan

Asal usul kalimat takbir yang dilafalkan saat malam takbiran dikisahkan dalam kitab Nuzhat al-Majalis wa Muntakhab an-Nafais karya Syaikh Abdurrahman ash-Shofuri as-Syafi’i, yakni ketika Nabi Ibrahim Alaihi Salam lama tidak dikaruniai seorang anak. Ia kemudian bernadzar apabila ia dikaruniai keturunan, maka ia akan mengorbankannya untuk Allah SWT.

Nadzar tersebut dikabulkan oleh Allah SWT dan ia dikaruniai seorang putra dari istri keduanya, Siti Hajar. Putra itulah yang kemudian kita kenal dengan nama Nabi Ismail AS. Singkatnya, ketika Nabi Ismail AS. berusia tujuh tahun, Allah menagih nadzar Nabi Ibrahim dengan menyembelih Nabi Ismail di Mina.

Malaikat Jibril pun datang dan berkata bahwa doa Nabi Ibrahim AS. akan dikabulkan Allah SWT karena kesabarannya. Lalu setelah malaikat Jibril mendengarkan doanya, maka malaikat berseru "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar." Nabi Ismail membalas dengan lantang, "Laa ilaaha Illahu Wallahu Akbar." dan Nabi Ibrahim menimpali, "Allahu Akbar Walillahilhamd."

Kalimat itulah yang kemudian hingga saat ini dijadikan seruan setiap malam takbiran di berbagai belahan bumi, tidak cuma di Indonesia. Kalimat ini menjadi tanda kemenangan umat Islam yang berhasil menahan hawa nafsu sepanjang bulan Ramadan.

Verified Writer

Kayla Jasmine Yasmara

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya