TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Fakta Makam W.R. Soepratman di Surabaya

Pencipta lagu Indonesia Raya ini dimakamkan di Surabaya

Patung W.R. Soepratman sedang bermain biola terdapat di area makam. Instagram/milenialcintabudaya

Wage Rudolf Soepratman, pahlawan Indonesia yang dikenang atas jasanya dalam menciptakan lagu Indonesia Raya, meninggal di usia 35 tahun. Makam W.R. Soepratman berada di Kota Surabaya. Kota terakhir yang ditinggali Sang Maestro sebelum menghembuskan napas terakhir pada 17 Agustus 1938.

W.R. Soepratman lahir di Purworejo 19 Maret 1903. Hidupnya tidak dihabiskan di tempat kelahirannya melainkan berpindah-pindah tempat. Di antaranya Jatinegara, Makassar, Jakarta, Bandung, Jakarta, Cimahi, Pemalang dan terakhir di Surabaya. Ia dibawa oleh kakak perempuannya bernama Rukiyem Supratiyah ke Surabaya dalam keadaan sakit.

W.R. Soepratman meninggal dunia di rumah yang ditinggali selama di Surabaya, tepatnya di Jalan Mangga nomor 21, karena gangguan jantung yang dideritanya. Berikut ini tiga fakta di balik makam W.R. Soepratman:

Baca Juga: Masjid Perut Bumi di Tuban: Lokasi dan Daya Tarik

1. Makam W.R. Soepratman sempat dipindah sebelum menempati lokasi sekarang

Kompleks makam W.R. Soepratman di Surabaya. Instagram/pesonasuroboyo

Setelah meninggal, W.R Soepratman dimakamkan di Pemakaman Umum Rangkah, Jalan Tambak Segaran Wetan, Surabaya. Namun pada sekitar tahun 1960, atas permintaan keluarga dan pemerintah, almarhum dipindah ke depan makam Rangkah. Waktu itu kebetulan ini adalah tanah kosong, sehingga bisa digunakan untuk makam pribadi W.R. Soepratman.

Lokasi makam beralamat di Jalan Kenjeran, Rangkah, Kecamatan Tambaksari, Surabaya. Lokasinya berada di tepi jalan besar arah ke Jembatan Suramadu sehingga mudah diakses.

2. Ada ukiran biola di makam W.R. Soepratman

Ukiran biola di makam W.R. Soepratman di Surabaya. Instagram/milenialcintabudaya

Makam W.R. Soepratman berada di cungkup dengan lantai marmer. Makam Sang Maestro juga dimarmer di semua sisi, sementara bagian yang tidak dimarmer tepatnya di bagian tengah diukir hingga membentuk biola. Pada bagian yang tidak dimarmer ini biasanya digunakan peziarah untuk menabur bunga.

Di bawah biola, ada potongan notasi balok lagu Indonesia Raya dengan lirik pada bait “Indonesia tanah airku”, “Indonesia Tanah jang mulja” dan “Indonesia Tanah jang sutji”. Pada nisan sang maestro juga terdapat ukiran unik.

Baca Juga: 8 Masjid Ikonik di Surabaya Penuh Sejarah

Verified Writer

dhafintya noorca

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya