TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gas Melon Langka, Sejumlah Warga Banyuwangi Balik ke Tungku Kayu

Beberapa warga bahkan mencoba melirik kompor listrik

Foto: IDN Times/Agung Sedana

Banyuwangi, IDN Times – Kasus kelangkaan gas melon atau gas subsidi elpiji 3 kilogram di Banyuwangi, Jawa Timur, ini sudah terjadi hampir dua pekan terakhir. Banyak warga yang tidak kebagian pasokan gas melon memutuskan untuk kembali menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. Meskipun pasar murah yang digelar sudah mendistribusikan sekitar 19.200 tabung gas melon dari Pertamina, hal ini rupanya belum efektif mengatasi kelangkaan yang terjadi.

Baca Juga: Elpiji 3 Kg, Khofifah: Gasnya Ada, Tabungnya Langka!

1. Warga kembali gunakan tungku

Foto: IDN Times/Agung Sedana

Supiati (60), salah satu warga Dusun Sumber Wadung, Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, terpaksa balik ke tungku kayu. Hal ini disebabkan susahnya mendapatkan gas melon di kios-kios terdekat. 

Selain keberadaannya yang langka, Supiati juga mengeluhkan harga gas melon yang lebih mahal dari biasanya. Di wilayah Supiati, gas melon rata-rata dijual dengan harga Rp21 ribu per tabung. 

“Nyari gas sulit, harganya juga mahal. Kesana-sini pada habis, mau ke tempat bantuan (pasar murah) ya jaraknya jauh," jelasnya, Kamis (27/7/2023).

2. Pilih tungku kayu ketimbang harus antre lama

Tungku perapian. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Kondisi serupa juga dialami oleh Sukar (61) warga Dusun Krajan, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu. Sudah 4 hari ini Ia kembali mengaktifkan tungku kayu miliknya. Padahal, Sukar dan keluarganya sudah lama meninggalkan tungku kayu dan beralih ke kompor gas.

"Mungkin kalau di bawah (kota) gas masih ada. Tapi di sini susah. Karena terpaksa ya pakai luweng (tungku) lagi," jelas Sukar. 

Sukar mengakui, dari segi biaya penggunaan kayu bakar lebih ekonomis dibandingkan gas. Menurutnya, satu ikat kayu bakar seharga Rp12 ribu hampir setara dengan penggunaan gas melon subsidi. Namun, dia juga mengaku sedikit kesusahan membiasakan diri kembali menggunakan tungku kayu.

"Ya kalau menurut saya lebih murah pakai kayu. Apalagi dekat hutan sini kan banyak. Tapi ya itu ribet mungkin ya. Masih mending lah daripada antri panjang terus katanya harus pakai KTP dan KK juga sekarang," ujarnya. 

Baca Juga: Penyaluran LPG 3 Kg di Sejumlah Daerah Sudah Melebihi Kuota

Verified Writer

Agung Sedana

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya