Pakar Kebencanaan UB: Kegiatan di Rumah Saja Kurangi Potensi Longsor 

Kurangi frekuensi gelombang seismik

Malang, IDN Times - Sebuah teori menarik diungkapkan oleh Pakar Kebumian dan Kebencanaan Universitas Brawijaya (UB) Prof. Adi Susilo. Ia menyebutkan bahwa kegiatan di rumah saja bisa meminimalisir terjadinya bencana longsor.

Tetap berada di rumah secara tidak langsung akan mengurangi penggunaan kendaraan berat, seperti pesawat terbang, kendaraan darat yang bertonase besar atau kecil. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap frekuensi adanya gelombang seismik, akibat kendaraan, yang menjadi salah satu penyebab bencana longsor.

1. Di rumah saja bisa kurangi frekuensi gelombang seismik

Pakar Kebencanaan UB: Kegiatan di Rumah Saja Kurangi Potensi Longsor unsplash.com/nicolas coolz

Gelombang seismik yang dihasilkan oleh aktifitas normal manusia memang cukup besar. Terutama dari kendaraan-kendaran bertonase besar. Getaran yang dihasilkan tersebut mempengaruhi struktur tanah dan bangunan. 

"Berkurangnya aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan berat dan pesawat terbang akan berpengaruh terhadap frekuensi timbulnya gelombang seismik. Gelombang seismik ini adalah gelombang yang merambat pada bagian dalam bumi, dan juga permukaan bumi" katanya, Kamis (23/4). 

2. Jadi momen bumi untuk beristirahat

Pakar Kebencanaan UB: Kegiatan di Rumah Saja Kurangi Potensi Longsor Ilustrasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Adi menjelaskan bahwa gelombang seismik dalam frekuensi tertentu bisa memicu terjadinya longsor Seperti yang pernah terjadi di provinsi Jawa Barat beberapa waktu lalu. Gelombang ini diakibatkan dari getaran kendaraan yang lewat. Berkurangnya aktifitas manusia di luar menjadi momen bumi berisitirahat, sekaligus mengurangi proses yang ada di kulit bumi.

"Jika frekuensi getaran sama dengan frekuensi bangunan, maka akan menimbulkan resonansi bangunan sehingga bisa menyebabkan kerusakan, seperti retak," jelas Adi.

"Apalagi daerah daerah pesisir utara sangat kuat sekali dilewati getaran-getaran seismik. Daerah di pesisir utara seperti Surabaya berasal dari endapan non vulkanik, seperti lempung dan lumpur. Semakin kuat getarannya maka pengeruh terhadap kerusakan bangunan akan semakin besar," imbuhnya. 

3. Mobilitas akan kembali naik setelah pandemik berakhir

Pakar Kebencanaan UB: Kegiatan di Rumah Saja Kurangi Potensi Longsor Pexels/Alexander Cruzado Abanto

Menurut Adi, saat ini aktivitas manusia memang relatif berkurang. Banyak masyarakat yang memilih untuk tetap di rumah demi mengurangi kemungkinan tertular virus corona. Meskipun begitu, Adi mengaku khawatir ketika masa pandemik ini berakhir. Manusia akan kembali beraktifitas normal dan hal itu bisa mengganggu keseimbangan alam yang saat ini mulai membaik.

"Sekarang bumi relatif istirahat dari dilewatinya getaran seisimik dan bencana alam yang lain juga berkurang. Saya justru khawatir setelah ramadhan dan pandemi berakhir, mobilitas serta kebutuhan banyak maka kondisi alam akan menjadi lebih buruk lagi," pungkasnya. 

Baca Juga: Rawan Tanah Longsor Susulan, 16 Warga Ponorogo Mengungsi 

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya