Kusnan Basori saat mempersiapkan sepiring Orem-orem. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)
Kusnan juga mengungkapkan jika yang membuat Orem-orem di warungnya banyak didatangi orang-orang luar kota karena rasa kuahnya yang khas. Menurutnya memang ada resep rahasia yang diturunkan pada anak-anak Haji Abdul Manan.
"Resep ini memang dari almarhum abah, dipertahankan hingga sekarang. Kalau sekarang sudah diturunkan ke kakak perempuan saya. Jadi yang membuat khas itu ada bumbu pepek uang terdiri dari kunir, kencur, jahe, dam lainnya. Jadi memang bumbu Orem-orem ini memang seperti jamu," ungkapnya.
Karena bumbunya yang tidak biasa, ternyata ini juga yang menjadi kendala Kusnan untuk bertahan di persaingan kuliner Kota Malang yang kian sengit. Harga-harga bumbu Orem-orem lumayan mahal, namun mereka tidak bisa begitu saja menaikkan harga seporsi Orem-orem, yaitu Rp10 ribu.
"Karena Orem-orem ini bukan makanan yang berbahan dasar daging, bahan dasarnya tempe dan lontong, jadi kalau kita buat mahal pasti pelanggan akan lari. Tahun 2000an kita sempat jual dengan harga masih Rp8 ribu selama 10 tahun, tapi sekarang harga kebutuhan pokok semakin naik," ujarnya.
Ia mengaku kalau keuntungan mereka benar-benar mepet, tapi ia tetap ingin mempertahankan pelanggan-pelanggan dari kalangan bawah seperti tukang becak, kuli, dan lainnya. Pasalnya pelanggan dari kalangan bawah ini pasti mencari makanan yang harganya murah tapi porsinya banyak, jadi solusinya ya Orem-orem.