IDN Times/Mohamad Ulil Albab
Sejak setahun terakhir, lubang biopori dikerjakan warga lingkungan Agus Salim Residence dengan gotong royong. Alat mengebor tanah, dia rakit dari besi bekas dengan nilai sekitar Rp 200-an ribu.
"Kedalaman tanah untuk lubang biopori maksimal satu meter, lebih dari itu kandungan O2 semakin sedikit, sehingga memperlama proses penguraian sampah organik," jelasnya.
Cara pembuatannya, lubang biopori dibuat dengan bentuk silindris secara vertikal tanah dengan kedalaman maksimal satu meter. Kemudian diberi lapisan pipa ukuran 3 dim sesuai kedalaman lubang, dilengkapi dengan penutup berpori di bagian atasnya.
"Fungsi pipa untuk pipa agar tanah tidak erosi atau ambrol. Pipa cukup dilubangi bagian sisi sisinya untuk resapan jalan air," katanya.
Selanjutnya, bila ingin memanfaatkan menjadi media kompos, beragam sampah organik seperti sisa potongan sayur, kulit buah, tulang ikan, dan dedaunan cukup dimasukkan ke dalam lubang biopori. Sebelumnya, sampah disemprot menggunakan mikro organisme local (mol) yang mudah ditemui di pasaran untuk mempercepat proses pembusukan sampah.
"Panen bisa dua sampai tiga bulan sekali. Kalau saya sementara hasilnya dipakai untuk tanaman sekitar," jelasnya.