Menelisik Dunia Cosplay, Bukan Sekadar Seni Berkostum

Sehari bersama cosplayer Erria Eri

Surabaya, IDN Times - Bagi sebagian besar cosplayer, setiap hari adalah petualangan dalam seni dan kreativitas. Mereka sering menyisihkan waktu dari rutinitas harian untuk merencanakan, membuat, dan menyempurnakan kostum mereka.

Mulai dari memilih karakter yang ingin mereka perankan hingga menyempurnakan detail kostum yang rumit. Setiap langkah dalam proses ini memerlukan ketelitian dan keahlian. Beberapa bahkan menghabiskan berjam-jam di depan cermin maupun kamera, mempraktikkan gerakan dan ekspresi karakter untuk menambahkan kedalaman pada karakter yang mereka tampilkan.

Salah satunya adalah Erria Eri, perempuan kelahiran Singkawang, Kalimantan Barat yang sudah mengakrabi dunia cosplay selama dua tahun terakhir. Ketertarikannya terhadap dunia cosplay itu bermula sejak Eri berada di bangku Sekolah Dasar (SD), pada saat itu cosplayer sedang naik daun dan diisi oleh banyak idol ternama, seperti Punipun dan Franzeska Edelyn yang sangat ia kagumi.

Meski sangat mengidolakan sosok cosplayer dan ingin mencoba bercosplay, Erria harus mengubur impiannya dalam-dalam. Sebab, ia sadar bahwa waktu itu harga kostum karakter dari game, manga, maupun anime terbilang cukup mahal. Apalagi waktu itu uang saku yang diberikan untuk anak SD juga tidak terlalu banyak, sehingga dirinya harus giat menabung demi mewujudkan keinginannya untuk terjun ke event cosplay.

"Baju cosplay waktu itu memang mahal-mahal, dan berapa sih uang saku anak SD, palingan cuma Rp5 ribu rupiah doang jadi ga cukup buat beli kostum," ucapnya saat dihubungi IDN Times.

Namun, kini semua itu bisa ia wujudkan lewat perjuangan yang tidak mudah. Pertama kali dirinya ikutan event cosplay selalu diam-diam dan merahasiakannya dari keluarga. Perempuan dengan 2,5 ribu subscriber di YouTube channel @ErriaEri itu, sebisa mungkin mendatangi acara cosplay tanpa harus ketahuan orang tua selama setahun pertama.

Pada momen pertama kali dirinya datang di salah satu event cosplay yang ada di Bintaro, Jakarta Selatan, Erria belum berani memakai kostum full set di depan khalayak ramai. Dia mengakui kalau saat itu mentalnya sebagai cosplayer belum terbentuk dan minim akan rasa percaya diri, alhasil Erria hanya memakai kemeja putih dan wig saja di sana.

Eria juga mengaku sempat was-was saat turun dari mobil waktu itu, ia takut dicap sebagai orang yang aneh, takut dikira jelek, hal itu semakin membuat suasana hatinya tidak karuan ketika ia sadar jika dirinya datang sendirian dan tidak mengenal siapapun di sana.

"Tapi ketika aku masuk aku langsung melihat bahwa di situ semua orang punya hobi yang sama dan memang inilah dunia yang aku suka selama ini, sebuah dunia yang aku impi-impikan," jelas perempuan yang mulai bercosplay sejak 2022.

Sedangkan untuk cosplay pertama kali yang Erria bawakan adalah memerankan karakter dari game Genshin Impact yang cukup populer, yakni Keqing. Meski model kostumnya yang terbilang rumit dengan banyak aksesoris tambahan, Eria justru sukses dalam menampilkan karakter yang serba ungu dari ujung rambut hingga ujung kaki tersebut. Sehingga dari situlah rasa percaya dirinya dalam bercosplay mulai tumbuh. 

"Jadi awalnya memang diem-diem, karena aku tahu kalau hobi kayak gini tuh ga bakal bisa diterima orang tua dengan baik," tuturnya.

