Mengapa IDN Times Memilih Format Listicles? 

Format ini sudah dijalani sejak 2015

Jakarta, IDN Times –  Topik apa saja yang menarik untuk generasi langgas alias millennials?

Founder dan CEO IDN Media, Winston Utomo, mengajukan pertanyaan itu kepada saya, kala pertama kali kami bertemu tahun lalu. Winston dan adiknya, William Utomo mendirikan IDN Times empat tahun lalu, tepatnya 8 Juni 2014, di Surabaya. Berawal dari artikel-artikel hiburan dan viral, sejak Oktober 2017, IDN Times menyajikan artikel berita aktual maupun reportase mendalam (indepth reporting).

“Millennials menyukai beragam topik aktual, dari politik, hukum, ekonomi, kriminal sampai isu sosial. Tantangannya adalah bagaimana memilih sudut pandang dan menyajikannya,” jawab saya saat itu.

Saya bergabung dengan IDN Times sebagai Editor-in-chief atau pemimpin redaksi sejak pertengahan Desember 2017. Ini kali ketiga saya bergabung dengan organisasi media digital. Jawaban tentang topik yang disukai millennial di atas adalah hasil dari pengamatan saya di dua media digital, dan intensitas mengamati media sosial.

Saya pengguna media sosial yang sangat aktif. Media sosial penting bagi saya untuk mengamati percakapan dan menemukan isu dan sudut pandang menarik, mendapatkan narasumber, mempromosikan konten dan mendapatkan masukan balik (feedback).

Dari media sosial saya menyimpulkan bahwa millennials, pengguna terbesar media sosial, punya rasa ingin tahu yang tinggi terhadap isu aktual. Mereka menyampaikan pendapat dan opini secara merdeka dan terbuka.

Bagaimana dengan penyajian? Kalian tentu mengikuti bagaimana sebagian pengguna Twitter melakukan semacam “kultwit” alias kuliah-Twitter dengan menggunakan nomor?  “Kultwit” yang menarik menjadi salah satu cara menarik jumlah pengikut (followers).  Banyak yang rajin membuatkan rangkumannya dalam bentuk “Chirpstory”, sebuah layanan di mana konten viral dari Twitter, Facebook dan Instagram dikumpulkan agar mudah dibaca kemudian.

Chirpstory adalah penyajian listicles, yaitu artikel yang disajikan dengan format daftar, di media sosial.  Millennials rupanya menyukai format ini.

Maka, saya menganggap strategi yang dilakukan IDN Times, media yang memiliki tujuan sebagai “The Voice of Millennials and Gen Z” sudah tepat.

“IDN Times sejak awal berdiri memilih format listicles dalam menyajikan konten, termasuk berita, karena terjadinya perubahan fundamental dalam bagaimana generasi millennials dan gen Z mengkonsumsi konten. Mereka lebih suka format listicles,” kata Winston. IDN Times melakukannya secara konsisten untuk semua artikel sejak 2015.

Ada pengecualian, untuk artikel opini, fiksi ataupun puisi.

Baca Juga :  Perbedaan artikel listicles Vs Narasi

Tapi bahkan opini pun bisa menggunakan listicles.  Contohnya artikel ini. Mengapa?

1. Format listicles membantu menyaring informasi penting di tengah era tsunami informasi

Mengapa IDN Times Memilih Format Listicles? Pixabay/Ilustrasi Millennials

Bahkan bagi generasi X seperti saya, yang lahir antara tahun 1965 sampai 1980, format listicles membantu saya menyaring jutaan informasi yang beredar di media sosial setiap detik.

Artikel dalam format listicles yang juga disajikan dalam judul, misalnya, “5 Hal Yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Lindswell Kwok, Ratu Wushu Asia”, membantu saya menyortir informasi terkait Lindswell Kwok.

Saya ingat kelas menulis pidato yang pernah saya ikuti.  Pengajarnya adalah Dino Patti Djalal.  Dino dikenal sebagai penulis semua naskah pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk acara internasional.

“Format bullet points, adalah format yang efektif baik bagi penulis, yang menyampaikan pidato, maupun khalayak,” kata Dino.   

Dino yang diplomat senior ini mengatakan, pidato dalam bentuk daftar membuat konten disusun lebih sistematis. Waktu penyampaikan bisa dibuat lebih efisien. Terstruktur.  Khalayak mudah menangkap esensi dari pidato.

Buat wartawan, termasuk saya, lebih mudah membuat berita. Pidato yang berkepanjangan tanpa listicles, membutuhkan upaya untuk menemukan “inti” dari pidato itu.

