Museum Etnografi Unair, Rekreasi Belajar Kematian yang Mengasyikkan

Yuk pelajari tentang kematian

Surabaya, IDN Times - Museum Etnografi menjadi primadona wisata di Universitas Airlangga (Unair). Mengusung tema kematian, museum yang berdiri sejak 2005 ini dipenuhi oleh tulang-belulang dan informasi seputar kematian. Belum lama ini, museum seluas 24x16 meter ini meraih penghargaan Anugerah Purwakalagrha 2018 sebagai museum terunik di Indonesia.

"Pada 2005, museum ini cuma digunakan untuk menyimpan barang-barang temuan hasil penelitian jurusan antropologi, cuma ada dua ruangan. Itupun satunya hanya storage dan satunya ruangan etalase gitu," kata Ari Setiawan, salah satu pengurus museum, kepada IDN Times, Minggu (21/10).

Ingin tahu lebih seputar museum ini? Yuk simak ulasan IDN Times.

Baca Juga: Museum Kematian UNAIR Raih Penghargaan Museum Terunik 2018

1. Ini alasan kenapa mengusung tema kematian

Museum Etnografi Unair, Rekreasi Belajar Kematian yang MengasyikkanIDN Times/Vanny El Rahman

Awalnya, museum ini dibangun demi kepentingan akademis jurusan Antropologi Unair. Sejak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan dana hibah sebanyak Rp2 milliar, tempat ini mulai direnovasi menjadi sarana rekreasi sekaligus belajar tentang kematian.

"Kami dapat dana hibah tahun 2015 kemudian direnovasi dan diresmikan pada 2016. Kenapa temanya kematian? Karena Antropologi Unair ada dua peminatan, yaitu ragawi dan budaya. Nah tema kematian ini beririsan di antara keduanya, jadi kematian di sini kami bahas sebagai budaya dan segi keilmuannya," terang alumni jurusan Antropologi Unair itu.

Mulai dari tulang replika hingga tulang asli dan informasi seputar budaya pemakaman serta kematian di Indonesia, semuanya tersaji di museum ini.

"Kami berbeda ya dengan museum lain yang collection minded. Kami ada koleksi replika, ada juga tulang asli, tapi gak semuanya yang asli kami pajang. Kami lebih mengedepankan infografis tentang kematian itu yang membuat menarik. Jadi tujuan kami memang mengedukasi supaya kematian tidak menyeramkan dan ternyata budaya kematian di Indonesia itu beragam," bebernya.

2. Apa saja sih kegiatan di museum ini?

Museum Etnografi Unair, Rekreasi Belajar Kematian yang MengasyikkanIDN Times/Vanny El Rahman

Museum ini terbuka bagi umum dari Senin-Jumat pukul 10.00-16.00 WIB. Selain menyajikan informasi seputar kematian, museum ini juga memiliki kegiatan edukasi berupa bone class yang menyasar siswa-siswa SMP dan SMA.

"Kalau kunjungan kami semuanya gratis, tapi jam jadwalnya masih seperti jam operasional kampus. Kami juga ada kelas dan pelatihan-pelatihan untuk mengenali tulang-tulang manusia," imbuh Ari.

"Untuk sementara ramai dikunjungi oleh mahasiswa Unair ya, karena memang jadwal bukanya belum seperti museum pada umumnya," ujarnya.

3. Ari berharap museum ini menjadi sarana untuk memperkenalkan Unair

Museum Etnografi Unair, Rekreasi Belajar Kematian yang MengasyikkanIDN Times/Vanny El Rahman

Museum ini hanya memiliki satu lantai dengan lima ruangan ditambah satu aula. Setiap ruangan memiliki infografis dan replika tulang masing-masing. Untuk menambah daya tarik pengunjung, museum ini menunjukkan koleksi tulang-belulang aslinya di ruangan depan.

Pengunjung bisa memasuki lorong gelap yang menampilkan replika manusia di kuburan. Selanjutnya, pengunjung bisa menyaksikan berbagai model kuburan dalam kebudayaan Indonesia. Museum ini diperkirakan mampu menampung hingga 100 pengunjung.

"Harapnnya bisa lebih diperluas lagi ruangan museumnya karena banyak yang kami ingin kerjakan. Kami ingin menambah infografis baru. Dan memang wacananya nanti lantai dua mau dijadikan museum juga. Kami juga berharap museum ini beroperasi layaknya museum lainnya," harap Ari.

Baca Juga: Dianggap Peduli Museum, Risma Diganjar Penghargaan Nasional

Topik:

  • Edwin Fajerial

Berita Terkini Lainnya