Hal tersebut terus berlanjut sampai pada suatu ketika ia memberanikan dirinya untuk mengungkapkan hobi tersebut kepada sang Mama. Saat itu ia mendapat kesempatan untuk membuka booth poster dan photocard di salah satu event yang ada di Jakarta, dan Erria berpamitan kepada mamanya untuk berjualan di event tersebut.

Tertarik dengan aktivitas anaknya tersebut, Mama Erria pun berinisiatif untuk mendatangi event tersebut. Bukannya marah atau menegur sang putri setelah melihat aktivitasnya, Mama Erria justru mendukung kegiatan positif tersebut dan hal itu terus berlanjut sampai saat ini.

"Sekarang satu keluarga besar udah tau kalau aku cosplayer, dan mamah juga sering bantuin aku ke beberapa event untuk buka booth," jelas Erria.

1. Kesibukan dibalik kostum

Menelisik Dunia Cosplay, Bukan Sekadar Seni BerkostumRutinitas Erria di event dengan berfoto bersama pengunjung. instagram.com/@ig_asara

Erria juga menceritakan tentang bagaimana rutinitasnya sehari-hari sebagai cosplayer. Ketika ada sebuah event cosplay dan acaranya dimulai pada pukul 12 siang, maka ia sejak jam 7 pagi sudah bangun dan membutuhkan waktu 2 jam untuk menyiapkan kostum serta aksesoris tambahan lainnya.

Setelah selesai mandi, perempuan asal Kota Seribu Kelenteng itu sarapan sebentar dan memulai make up sampai pukul 10 pagi. Lalu untuk memakai kostum ia memerlukan waktu kurang lebih satu jam, namun hal tersebut bisa lebih panjang estimasinya ketika kostum yang dipakai memiliki tingkatan yang cukup rumit.

Setelah semuanya siap dari atas sampai bawah, Erria berangkat ke event dengan mengendarai mobil pribadi. Erria menambahkan, kalau eventnya cukup dekat dengan rumah dia hanya perlu naik ojol motor, tetapi kalau tempat event-nya yang jauh juga pernah naik ojol mobil.

"Aku sering ditanggapin sama drivernya pas berangkat, mesti dibilang kaya Naruto atau kalau ga ya Sailormoon. Seperti ‘mbak lagi jadi Naruto ya’ kaya gitu," ungkap cosplayer dengan 174 ribu pengikut di Instagram itu.

Setelah sampai di venue event, di sana dirinya langsung beraktivitas secara full seharian seperti meet and greet bersama penggemar, bikin konten Tiktok maupun Instagram, dan berinteraksi bareng pengunjung lainnya. Perlu diketahui bahwa Eria merupakan cosplayer mandiri atau independen.

Namun hal tersebut tidak lantas membuat perempuan yang sudah 2 tahun berkecimpung di dunia cosplay itu khawatir, sebab di sana sudah pasti ada para Erigator, sebutan bagi fans Erria yang datang untuk ikut memeriahkan acara bersama dirinya. Bahkan seringkali para Erigator membantunya dalam mendirikan dan menata booth di setiap event.

Meskipun ada waktu untuk isitrahat, beberapa cosplayer termasuk Erria rela untuk tidak makan dan minum demi menjaga kerapian kostum serta make up sampai acara selesai. Menjelang penghujung acara biasanya ia mengajak foto bareng (fotbar) bersama fansnya untuk kemudian diposting di sosmed sebagai kenang-kenangan.

"Namun lagi-lagi pulang pun itu masih belum selesai ya, aku masih harus ngerapihin kostum, terus ngehapus make up, belum lagi ngeposting konten, repost story teman-teman dan bilang terima kasih ke para fans. Pokoknya kalau itu semua udah selesai baru aku bisa tidur dengan nyaman," katanya.

