TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Langgar Gipo di Surabaya Jadi Cagar Budaya dan Wisata Religi

Langgar berusia 304 tahun loh rek!

Koleksi benda bersejarah di Langgar Gipo Surabaya. (Dok. Diskominfo Kota Surabaya)

Surabaya, IDN Times - Langgar Gipo, salah satu musala tertua di Surabaya Jawa Timur yang terletak di Jalan Kalimas Udik 1/51, telah diresmikan sebagai Cagar Budaya dan Destinasi Wisata Kota Lama pada Sabtu, (15/6/2024). Langgar ini memiliki nilai sejarah sebagai saksi perjuangan ulama Nahdlatul Ulama (NU) melawan kolonialisme di Kota Pahlawan, khususnya peran KH Hasan Gipo, Ketua Umum PBNU pertama.

Langgar dua lantai dengan luas 209 meter persegi ini adalah tempat penggemblengan para santri sebelum berangkat melawan penjajah dan pusat perumusan strategi oleh para ulama.

1. Langgar Gipo sebagai edukasi sejarah bagi generasi muda

Kawasan wisata Kota Lama Surabaya yang makin cantik. Instagram/surabaya

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan bahwa Langgar Gipo adalah tempat bersejarah bagi penggemblengan santri di masa penjajahan. Ia berharap, dengan penetapan Langgar Gipo sebagai Cagar Budaya, sejarahnya dapat terus dikenal oleh generasi muda, termasuk milenial dan Gen Z.

"Saya ingin anak cucu saya, serta anak-anak Surabaya, baik Gen Z maupun milenial, boleh terus maju tapi tidak melupakan sejarahnya. Jadi, hari ini saya tetapkan Langgar Gipo sebagai Cagar Budaya dan lantai duanya menjadi museum," kata Eri.

Untuk mengenalkan wisata religi bersejarah, Eri berencana mempromosikan Langgar Gipo kepada siswa-siswi di Surabaya. "Saya akan mengajak siswa SD dan SMP di bawah wewenang Pemerintah Kota Surabaya untuk mengunjungi Langgar Gipo sebagai wisata religi, agar mereka tahu sejarahnya," paparnya.

Langgar Gipo, yang dipugar sejak Februari 2024, melibatkan keluarga keturunan Sagipoddin (pendiri Langgar Gipo) dalam pengembangannya sebagai wisata religi. "Jadi, yang akan menjelaskan sejarahnya adalah pihak keluarga. Saya sudah sowan ke keluarga dan warga sekitar untuk menjadikan Langgar Gipo Cagar Budaya dan destinasi wisata," imbuhnya.

2. Penambahan koleksi benda bersejarah di Museum Langgar Gipo

Untuk menjaga nilai sejarah Langgar Gipo, pihaknya terus menambah koleksi benda bersejarah dari keluarga Sagipoddin. Koleksi tersebut ditempatkan di museum yang berada di lantai dua Langgar Gipo.

"Koleksi tambahan dari keluarga akan terus kita cari, karena masih ada beberapa benda keluarga yang belum diletakkan di sini. Kedepannya, keluarga akan banyak memasukkan benda bersejarah dan cerita terkait Langgar Gipo," ungkap Eri Cahyadi.

Pihaknya juga berencana menambah monitor di museum tersebut untuk menayangkan sejarah Langgar Gipo, termasuk profil dan tokoh-tokoh ulama yang terlibat. "Kita akan menambah satu monitor di sini, yang akan memutar perjuangan Langgar Gipo, profil, dan cerita bersejarahnya," paparnya.

Berita Terkini Lainnya