Polemik Perdunu Rencana Gelar Festival Santet, Menemukan Titik Temu

Peristiwa pembantaian dukun santet tahun 1998 jadi trauma

Banyuwangi, IDN Times - Belasan tokoh ulama beserta dukun di Kabupaten Banyuwangi baru saja mendirikan Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) pada 3 Februari 2021. Meski baru terbentuk, komunitas tersebut mendapat sorotan karena bakal menggelar acara Festival Santet yang rencananya akan berlangsung pada Bulan Suro, sekitar Agustus-September mendatang.

1. Perdunu akhirnya sepakat untuk menghapus kata "Santet"

Polemik Perdunu Rencana Gelar Festival Santet, Menemukan Titik TemuDialog Perdunu dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi. IDN Times/Istimewa

Festival Santet tersebut mendapat sorotan dari berbagai kalangan, mulai dari pelaku pariwisata hingga Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Perdunu didesak untuk menghilangkan kata "santet" dan "dukun" dalam kegiatan dan nama komunitasnya.

Melalui dialog dengan berbagai pihak, Perdunu akhirnya menghapus kata "santet". "Jadi kami skip dulu kegiatan tersebut, karena kata santet itu yang memicu viral dan kegaduhan di dunia maya. Banyak yang masih bingung dan termakan makna negatif santet," kata deklarator Perdunu, In'amul Muttaqien kepada IDN Times, Sabtu (13/2/2021).

Sementara, terkait kata "dukun" dalam komunitasnya, pihaknya masih mempertahankan karena tujuan terbentuknya Perdunu diharapakan bisa mengenalkan apa itu dukun.

"Mereka menuntut untuk mengganti kata santet dengan kata yang lebih elegan. Bahkan menuntut kata dukun juga diganti. Kami akhirnya rapat terbatas dengan seluruh deklarator. Awalnya tetap satu kata, agar tidak menghilangkan kata dukun. Termasuk kata santet," ujarnya.

"Kemudian pada hearing kedua, kami pertimbangkan daripada menghambat program kami, maka kami pending, lagian juga masih jauh (Bulan Suro). Bisa juga diganti bahasa apa. Kalau Perdunu tetap, kata dukun tidak dihilangkan," tambahnya.

2. Festival diadakan dengan maksud untuk mengedukasi

Polemik Perdunu Rencana Gelar Festival Santet, Menemukan Titik TemuDialog Perdunu dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi. IDN Times/Istimewa

Deklarasi terbentuknya Perdunu, kata In'amul, berlangsung di Villa Bejong yang terletak di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Rabu, (03/2/2021) sore. Tidak hanya sekadar perkumpulan, para dukun berencana mengajukan legalitas hukum untuk Perdunu. Dari 15 deklarator yang hadir, 30 persen merupakan dukun dan sisanya tokoh masyarakat dan ulama.

In'amul mengatakan, Perdunu mulanya ingin menggelar semacam seminar di setiap kecamatan di Banyuwangi. Seminar yang merupakan bagian dari festival tersebut akan membahas tentang dunia mistik yang dinilai wajib diyakini keberadaannya.

Selain itu, juga digelar doa bersama (istighosah) agar kasus perceraian di Banyuwangi dan daerah lain selama pandemik bisa ditekan. Perdunu sendiri juga ingin menjadi kelompok dukun yang menolong hal-hal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.

"Tujuannya, karena angka perceraian di Banyuwangi dan daerah lain meningkat, ini kami gelar istighosah agar hubungan yang diujung tanduk bisa kembali harmonis. Tapi banyak pihak yang menekan kita," katanya.

"Jadi kalau secara nasional kita gak masalah, tapi ada masalah dengan Pemda Banyuwangi," tambahnya.

3. Banyak pihak menilai Festival Santet bisa merusak citra pariwisata

Polemik Perdunu Rencana Gelar Festival Santet, Menemukan Titik TemuDialog Perdunu dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi. IDN Times/Istimewa

In'amul melanjutkan, kelompok pelaku pariwisata hingga pihak Pemkab Banyuwangi menilai keberadaan Festival Santet akan membuat upaya mereka untuk menghilangkan citra daerah santet sia-sia.

"Karena pemerintah membangun citra wisata 10 tahun, citra santet dikhawatirkan bisa memperlemah pariwisata. Kemarin sudah diajak hearing di dinas pariwisata, mengundang aliansi wisata Pokdarwis, dengan dalih tourism rate banywuangi apabila kata santet digaungkan takutnya menurun. Padahal karena efek corona, kalau dilihat selama beberapa bulan terakhir," paparnya.

4. Pemkab masih meminta agar kata "dukun" dihilangkan

Polemik Perdunu Rencana Gelar Festival Santet, Menemukan Titik Temupexels.com/Snapwire

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi, Mohammad Yanuarto Bramuda mengapresiasi upaya Perdunu yang telah menghapus kata "santet" dalam rencana kegiatannya. Meski demikian, Bramuda masih berharap agar Perdunu mau menghapus kata "dukun" yang dinilai memiliki stigma negatif untuk pariwisata.

"Kami berharap kata dukun juga diubah karena masyarakat masih memberikan stigma negatif dalam kata dukun. Kami sudah membangun citra pariwisata Banyuwangi selama 10 tahun agar stigma tersebut tidak membuat takut," ujar Bramuda.

Masyarakat Banywuangi sendiri memiliki trauma dengan peristiwa yang dikenal pembantaian dukun santet yang terjadi pada tahun 1998. Peristiwa tersebut membuat Banyuwangi juga sempat dikenal sebagai kota santet.

Baca Juga: Festival Dukun Santet di Banyuwangi, Bukan Ajang Pamer Kekuatan

Mohamad Ulil Albab Photo Verified Writer Mohamad Ulil Albab

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya