Siapa yang tidak mengenal nama Pramoedya Ananta Toer, salah satu sastrawan Indonesia paling berpengaruh di Indonesia dan dunia. Namanya terus dikenal meski sudah 13 tahun wafat. Ia kini dikenang melalui buku-buku sastra lawas karyanya, mulai dari novel, karya ilmiah, sampai drama.
Pria yang lahir di Blora 97 tahun lalu ini menjadi satu-satunya sastrawan Indonesia yang nyaris memperoleh penghargaan Nobel Sastra. Enam kali dinominasikan, sayangnya semuanya pupus di meja nominasi, isunya karena ia dijegal akibat keterlibatannya dalam organisasi Lekra.
Pramoedya Ananta Toer sampai akhir hidupnya telah melahirkan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke dalam 42 bahasa. Pram, menyebut buku-buku yang ia lahirkan sebagai anak-anak rohaninya. Di antara karya-karyanya ada judul-judul seperti Tetralogi Buru, Bukan Pasar Malang, sampai Keluarga Gerilja yang sampai saat ini masih menjadi perbincangan karena kualitas sastranya yang membakar semangat nasionalisme.
Beberapa buku Pram saat ini juga mulai dicetak ulang, tujuannya tentu agar memperluas pembaca meliputi generasi-generasi baru. Namun, sebenarnya ada banyak buku Pram yang sudah lama tidak dicetak ulang. Ada banyak spekulasi, tapi salah satu yang paling santer adalah karena konflik hak cetak dengan penerbit-penerbit sebelumnya.
Akibat tidak kunjung dicetak kembali beberapa karya Pram, jumlahnya kian terbatas dan menjadi langka karena banyak sekali peminatnya. Hal ini dimanfaatkan segelintir orang tidak bertanggung jawab untuk menjualnya dengan harga yang tidak masuk akal layaknya barang pusaka.
Kini, buku-buku karya Pram diterbitkan oleh Lentera Dipantara yang dikelola salah satu putri Pram, Astuti Toer. Namun, jumlah cetakan Lentera Dipantara masih terbatas. Berikut adalah 5 buku karya Pram yang langka banget.