Baca Juga: Menjadi Cosplayer Terkenal Gak Susah, Ini Tips-nya dari Yaya Han

2. Menghitung dapur ekonomi Cosplayer

Menelisik Dunia Cosplay, Bukan Sekadar Seni BerkostumRutinitas di event (meet and greet) mengenakan kostum Amelia Watson from Hololive. instagram.com/@batara_sjn

Perempuan yang berdomisili di Jabodetabek ini mengungkap rata-rata pengeluarannya untuk satu set kostum dan wig. Harga paling umum untuk sewa kostum biasanya berada di kisaran Rp100 ribu rupiah sampai Rp500 ribu rupiah. Sedangkan untuk saat ini ia sudah bisa membeli kostum yang harganya mulai dari Rp3 juta, Rp5 juta, dan yang paling mahal adalah kostum karakter Koseki Bijou dari Hololive dengan harga Rp11 Juta. Bahkan koleksinya sekarang sudah mencapai 50 kostum.

"Untuk kostum pertamaku dari jerih payah nabung itu harganya Rp700 ribu rupiah, kostum Amelia Watson, karakter Vtuber dari Hololive EN," jelasnya.

Pengeluaran untuk sewa atau membeli kostum itu belum termasuk biaya make up dan saat event berlangsung. Untuk make up Erria memerlukan sekitar Rp1 juta sampai Rp2 juta rupiah. Sedangkan untuk keperluan di event selain transport, Erria juga perlu untuk mengisi perutnya agar tetap bertenaga sepanjang acara. Sehingga per event Erria dapat menghabiskan sekitar Rp500 ribu rupiah untuk transport pulang-pergi dan konsumsi.

Namun, untuk pemasukan Erria tidak terlalu berfokus pada urusan finansial semata. Menurutnya bisa bekerjasama dengan brand-brand besar telah menjadi salah satu achievment berarti dalam hidupnya. Melalui instagram Erria, dapat dilihat bahwa dirinya pernah bekerjasama dengan Genshin Impact, MSI, Mobile Legend, Ragnarok Online, dan lainnya itu lebih bernilai ketimbang uang. Menjadi performer atau guest star di berbagai event juga jadi hal yang ia cintai dalam karirnya saat ini.

3. Komunitas Cosplay bisa berbagi dengan sesama

Menelisik Dunia Cosplay, Bukan Sekadar Seni BerkostumFoto aksi sosial bukber di Pondok Yatim Dhuafa 2023. instagram.com/@erigator.official

Bagi Erria, Erigator sudah seperti teman dekat yang solid. Ketika dirinya hadir di event-event di luar Jabodetabek, di saat itulah fansnya datang dan memberinya oleh-oleh makanan khas dari daerahnya masing-masing. Bahkan yang paling unik waktu itu Erria pernah dibawain pempek sekarung oleh penggemarnya, beberapa dari Erigator juga ada yang membawakan makanan untuk kucing peliharaannya.

Ia juga mengaku sering membuat event online untuk memberdayakan komunitasnya. Seperti saat peirngatan hari kemerdekaan Indonesia, Erria bersama Erigator bikin event di laman Discord seperti lomba gambar, lomba gombal, dan kegiatan seru lainnya.

"Mungkin ada yang menganggap interaksi antara cosplayer dan fans itu biasa, tapi aku gak, aku maunya merangkul mereka sebagai temen dan saling sharing experience," ujar cosplayer yang gemar streaming game itu.

Erria bersama Erigator juga ikut serta dalam memberdayakan sekitar lewat kegiatan-kegaitan sosial, seperti join sebagai relawan, berbagi bersama anak-anak di panti asuhan, donasi ke shelter hewan, dan masih banyak lagi kegiatan sosial yang lain.

4. Perkembangan dunia Cosplay dari masa ke masa

Menelisik Dunia Cosplay, Bukan Sekadar Seni BerkostumFoto bersama erigator saat di event comifuro. instagram.com/@erigator.official

Bagi Erria yang sudah mengidolakan cosplayer sejak kecil hingga pada akhirnya dapat menjadi bagian dari cosplayer itu sendiri, bahkan dapat bersanding dengan para idola-idolanya, menyikapi perkembangan dunia cosplay dari masa ke masa yang cukup dinamis.

Dulu, sebelum istilah cosplay setenar sekarang, setiap event cosplay itu selalu ada saja pengunjung yang kurang bisa menghargai kenyamanan cosplayer. Banyak dari mereka yang menyentuh cosplayer sembarangan tanpa izin, merangkul tanpa izin, lalu ketika fotbar nempelnya terlalu dekat. Hal-hal yang kurang nyaman itu membuat banyak cosplayer merasa takut, apalagi faktor pelecehan seksual sekarang beragam jenisnya.

