Berkunjung ke Makam Kiai Kholil Al-Bangkalani, Guru Pendiri NU 

Gurunya para ulama yang kaya akan karomah dan ilmu

Bangkalan, IDN Times - Mengenakan peci dan berkoko putih, Abdul Fatah tampak khusyu memimpin tahlil di depan makam Kiai Muhammad Kholil Al-Bangkalani. Kala itu jarum jam menunjukkan pukul 12.10 WIB, bertepatan dengan Minggu (17/6). Teriknya matahari tidak mengendurkan semangat rombongan ziarah yang dipimpinnya. Lantunan doa dan kalimat pujian terus mengalun.  

"Al-Faatihah," lantun Fatah beberapa saat kemudian. Para peziarah serentak melafalkan surah pertama dalam Alquran itu. Usai membaca Al-Fatihah, mereka mengusapkan tangan ke wajah, menandakan ritual ziarah kubur telah usai. 

Kiai Kholil Al-Bangkalani lahir di Bangkalan, Jawa Timur, sekitar tahun 1820 masehi. Ia disemayamkan di Masjid Pasarean, sekitar 28 kilometer dari Jembatan Suramadu. Dari Suramadu, kurang lebih memakan waktu 35 menit perjalanan untuk tiba di makam seorang ulama kharismatik yang wafat sekitar tahun 1925.  

Warga Jawa Timur menyebutnya sebagai 'Syaikhona'. Berakar dari bahasa Arab yang artinya adalah guru kita. "Almarhum ini gurunya Kiai Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Hampir semua ulama besar di Indonesia gurunya itu Syekh Kholil Al-Bangkalan," terang Fatah kepada IDN Times seusai membaca tahlil, Minggu (17/6).  

Makam Kiai Kholil terletak beberapa meter di sebelah kanan tempat imam memimpin salat. Masjidnya cukup megah, mampu menampung ribuan jemaah. Arsitektur bergaya Arab memanjakan mata setiap pengunjung.  Ingin mengenal sosok Kiai Kholil lebih jauh? Berikut cerita perjalanan IDN Times.

1. Kiai dengan banyak karomah

Berkunjung ke Makam Kiai Kholil Al-Bangkalani, Guru Pendiri NU IDN Times/Vanny El Rahman

Di Tanah Madura, Kiai Kholil dianggap sebagai waliyullah. Perannya dalam menyebarkan ajaran Islam telah melahirkan ulama-ulama kharismatik. Konon, kharisma dan wibawa yang dimiliki oleh Soekarno, sambung Fatah, tidak lepas dari tangan asuhan Kiai Kholil.  

Sebagai seorang wali, Kiai Kholil dikaruniai oleh Allah SWT kemampuan yang tidak bisa dijelaskan oleh logika. Menurut kepercayaan Islam, hal itu dikenal sebagai karomah. Kesaktiannya pun sudah tidak asing di telinga para santri dan ulama se-antero Nusantara.  

"Wah banyak sekali karomahnya Kiai Kholil. Misalnya, beliau pernah punya santri. Yang saking bodohnya, santri itu gak bisa doa kecuali nyebut 'beton 10 diambil 1 tinggal 9'. Tapi Kiai Kholil bilang, 'Ya sudah amalkan itu terus'. Saking nurutnya sang santri, akhirnya bacaan itu terus diamalkan setiap selesai salat," beber dia.  

Fatah melanjutkan ceritanya. Suatu ketika, sebelum almarhum berangkat haji ke Tanah Suci, beliau menitipkan pondok pesantren yang dibinanya kepada sang santri. "Santrinya manut, gak ingin membantah." Ternyata, sandal kayu kesayangan sang kiai tertinggal, padahal yang bersangkutan sudah berada di Tanah Haram. 

"Kemudian si santri masuk ke kamar sambil baca beton 10 diambil 1 tinggal 9. Bacanya sambil memejamkan mata. Gak lama setelah berdoa, pas buka mata, dia sudah berada di Masjidil Haram. Dia menunggu Kiai Kholil menyelesaikan salatnya. Terus kata Kiai 'Wah ini saya cari sandalnya. Ya sudah kamu habis ini kembali ya. Baca doa yang tadi,'. Dibacanya doa tadi, dan luar biasa, sang santri sudah kembali ke pondok," ujarnya.

2. Berkah sang kiai dirasakan penduduk setempat

Berkunjung ke Makam Kiai Kholil Al-Bangkalani, Guru Pendiri NU IDN Times/Vanny El Rahman

Meski sudah lama wafat, nama besar Kiai Kholil memberikan berkah bagi warga Bangkalan dan Madura. Memasuki hari ketiga perayaan Lebaran, komplek makam Kiai Kholil dipenuhi peziarah.  

Untuk berziarah ke makam yang terletak di masjid itu, para peziarah tidak dikenakan biaya. Para peziarah dipersilakan untuk menyisihkan sebagian harta sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Uang yang disedekahkan nantinya digunakan untuk biaya operasional kegiatan masjid.  

Usai berdoa di dekat makam Kiai Kholil, para peziarah bisa merasakan sajian kuliner khas Madura. Sekitar 50 meter dari pelataran masjid, deretan pedagang dengan gerobak berlomba-lomba menyajikan makanan terbaiknya. Mulai dari sate madura, mie ayam, es kelapa, semuanya bisa dinikmati dengan kocek miring.  

"Sate ayam Rp1.000 untuk satu tusuknya, sate kambingnya Rp2.000. Mie ayam sama es kelapanya juga murah-murah," kata Rahman, salah seorang pengunjung dari Gresik, Jawa Timur.  

Selain wisata kuliner, peziarah juga bisa membeli celurit, golok, dan serangkaian pedang sebagai buah tangan. Tentunya kualitas barang nomor wahid yang disajikan kepada pengunjung. Harganya pun tidak buat kantong menjerit. Hanya dengan modal Rp25.000, kamu bisa membawa pulang pisau dan golok anti-karat.  

 

Baca Juga: Kampung Arab Ampel, Wali Songo hingga Kisah Kakek Anies Baswedan

3. Wisata religi bagi sang buah hati

Berkunjung ke Makam Kiai Kholil Al-Bangkalani, Guru Pendiri NU IDN Times/Vanny El Rahman


Tidak sedikit para peziarah yang membawa sang buah hati untuk berziarah ke makam Kiai Kholil. Salah satunya adalah Miftachul Anam. Pria asal Jambi yang lahir di Jawa Timur itu mengaku sengaja membawa sang anak untuk berziarah ke makam Kiai Kholil.  

Miftachul mengaku, kesempatan pulang kampung tahun ini tidak disia-siakan olehnya untuk melakukan wisata religi bersama sang istri dan sang anak. "Mudik gak tiap tahun. Tadi sebelumnya ke makam Sunan Ampel di Surabaya. Terus lanjut ke sini," ujar dia.  

Miftachul bersama sang anak tampak khidmat. Saat berdoa, sang ayah turut mengangkat tangan sang anak yang kala itu mengenakan pakaian berwarna pink. Baginya, menyambangi makam orang-orang soleh menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan semangat beribadah sejak dini.  

Bagaimana, kamu tertarik ziarah ke makam Kiai Kholil?

Baca Juga: Berusia 500 Tahun, Ini Arti Tulisan Kuno di Ampel Surabaya

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya