TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Masjid Kembang Sore, Jejak Sejarah Syiar Islam di Magetan 

Masjid ini dibangun sangat cepat seperti kembang sore hari

Masjid Al Furqon, atau yang lebih dikenal dengan Masjid Kembang Sore, masih berdiri kokoh di Desa Pacalan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan ini masih berdiri kokoh meski telah berusia lebih dari 200 tahun. IDN Times/ Riyanto

Magetan, IDN Times - Masjid Al Furqon, atau yang lebih dikenal dengan Masjid Kembang Sore, masih berdiri kokoh di Desa Pacalan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan. Masjid berusia lebih dari 200 tahun ini menjadi bukti sejarah penyebaran agama Islam di bumi Magetan.

1. Masjid ini diyakini lebih tua dari masjid kuno At-Taqwa di Tamanarum

Masjid Al Furqon, atau yang lebih dikenal dengan Masjid Kembang Sore, masih berdiri kokoh di Desa Pacalan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan ini masih berdiri kokoh meski telah berusia lebih dari 200 tahun. IDN Times/ Riyanto

Menurut Agus Suharto, Kades Pacalan, masjid ini dibangun pada tahun 1814 oleh Ki Ageng Nolodipo atau Kembang Sore, seorang tokoh penyebar agama Islam, masjid ini terletak di dataran tinggi dan tersembunyi di antara rimbunnya pohon bambu. Berada satu kompleks dengan makam pendirinya, masjid ini menjadi destinasi wisata religi yang menarik untuk dikunjungi.

"Meskipun telah mengalami renovasi, masjid ini masih menyimpan ornamen-ornamen kuno yang menakjubkan. Tiang-tiang masjid yang dibuat hanya dengan kapak memberikan kesan tempo dulu yang kental," kata Agus kepada IDN Times, Selasa (2/4/2024).

Selanjutnya di belakang masjid terdapat kompleks makam keluarga Ki Ageng Nolodipo, termasuk bupati Magetan ke-2 Purwodiningrat dan bupati ke-3 Sosrodipuro.

Baca Juga: Masjid Kuno At-Taqwa, Saksi Bisu Siar Islam di Magetan Sejak 1840

2. Sejarah Ki Ageng Kembang Sore

Ki Ageng Nolodipo atau Kembang Sore dimakamkan di belakang masjid. IDN Times/ Riyanto

Masih menurut Agus, Ki Ageng Nolodipo merupakan bangsawan dari Keraton Yogyakarta yang menyebarkan agama Islam di sisi timur Gunung Lawu.

"Dahulu masjid ini dibangun atas permintaan Purwodiningrat sebagai bentuk penghormatan kepada gurunya," terangnya.

Nama Kembang Sore sendiri, lanjut Agus berasal dari bunga yang banyak tumbuh di sekitar masjid dan mekar setiap sore hari.

"Menurut sejarah, pembangunan masjid ini berlangsung sangat cepat, seperti kembang sore yang pagi hari masih kuncup sorenya mekar," bebernya.

Berita Terkini Lainnya