Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
1000423051.jpg
Wisatawan asing saat menikmati destinasi Festival Sego Lemeng. (Dok. Pemkab Banyuwangi).

Intinya sih...

  • Nasi Lemang merupakan kuliner tradisional Banyuwangi, Jawa Timur, dimasak dalam batang bambu dengan citarasa gurih dan aroma khas.

  • Nasi Lemang memiliki sejarah dalam perjuangan kemerdekaan masyarakat suku Osing di Desa Banjarsari, yang membantu bertahan hidup selama penjajahan Belanda.

  • Kuliner tradisional Nasi Lemang dilestarikan dalam event wisata Festival Kopi uthek & Nasi Lemang Banjar untuk memperkenalkannya pada para wisatawan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Nasi Lemang atau Sego Lemeng merupakan Kuliner tradisional Banyuwangi, Jawa Timur. Hidangan yang dimasak dengan metode dibakar dalam batang Bambu. Memiliki citarasa gurih sedap serta memiliki aroma khas dari daun pisang dan proses pembakaran.

Nasi lemang bukan sekedar hidangan, bagi suku Osing di Desa Banjarsari, Kecamatan Glagah, hidangan ini memiliki nilai sejarah dan filosofis budaya tersendiri. Selengkapnya berikut tentang nasi lemang atau sego lemeng.

Memiliki Sejarah dalam Perjuangan Kemerdekaan

Warga Banyuawangi menyiapkan sego lemeng. (Dok. Pemkab Banyuwangi).

Masyarakat suku Osing di Desa Banjarsari punya cerita yang dipercayai turun temurun. Bahwa nasi lemang menjadi bagian sejarah perjuangan di masa penjajahan Belanda. Sebab nasi lemang yang membantu bertahan hidup selama bergerilya di dalam hutan.

Saat masuk ke hutan, para pejuang hanya berbekal beras dan garam. Mereka harus memasak di dalam hutan dengan peralatan seadanya, yang kemudian memanfaatkan pohon bambu untuk memasaknya. Cara memasak dengan mambakar beras dalam bambu ternyata menghasilkan hidangan yang lezat dan membuat para pejuang bertahan dalam hutan.

Cara Memasak dalam Bambu Ciptakan Citarasa Nikmat

Sajian sego lemeng dan kopi othek khas Banyuwangi. (Dok. Pemkab Banyuwangi).

Setelah penjajahan usai, para wanita Suku Osing Desa Banjarsari masih memasak nasi lemang dengan rempah lebih lengkap yang membuatnya lebih nikmat. Beras dimasak dengan santan, garam, jeruk purut, daun salam dan serai. Nasi dibungkus dalam daun pisang dan ditambah cacahan daging ayam, ikan segar atau ikan asin.

Selanjutnya bungkusan nasi dimasukkan dalam bambu, lalu dibakar di atas api saat akan dimakan. Proses menanak nasi yang lama membuat nasi lemang lebih tahan lama atau tidak mudah basi. Cara memasak dibakar dalam bambu menciptakan rasa dan aroma yang khas, inilah yang membuatnya semakin nikmat.

Kuliner Tradisional yang Menolak Punah

Penyajian Sego Lemeng khas Banyuwangi. (Dok. Banyuwangi).

Nasi Lemang merupakan kekayaan kuliner Suku Osing yang hampir punah. Beruntung masih dapat ditemukan berkat tekat warga di Desa Banjarsari yang menjaganya tetap ada. Warga mengajarkan resep dan cara memasaknya pada sanak kerabat untuk memastikan lezatnya nasi lemang tetap ada dalam upacara adat dan tradisi desa.

Warga Banjarsari juga bekerjasama dengan agen perjalanan untuk bisa memperkenalkan nasi lemang pada wisatawan. Biasanya wisatawan yang datang berkelompok akan memesan nasi lemang untuk dinikmati selagi berkeliling ke Desa Wisata Banjarsari. Selain itu berkat dukungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang menjadikannya festival Wisata.

Dilestarikan dalam Event wisata Festival

Wisatawan asing saat menikmati destinasi Festival Sego Lemeng. (Dok. Pemkab Banyuwangi).

Upaya melestarikan nasi lemang sebagai warisan budaya, Pemkab Banyuwangi rutin menggelar Festival Kopi uthek & Nasi Lemang Banjar. Festival bertujuan memperkenalkan hidangan makanan dan minuman lokal pada para wisatawan.

Pengunjung festival bisa menyaksikan proses memasak nasi lemang yang dilakukan warga Desa Banjarsari, hingga mencicipi langsung kelezatannya.

Itulah fakta menarik nasi lemang, kuliner tradisional Suku Osing Banyuwangi. Tertarik mencicipi kelezatannya? Datang saja ke Desa Wisata Banjar yang berada di kaki Gunung Ijen. Selain bisa mencicipi nasi lemang, sekaligus menikmati pemandangan alam desa yang menawan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team