TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Bangunan Kolonial di Kota Malang, Cocok Buat Penghobi Sejarah  

Memiliki nilai cagar budaya dan bersejarah.

Potret Balai Kota Malang. kelsumbersari.malangkota.go.id

Malang, kota yang dikenal dengan udara sejuk dan pemandangan indah, juga menyimpan kekayaan sejarah. Di balik hiruk-pikuk kehidupan modern, Malang masih menyisakan berbagai bangunan tua yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Bangunan-bangunan ini tidak hanya menawarkan arsitektur yang megah dan unik, tetapi juga menyimpan cerita-cerita masa lampau yang membentuk identitas kota ini. Dalam artikel ini, telah dirangkum beberapa bangunan tua di Malang yang penuh cerita dan sejarah, mengajak kamu untuk mengenal lebih dalam warisan budaya yang tertanam di setiap sudutnya. 

1. Balai Kota Malang

Terletak di Jl. Tugu No.1, Kiduldalem, Kec. Klojen, Balai Kota Malang adalah salah satu bangunan bersejarah yang menjadi ikon penting di kota Malang. Dibangun pada tahun 1927, gedung ini merupakan hasil arsitek Belanda, HF Horn, yang terkenal dengan gaya arsitektur kolonial Hindia Belanda. Balai Kota Malang dirancang dengan mengadopsi gaya arsitektur Indische Empire, yang memadukan elemen arsitektur Eropa dengan adaptasi terhadap iklim tropis Indonesia. 

Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan kota, tetapi juga menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah Malang. Hingga saat ini, Balai Kota Malang tetap menjadi simbol kekuasaan dan pemerintahan, sekaligus menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik bagi pengunjung yang ingin mengenal lebih jauh tentang masa lalu kota ini. 

Baca Juga: 5 Kafe Tematik di Blitar, Ada Konsep Kolonial 

2. Gereja Immanuel

Gereja Immanuel dibangun mulai pada tanggal 30 Juli 1861 dan resmi digunakan sejak 31 Oktober di tahun yang sama dengan nama Protestanche Gemente te Malang sebagai tempat ibadah orang-orang Belanda dan Eropa. Pendeta pertamanya bernama JFG Brumund yang meninggal di Malang pada tahun 1863. Arsitektur Gereja Immanuel bergaya gotik, yang merupakan khas masa pertengahan abad 19, dengan menara yang menjulang tinggi, jendela-jendela kaca yang berwarna indah, dan interior yang megah. Gereja ini juga menjadi salah satu gereja tertua di Malang, yang masih aktif digunakan hingga saat ini.

Gereja Immanuel berada di ujung paling utara atau pojok sisi dalam pertemuan Jalan Merdeka Barat dan Jalan Arif Rahman Hakim. Selain fungsinya sebagai tempat ibadah, Gereja Immanuel juga sering menjadi lokasi berbagai kegiatan sosial dan budaya. Dengan latar belakang sejarah yang kaya dan arsitektur yang menawan, Gereja Immanuel tidak hanya menjadi pusat spiritual, tetapi juga sebuah warisan budaya yang tak ternilai bagi kota ini.

3. Kampoeng Heritage Kajoetangan

Kampoeng Heritage Kajoetangan (Kampung Kayutangan) merupakan salah satu kampung tua yang berganti menjadi destinasi wisata di tengah Kota Malang. Kampung tersebut diresmikan pemerintah menjadi wisata pada tanggal 22 April 2028, yang kemudian menjadi berbasis budaya dengan menyuguhkan keaslian kampung beserta peninggalan sejarah, bangunan, kuliner serta sosial budaya masyarakatnya. Kampung Kayutangan memiliki potensi ada 5, yakni wisata bangunan tua dan bersejarah, situs religi, kuliner dan kegiatan perdagangan, eksplor sungai serta yang terakhir event dan kegiatan.

Wisata bangunan tua dan bersejarah menjadi salah satu kekhasan untuk menguatkan label heritage yang diusungnya. Saat ini Kampung Kayutangan memiliki 23 spot rumah yang bernuansa heritage. Selain menghadirkan visual yang memanjakan mata melalui desain arsitektur yang sebagian besar dipertahankan keasliannya.

4. Gedung KPPN Malang

Salah satu bangunan yang memiliki cerita masa lampau di Kota Malang adalah Gedung Regional Chief Economist (RCE) Center. Gedung ini menjadi salah satu bagian dari kompleks Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN) Malang. Bangunan yang terletak di Jalan Merdeka Selatan ini dulu merupakan kantor ppusat pemerintahan bersama Keresidenan Malang atau Kantor Besar Oentoek Bestuur. Di dalamnya ada beberapa ruangan dengan berbagai fungsi, di antaranya ruang residen, ruang asisten residen, ruang pengadilan, ruang jaksa, hingga kas negeri. 

Gedung ini dibangun pada 1936, dan merupakan hasil rancangan arsitek asal Belanda yang bernama M.B. Tideman. Dengan desain Gedung KPPN Malang, Tideman ingin mengekspresikan monumentalitas pedesaan yang sesuai dengan situasi Kota Malang saat itu. Dibangun dengan atap yang tinggi dan tertutup warna cerah, bak rumah pertanian di Saxon pada abad ke-18 yang memancarkan kedamaian dan suasana pedesaan. 

Verified Writer

Myesha Fatina Rachman

when life is like a lemon, just make a lemonade

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya