Suasana warung Bebek Bakar Garuda kuliner malam di kawasan Bandara Juanda di Sidoarjo. dok. Bebek Bakar Garuda.
Bebek bakar Garuda berdiri tahun 2015 di Pertokoan Sedati Agung Blok A1 Sidoarjo. Mulanya, Han terinspirasi dari ayahnya Pak Slamet yang sudah 25 tahun jualan Nasi Goreng Garuda. Nama Garuda diambil dari Jalan Garuda, Pasar Betro, Sedati, Sidoarjo.
Karena nasi goreng garuda mulai redup, Han kemudian berdiskusi dengan ibunya Ida Nuryani. Muncullah ide jualan penyetan ayam, bebek, lele, dan tempe penyet. Penyetan sempat sepi, lalu ganti ide jualan ikan bakar dan ayam. Lagi-lagi peminat sedikit.
"Terus muncul ide lagi, kenapa bebek kok gak dibakar. Setelah itu banyak yang penasaran dengan bebek bakar yang kami buat," katanya.
Sampai sekarang, pertumbuhan peminat warung Bebek Bakar Garuda naik terus. Dulu awal 2015 hanya mampu menghabiskan 20 porsi atau 5 ekor bebek, lalu di tahun 2018 sampai sekarang dapat menghabiskan 30-35 ekor bebek atau setara 120-125 porsi.
"Itu belum menu ayam dan ikan lainnya. Pandemik kemarin juga masih ok, turun gak terjun bebas. Kami juga mulai melayani Grab Food," katanya.
Han bersyukur, hingga sekarang warungnya bisa mempekerjakan 3 karyawan dengan gaji bulanan plus gaji harian sebagai tambahan. "Makan, minum, tidur sudah kami tanggung. Mereka para milenial yang pantang menyerah," katanya.