Tapi untuk sekarang, jelas Erria, sudah banyak komunitas cosplayer yang lebih peduli dan teredukasi soal hal tersebut. Banyak dari mereka yang speak up dan memberi sanksi tegas di setiap event cosplay bagi pengunjung yang melanggar privasi atau kenyamanan cosplayer.

Meskipun awalnya banyak yang menganggap cosplay itu hobi yang tidak familiar, namun sekarang banyak cosplayer yang bermunculan dan turut membawa impact positif. Apalagi hal tersebut dapat terwujud dari usaha idola-idolanya dahulu. Berkat merekalah, imbuh Erria, dunia cosplay dipandang positif.

"Ternyata bisa loh cosplay itu sampai ke kancah internasional, dari cosplay juga kita bisa belajar jahit, edit video, bikin video, bikin wig, dan lain-lain," ungkapnya.

Apalagi di zaman yang serba modern ini cosplay sudah tidak lagi dipandang sebagai hal yang aneh, melainkan dari cosplay seseorang dapat belajar banyak hal, bertemu dengan orang baru, berbagi pengalaman, sampai berkegiatan positif bersama-sama.

5. Cosplay bagian dari multikulturalisme budaya

Menelisik Dunia Cosplay, Bukan Sekadar Seni BerkostumErria saat menjadi guest star di event LBFEST 2023. instagram.com/@myx.gallery2

Melihat dunia cosplay yang begitu digandrungi sebagian Gen Z, Pakar Ilmu Budaya Universitas Airlangga Puji Karyanto menyikapi hal tersebut sebagai bagian dari dinamika budaya kontemporer. Menurutnya cosplay jadi pilihan alternatif bagi Gen Z untuk mengenal budaya populer luar negeri yang masuk ke Indonesia, salah satunya adalah budaya Jepang yang diambil dari anime atau film-filmnya.

Alih-alih berdampak buruk, tuturnya, cosplay justru memberi dampak positif terhadap multikulturalisme budaya itu sendiri. Dalam konteks hari ini, ditengah perkembangan zaman yang semakin modern dengan adanya globalisasi dan teknologi informasi, kebudayaan sangat tidak mungkin dibuat sekat-sekat. Sehingga kebudayaan yang diakses oleh satu bangsa ke bangsa yang lain jadi semakin cair dan tidak dapat dihindari.

Menurutnya masyarakat juga tidak perlu khawatir terhadap pengaruh minat anak muda terhadap budaya asing yang semakin tinggi. Puji Karyanto menyebutkan bahwasanya sudah dari zaman dulu bangsa Indonesia menerima budaya-budaya baru, bahkan sebelum agama-agama pendatang masuk ke nusantara, orang Indonesia punya budayanya sendiri.

"Maka budaya baru dan budaya tradisional itu saling bersinergi, berakulturasi, dan membentuk budaya-budaya baru. Justru ini hal yang bagus," ujarnya saat diwawancarai IDN Times.

Jadi bagi dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair itu cosplay bukanlah hal yang baru, sebab jauh sebelum hari ini masyarakat sudah mengenal karnaval, pawai, dan lain sebagainya yang identik dengan kostum tertentu. Sedangkan yang jadi pembeda adalah jika dulu kita mengenakan kostum pahlawan atau tokoh dari cerita dan sejarah bangsa, maka untuk cosplay kita mengenakan kostum yang dikenakan oleh karakter-karakter yang ada di dalam anime atau film Jepang.

"Saya pikir cosplay ini hal yang bagus dan memberi cakrawala yang baru, asal anak-anak muda tidak kehilangan jati diri bangsanya," tukasnya.

Baca Juga: 9 Penampilan Grup KPop Cosplay Jadi Karakter Disney, Totalitas!

Rachmaddani Rizki Saputra Photo Community Writer Rachmaddani Rizki Saputra

Jurnalis magang katanya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya