Petani Porang di Madiun Beralih Menanam Tembakau

Tembakau dianggap lebih jelas harga jualnya

Madiun, IDN Times - Musim kemarau panjang tahun ini, sebagian besar petani di desa Bodag, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun Jawa Timur beralih menanam tembakau yang dinilai lebih menguntungkan dibandingkan menanam porang.

1. Tembakau lebih menguntungkan dibanding porang

Petani Porang di Madiun Beralih Menanam TembakauPetani porang Madiun beralih ke tanaman tembakau/ IDN Times/ Riyanto

Hal tersebut diungkap oleh koordinator penyuluh pertanian kecamatan Kare, Agung Setyonugroho, bahwa perkembangan tanaman tembakau beberapa tahun terakhir luar biasa.

Agung menyebut awalnya tanam tembakau dimulai oleh beberapa petani porang tahun 2021 seluas 5 hektar. Seiring waktu pada 2022 mencapai 23 hektar. Karena menguntungkan terus melebar hingga 2023 tanaman tembakau tercatat seluas 56 hektar di 8 desa.

"Para petani memang mau memanfaatkan lahan perkebunan, yang di musim kemarau nganggur tidak ada yang dikerjakan," kata Agung, Senin (18/9/2023)

Baca Juga: Pekerja Pabrik Gula Pagotan Madiun Tewas Terjepit Mesin Mixer

2. Sebelumnya mereka menanam Porang

Petani Porang di Madiun Beralih Menanam TembakauPetani tembakau di desa Bodag Kecamatan Dungus Madiun/ IDN Times/ Riyanto

Para penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan Kare ingin mengubah stigma bahwa komoditas pertanian bukan hanya tanaman pangan, hortikultura, kopi, kakao, dan perkebunan lainnya. Melainkan membawa komoditas baru yang memiliki nilai ekonomi tinggi, yaitu tembakau.

"Awalnya mereka ini semua tanam porang. Tetapi belakangan harga porang jatuh ya, kemudian petani beralih tembakau yang harganya lebih menjanjikan ketimbang porang. Prospek pasar tembakau juga sangat bagus dan sudah jelas harganya pun menjanjikan," paparnya.

3. Harga tembakau grade A Rp41 ribu

Petani Porang di Madiun Beralih Menanam TembakauPetani porang desa Bodag Kare Madiun beralih tanam tembakau/ IDN Times/ Riyanto

Soal paska panen, para petani tembakau tidak binggung lagi menjualnya. Karena bekerja sama dengan pihak ketiga, untuk grade rendah atau daun bawah dihargai Rp10 sampai Rp12 ribu, sedang untuk grade A daun atas diharhagai Rp 41 ribu per kilo.

"Untuk daun pasca panen kalau dari pihak ketiga diekspor. Jadi dari petani daun utuh dikeringkan disertai jenisnya. Lalu dikemas 40 kilogram dibawa ke pabrik," jelasnya lagi.

Masih menurut Agung, peningkatan permintaan daun tembakau dari tahun ke tahun sangat tinggi. Pabrik penampung menargetkan 200 hektar.

"Yang jelas permintaan meningkat, kualitas sudah diuji laboratorium dan tidak kalah dengan daerah lain. Kami fokus ke kuantitas perbanyak jumlah produksi tahun depan," Agung memungkasi.

Baca Juga: Waduk Dawuhan Mengering, Ancam Pertanian di Tiga Kecamatan Madiun

Riyanto Photo Community Writer Riyanto

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya