Supaton, Perajin Gerabah yang Sukses Antar Anaknya Jadi Pengusaha

Lamongan, IDN Times - Usaha pembuatan gerabah yang dijalani Supaton memang mengalami pasang surut. Dia sudah merasakan banyak getir kehidupan.
Sudah tak terhitung berapa kali dia menemui batu sandungan. Namun, nenek berusia 70 tahun tersebut tetap tak patah semangat. Dia mampu bangkit kembali dan sukses mengangkat derajat keluarganya.
1. 60 tahun menggeluti pembuatan gerabah
Supaton mulai membuat gerabah sejak berusia 10 tahun. Artinya, selama 60 tahun dia sudah berkawan akrab dengan lempung.
Berkat ketekunan membuat gerabah, nenek yang tinggal di Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan ini berhasil mengantar anak-anaknya menjadi pengusaha. Usaha warisan turun-temurun itu memang menjadi gantungan hidup bagi keluarga besar Supaton.
"Alhamdulillah mas, berkat usaha ini anak-anak saya bisa sekolah, bisa buka usaha toko sendiri. Cucu saya juga bisa kuliah, mereka sukses," cerita Supaton penuh bangga kepada IDN Times, Rabu (18/9).
2. Generasi ketiga setelah sang ibu
Meski sudah berusia lanjut, Supaton masih tetap menekuni usaha pembutatan gerabah. Setiap hari, nenek yang sudah mempunyai belasan cucu ini bisa memproduksi 50 buah gerabah.
"Karena sudah mahir, membuat 50 buah per hari bisa. Itu tidak terlalu berat mas, karena sudah terbiasa dan saya ini merupakan generasi ketiga," jelas Supaton.
Baca Juga: 5 Kerajinan Gerabah Kasongan Ini Sulap Rumahmu Jadi Keren
3. Banjir pesanan dari luar kota
Supaton tidak perlu repot-repot menjual hasil kerajinanannya. Justru pelanggannya sendiri yang langsung datang kepadanya. Bahkan pembelinya berasal dari luar kota, seperti Tuban dan Gresik.
Biasanya untuk sekali jual, produksi gerabah Supaton bisa laku lebih dari 500 buah. "Cobek saya sudah terkenal dan lebih kuat dibandingkan dengan cobek buatan orang lain. Alhamdulillah sudah banyak pelanggan," katanya.
4. Tidak terpengaruh dengan blender
Meskipun banyak mesin penggiling bumbu atau blender yang sudah beredar luas di pasaran, Supaton tak mau ambil pusing. Menurutnya, masih banyak orang yang memakai cobek. Buktinya, produksi gerabahnya masih laris manis di pasaran.
Untuk sebuah cobek atau gerabah dihargai Rp3 ribu. Sedangkan untuk hargai partai masih bisa lebih murah. "Tidak berpengaruh kok mas, malah masih banyak orang yang datang mencari cobek. Mungkin karena masakan yang dihasilkan dari cobek lebih enak," pungkasnya.
Baca Juga: Desa Wisata Sitiwinangun, Surganya Kerajinan Gerabah Berkualitas