Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Madiun, IDN Times – Bluder Cokro merupakan salah satu produk kuliner legendaris asal Kota Madiun. Proses produksi hingga penjualannya mulai dirintis oleh almarhumah Ny Suzana di era 1987-an. Waktu itu, ia menerima saran untuk berbisnis roti dari sejumlah kerabat dan yang sempat mencicipi roti buatan tangan Ny Suzana.
Perempuan yang memiliki hobi cooking dan baking ini pun tertarik. Roti yang dulunya dikenal sebagai makanan kaum bangsawan Belanda ini mulai dititipkan kepada penjual kue di Pasar Kawak di Jalan Kutai.
Pemilik usaha Bluder Cokro saat ini, Hary Sasono, mengatakan bahwa penjualan per hari kala itu masih sangat sedikit. “Dari 20 yang dititipkan, laku satu atau dua saja per hari,” ujar pria yang merupakan penerus usaha roti itu saat ditemui IDN Times, Jumat (4/3/2022).
Baca Juga: 7 Rekomendasi Roti Bluder di Madiun, Lembut sampai Gigitan Terakhir
1. Orderan terbanyak pertama dari Lanud Iswahjudi
Roti bluder yang dipajang di outlet Roti Bluder Cokro, Kota Madiun diserbu pembeli. IDN Times/Nofika Dian Nugroho Semangat Ny Suzana, yang merupakan ibu dari Hary tidak kendor. Ia terus menawarkan produk roti bikinannya ke sejumlah toko di Kota Madiun. Secara perlahan, penjualannya juga meningkat hingga 50 biji roti bluder per hari.
Seiring dengan itu jumlah produksi roti yang berlangsung di kediaman keluarga Hary di Jalan Cokroaminoto, Kota Madiun ditambah. Upaya ini untuk memenuhi permintaan konsumen yang juga meningkat. Hingga akhirnya, di era 1990-an pemilik usaha mendapatkan pesanan 1.000 pcs roti bluder dari pihak Lanud Iswahjudi.
2. Dikerjakan siang dan malam selama dua hari
Produk Bluder Cokro yang dipajang di outlet di Jalan Hayam Wuruk, Kota Madiun. IDN Times/Nofika Dian Nugroho Hary mengungkapkan, orderan sebanyak itu baru kali pertama diterima sejak Ny Suzana membuka usaha roti bluder. Proses pembuatannya pun cukup menyita waktu. Apalagi, seluruh tahapannya dilakukan secara manual.
“Kalau nggak salah butuh waktu dua hari, sampai lembur-lembur,” ujar pria yang kini berusia 42 tahun itu.
3. Salah satu kunci pembuka pangsa pasar
Produk roti bluder yang dipajang di outlet Roti Bluder Cokro di Jalan Hayam Wuruk, Kota Madiun. IDN Times/Nofika Dian Nugroho Pesanan dari Lanud Iswahjudi dinyatakan sebagai salah satu pembuka kunci meluasnya pangsa pasar roti bluder buatan Ny Suzana yang diberi merek Cokro. Sebab, pemesan juga mengirim hasil olahan bahan baku roti itu ke Lanud lain di Makasar dan Jakarta.
“Dari situ, banyak yang tahu jika di Madiun ada yang membuat roti bluder. Perminataan juga semakin bertambah,” ujar suami dari Erica Puspa Sari Santoso ini.
4. Awalnya terkendala alat
Roti bluder yang dipajang di outlet Roti Bluder Cokro, Kota Madiun diserbu pembeli. IDN Times/Nofika Dian Nugroho Kendati demikian, jumlah roti bluder yang diproduksi tidak bisa meningkat drastis. Dalam sehari hanya mampu membuat 120-150 pcs per hari, kala itu. Selain karena alat yang masih yang serba manual, proses pengembangan roti membutuhkan waktu sekitar empat jam. Kemudian, pendinginan selama 1,5 jam sebelum dapat dikemas.
Jumlah produksi berangsur meningkat setelah usaha roti bluder dipegang oleh kakak dari Hary Sasono. Dalam sehari, rata-rata roti yang dihasilkan sebanyak 300 -400 pcs yang terhitung antara tahun 2004 hingga 2013. "Pada tahun 2004 mama meninggal dunia, usaha roti diteruskan oleh kakak," ucap Hary.
5. Kini mampu 12 – 15 ribu pcs per hari
Produk Bluder Cokro yang dipajang di outlet di Jalan Hayam Wuruk, Kota Madiun. IDN Times/Nofika Dian Nugroho Kemudian, pada tahun 2013, kakak Hary menyerahkan usaha roti bluder Cokro kepada pihak keluarga. Hary, akhirnya yang didapuk sebagai penerus dari usaha yang dirintis almarhumah ibunya. Sejumlah inovasi dilakukan, seperti pembaharuan alat yang sebelumnya manual menjadi otomatis.
Sejak saat itu, Hary mampu memproduksi 2.000 hingga 2.500 pcs roti rata-rata per hari. Karena kapasitas tempat usaha yang lama di Jalan Cokroaminoto, Kota Madiun tak dapat menampung, bapak dari dua anak ini membangun pabrik baru di Jalan Hayam wuruk.
Di tempat baru dengan gaya bangunan klasik Eropa itu, jumlah produksi yang mampu diproduksi sebanyak 12 ribu hingga 15 ribu rata-rata per hari. “Untuk varian rasa, sekarang ada 21. Selain coklat, keju, original, ada kismis, coklat keju, taro, klepon, kopi, bluerberry, dan sebagainya,” jelas Hary sembari menyatakan resep roti bluder tidak diubah sejak era Ny Suzana.
Baca Juga: 7 Fakta Roti Bluder sebagai Oleh-oleh Khas Kota Madiun, Sudah Tahu?