Stephanie Denning, dalam tulisannya di laman Forbes.com menuliskan bahwa format listicles membuat konsumen mendapatkan inti kebijaksanaan dari tsunami informasi termasuk ribuan tulisan yang berkualitas baik.

2. Millennials dan Gen Z memiliki waktu yang lebih terbatas dalam mengkonsumsi konten informasi

Mengapa IDN Times Memilih Format Listicles? IDN Times/Sukma Shakti

Winston dan William, kedua pendiri IDN Media (perusahaan yang menaungi IDN Times), adalah dua millennials. Winston berusia 27 tahun, William 25 tahun.

“Millennials memiliki cara yang berbeda dan waktu lebih singkat untuk mengkonsumsi sebuah konten informasi. Kita sebagai media harus beradaptasi dan menyesuaikan format konten kita sesuai apa yang mereka inginkan,” kata Winston.

Karena itu format listicles yang dilakukan IDN Times sejak awal, bertujuan menyajikan highlight penting dalam sebuah peristiwa atau informasi, dan menempatkannya di sub judul.  Kami menyebutnya judul “subhead”.

Pembaca kami yang punya keterbatasan waktu bisa membaca sub judul untuk tahu apa inti dari informasi atau peristiwa.

Denning, yang menerbitkan buku berjudul “The Age of Agile” tahun ini, banyak menuliskan artikel kepemimpinan dari perspektif millennials.  Dia mengkonfirmasi kecenderungan millennial memiliki waktu terbatas dalam konsumsi informasi aktual.

“Dengan tsunami informasi, otak kita secara otomatis akan mencari mekanisme menyortir informasi dan mencoba memahaminya. Secara alamiah sebenarnya kita mencari bentuk listicles.  Ibaratnya, otak kita berkata, ‘Akhirnya!’  Ketika otak kita menemukan artikel yang sudah diorganisasikan dalam bentuk daftar, akan mendorong untuk kita membaca artikel itu,” kata Denning.

Menurut dia, yang dicari di internet saat ini adalah dua hal: artikel yang ditulis dengan baik dengan konten yang baik pula. Tantangan kita bagaimana  menyajikan internet nuggets, atau inti informasi dari internet, sebagaimana yang digambarkan di grafis di atas.

3. Millennials juga menyukai artikel longform dalam bentuk listicles

Mengapa IDN Times Memilih Format Listicles? IDN Times

Sering disebutkan bahwa millennials cenderung menyukai informasi instan. Media digital pun menuai kritik karena bertanggungjawab membentuk pola baca hal-hal yang sifatnya instan, dengan alasan keterbatasan waktu.

Pendapat di atas tidak sepenuhnya benar.  Millennials membutuhkan dan mau mengkonsumsi artikel panjang (longform). Jenis artikel panjang seperti apa yang mereka sukai?

Pertama, Explainer.  Artikel yang menjelaskan duduk perkara sebuah peristiwa.  Bisa karena peristiwanya terjadi saat mereka belum lahir atau masih kecil, misalnya tentang peristiwa tahun 1965 atau Reformasi Mei 1998.

Kedua, laporan mendalam tentang hal yang cukup berat bagi mereka. Misalnya “Memahami  Sejarah Panjang Kontrak Freeport di Indonesia”,  dan Mengapa Desa Tenggulun di Lamongan sempat dicap sebagai “desa teroris”

Jika artikel pendek dengan 400-500 kata pun perlu disajikan dalam bentuk listicles agar mudah dicerna, maka artikel panjang dengan 800-1000 kata lebih perlu.

Di atas saya menyampaikan tantangan penyajian yang pas untuk khalayak millennials. IDN Times memiliki signature konten, yaitu “FYI”, yang berasal dari singkatan For Your Infographics.  Ini semacam explainer yang disajikan dalam grafis.  Redaksi memilih tema yang aktual seperti “Apa salah dan dosa micin”, pula “Hari AIDS dan Upaya Menghapus Stigma”.

Jadi, jika kalian membaca sebuah artikel yang disajikan dengan format listicles, hampir dipastikan itu adalah artikel IDN Times.

Dari “10 Potret Ambar Dwi Klaudiyah, Paspampres Memesona yang Curi Perhatian”, hingga “5 Prestasi Mentereng Pebulu Tangkis Anthony Ginting, Atlet Sejati!”, itu adalah artikel-artikel listicles IDN Times.

Terima kasih kepada semua pembaca setia IDN Times. Mari kita berjuang bersama untuk Indonesia yang lebih baik lagi.

Baca Juga: IDN Media, Perusahaan Media untuk Millennial dan Gen Z, Raih Pendanaan Seri B

Topik:

  • Yogie Fadila
  • Hendrick Zaki

Berita Terkini Lainnya