TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Melihat Kemeriahan Tradisi Kupatan Massal di Trenggalek

Tradisi sudah berusia ratusan tahun

Tumpeng berisi ketupat yang akan diarak dalam kupatan masal di Trenggalek. IDN Times/ istimewa

Trenggalek, IDN Times - Ribuan warga dari berbagai wilayah, turut serta memeriahkan tradisi kupatan masal di Desa/ Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek. Tradisi tersebut sudah berusia ratusan tahun dan tetap eksis hingga saat ini.

Tradisi kupatan massal tersebut dikemas dalam bentuk arak-arakan yang diikuti ratusan masyarakat. Terdapat dua tumpeng raksasa yang berisi kupat dan sayur mayur. Santri dan masyarakat kemudian mengarak tumpeng kupat raksasa menuju ke Pondok Pesantren Babul Ulum Durenan. Disana, pengasuh pondok memberikan doa keselamatan untuk para santri dan seluruh masyarakat. Setelah itu, masyarakat kembali mengarak tumpeng kupat raksasa menuju ke lapangan yang tak jauh dari pondok, untuk diperebutkan dengan suka ria.

1. Tradisi sudah berlangsung sejak 200 tahun lalu

Warga mengarak tumpeng berisi ketupat dalam tradisi kupatan masal di Trenggalek. IDN Times/ istimewa

Pengasuh Ponpes Babul Ulum, KH Abdul Fattah Mu'in mengatakan tradisi kupatan pertama kali dilakukan dalam satu rumah di lingkup ponpes. Namun, sampai ke generasi ke empat, tradisi kupatan sudah berkembang hingga masyarakat luas.

"Tradisi kupatan ini sudah diperingati sejak 200 tahun lalu. Dimulai dari kakek saya yakni Mbah Mesir," ujarnya, Rabu (17/4/2024).

Baca Juga: 5 Potret Meriahnya Perayaan Tradisi Kupatan di Trenggalek

2. Berawal dari tradisi di lingkup Ponpes

Warga mengarak tumpeng berisi ketupat dalam tradisi kupatan masal di Trenggalek. IDN Times/ istimewa

Pihak keluarga pondok memiliki tradisi untuk melakukan puasa syawal selama 6 hari. Setelah itu mereka baru menggelar open house di hari ke delapan bulan syawal. Dalam tradisi ini ketupat selalu menjadi hidangan untuk menjamu para tamu yang hadir.

"Jadi dulu keluarga pondok itu selalu menjalankan puasa sunah selama 6 hari setelah lebaran. Baru di hari ke 7, keluarga pondok membuka silaturahmi dan menyediakan hidangan ketupat," paparnya.

3. Warga yang datang untuk bersiaturahmi

Warga berebut tumpeng berisi ketupat dalam tradisi kupatan masal di Trenggalek. IDN Times/ istimewa

Kyai Mu'in menjelaskan, ada perbedaan yang mendasar dalam pelaksanaan tradisi kupatan di Durenan dengan daerah lainya dan tidak bisa ditiru. Yakni, silaturahmi kepada kyai dan antar masyarakat.

"Kalau di daerah lain, tradisi kupatan dilakukan dengan hiburan. Jadi kalau tidak ada hiburan, ya tidak ada yang mau datang," jelasnya.

Verified Writer

Bramanta Pamungkas

orang biasa peternak kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya