TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Karya Sastra Indonesia yang Berlatarkan Tragedi 65

Sejarah berdarah yang pernah terjadi di Indonesia.

Ilustrasi buku di perpustakaan. https://www.istockphoto.com/SupachaiKannasoot

Tragedi berdarah yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965 mengundang sorotan di berbagai kalangan sastrawan. Peristiwa ini pun menginspirasi berbagai karya sastra, termasuk novel. Beberapa karya sastra contohnya. Karya-karya ini berani tampil dengan gaya bahasa yang berbeda-beda. Yuk, simak bagaimana sinopsis dari kelima buku fiksi dengan latar tragedi tahun 65. 

1. Gadis Kretek - Ratih Kumala

Gadis Kretek mengisahkan cinta terlarang antara Pak Raja, seorang pengusaha kretek, dan Jeng Yah, pembuat Kretek Gadis yang terkenal. Menjelang ajal, Pak Raja menyebut nama Jeng Yah, membuat ketiga anaknya, Lebas, Karim, dan Tegar, terkejut dan melakukan perjalanan untuk menemukannya.

Dalam pencarian tersebut, mereka menguak rahasia hubungan asmara ayahnya dan asal mula kesuksesan bisnis kretek keluarga. Novel ini juga mengangkat sejarah kretek di Indonesia, dari masa kolonial hingga era PKI.

2. Pulang - Leila S. Chudori

Pulang karya Leila S. Chudori adalah sebuah novel yang mengisahkan perjalanan hidup para eksil politik Indonesia yang terjebak di luar negeri setelah peristiwa G30S pada tahun 1965. Cerita berfokus pada Dimas Suryo, seorang wartawan yang terpaksa tinggal di Paris setelah dilarang kembali ke Indonesia karena keterlibatannya dalam gerakan kiri.

Dimas bersama rekan-rekannya membangun kehidupan baru di pengasingan, sambil terus merindukan tanah air yang tidak bisa mereka kunjungi lagi. Novel ini juga menyoroti generasi kedua melalui anak Dimas, Lintang, yang berusaha memahami masa lalu keluarganya dan identitasnya sebagai keturunan eksil politik.

3. Entrok - Okky Madasari

Entrok adalah novel karya Okky Madasari yang diterbitkan pada tahun 2010. Novel ini bercerita tentang kehidupan dua perempuan dari generasi berbeda, Sumarni dan Rahayu, yang tinggal di sebuah desa di Jawa pada masa rezim Orde Baru.

Novel ini mengeksplorasi isu-isu seputar otoritas, kepercayaan, dan konflik generasi di tengah konteks sosial dan politik Indonesia di bawah kekuasaan Orde Baru. Dengan latar ketidakadilan, korupsi, dan represi, Entrok menyoroti perjuangan individu melawan kekuasaan yang menindas, baik dalam lingkup politik maupun budaya.

Baca Juga: 7 Buku Filsafat Karl Marx untuk Mengasah Nalar Kritis

4. Ronggeng Dukuh Paruk - Ahmad Tohari

Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel karya Ahmad Tohari yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1982. Novel ini bercerita tentang kehidupan Srintil, seorang gadis dari Dukuh Paruk, sebuah desa kecil di pedalaman Jawa, yang dipilih menjadi ronggeng—penari tradisional yang memiliki peran penting dalam budaya desa tersebut. Menjadi ronggeng membuat Srintil dianggap memiliki kekuatan mistis, namun juga menjadikannya simbol eksploitasi, karena profesi itu menuntutnya untuk memenuhi ekspektasi sosial yang sering kali merendahkan martabatnya sebagai perempuan.

Novel ini juga menggambarkan perubahan sosial dan politik di Indonesia pada masa pra dan pasca peristiwa G30S, serta bagaimana perubahan tersebut memengaruhi masyarakat kecil seperti Dukuh Paruk. Ronggeng Dukuh Paruk mengeksplorasi tema-tema tentang kemiskinan, tradisi, takdir, kebebasan, serta ketidakadilan sosial dan politik.

5. September - Noorca M. Massardi

September adalah sebuah novel karya Noorca M. Massardi yang diterbitkan pada tahun 1989. Novel ini berlatar belakang peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965, yang menjadi salah satu momen paling kontroversial dan kelam dalam sejarah Indonesia. September mengisahkan dampak politik dan sosial dari peristiwa tersebut terhadap kehidupan masyarakat, terutama dari perspektif keluarga yang terlibat dan terdampak oleh konflik politik yang intens.

Cerita dalam novel ini menyoroti bagaimana tragedi politik G30S memengaruhi individu-individu secara pribadi, dengan fokus pada pergolakan emosional, tekanan sosial, serta dilema moral yang dihadapi para tokohnya.

Itulah kelima karya sastra Indonesia yang berlatar belakang tragedi tahun 65 dengan alur serta pesan yang disampaikan oleh penulis yang berbeda-beda. Kelima novel ini juga laris di pasaran, dan sering dikupas oleh para penggemar buku.

Baca Juga: 7 Buku Filsafat yang Cocok Dibaca Pemula, Pembahasannya Ringan!

Verified Writer

Myesha Fatina Rachman

when life is like a lemon, just make a lemonade

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya