Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi membaca novel. (freepik.com/seribustd)

Buat kamu yang pengin tahu sejarah bangsa Indonesia tapi enggan membaca buku yang kaku, artikel ini jadi jawabannya! Novel yang mengangkat peristiwa sejarah pasti menjadi bacaan yang menarik. Selain gaya penulisannya yang khas, novel fiksi sejarah juga sering ditambahkan bumbu-bumbu romansa. Jadi, kamu dijamin gak cepat bosan, deh!

Cerita novel yang hidup bahkan bisa membawa kita menyusuri lorong waktu, seolah-olah kita terjun langsung dalam peristiwa yang lagi diceritakan. Nah, kira-kira novel apa saja sih yang menceritakan hal-hal seperti itu? Berikut 6 rekomendasi novel berlatar sejarah Indonesia yang menceritakan perjuangan aktivis 1998 dan para eksil akibat peristiwa 30 Septermber 1965. Yuk, simak!

1. Amba karya Laksmi Pamuntjak

Cover novel Amba karya Laksmi Pamuntjak. (gramedia.com)

Novel berjudul Amba karya Laksmi Pamuntjak sukses menjadi novel berlatar sejarah yang laris di pasaran. Dengan latar sejarah berbumbu kisah cinta unik, novel Amba sukses meraih penghargaan sastra, bahkan di tingkat internasional. Novel yang masuk ke dalam kategori novel 21+ ini berhasil memenangkan LiBeraturpreis pada 2016, yaitu penghargaan sastra Jerman yang ditujukan khusus untuk penulis perempuan.       

Novel dengan sampul dominan warna merah itu memiliki ketebalan 577 halaman. Novel ini mendedahkan cerita kehidupan perempuan asal Kardipura bernama Amba. Pada usia 18 tahun, ia sama sekali tak pernah memikirkan pernikahan. Yang ia inginkan cuma melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Tapi, kedua orang tuanya tampak tak setuju. Mereka khawatir dengan Amba yang tak kunjung menikah. Bahkan, ayah Amba berniat menjodohkannya dengan dosen muda Universitas Gadjah Mada bernama Salwani Munir (Salwa).   

Sayangnya, perjumpaan-perjumpaan dengan Salwa tidak membuat Amba jatuh cinta lebih dalam. Amba malah melabuhkan hati ke pria lain, Bisma, yang merupakan seorang dokter lulusan Jerman Timur. Hubungan Amba dan Bisma boleh dibilang kelewat batas. Mereka merajut kasih sampai Amba mengandung calon anak mereka di luar hubungan pernikahan.  

Suatu hari di tahun 1965, Bisma ditangkap pemerintah Orde Baru di Yogyakarta saat ia menghadiri undangan Untarto, temannya. Ia dianggap mempunyai keterlibatan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Selang enam tahun, pria itu akhirnya diasingkan ke Pulau Buru. Amba sama sekali tidak mengetahui berita ini. Pada tahun 2006, Amba nekat pergi ke Pulau Buru, tempat pembuangan para tahanan politik. Akhirnya, di sana ia mendapat jawaban pasti tentang nasib Bisma yang bertahun-tahun tidak pulang.            

Gak cuma dari sisi latarnya, nama tokoh dalam cerita ini juga tergolong menarik, sebab diambil dari epos Mahabharata yang fenomenal. Ada banyak insight yang bisa kamu petik di sini, salah satunya tentang stereotip tahanan politik, yang bisa kamu ketahui lewat surat-surat Bisma. Novel ini worth it buat dibaca, karena penulisnya digadang-gadang sampai berkunjung ke lokasinya langsung untuk melakukan wawancara sebagai bahan menulis. Jadi, pengalaman memahami sejarah lewat novel ini pasti lebih komprehensif, deh.          

2. Saman karya Ayu Utami

Editorial Team

Tonton lebih seru di