[OPINI] Liga Indonesia: Sepak Bola Tanpa Hukum

Kita dipaksa melihat pembodohan hukum di setiap pertandingan

Tidak ada model hukum yang sangat di detail di dunia ini, baik dalam pembuatannya dan praktiknya kecuali hukum olahraga. Sepak bola adalah salah satu cabang olahraga yang mempunyai ciri khas hukumnya sendiri yang dibuat di era Football Association (FA) dikembangkan oleh FIFA melalui International Football Association Board (IFAB) dan disebarkan keseluruh anggota FIFA yang tersebar hampir di seluruh dunia.

Di level Asia kita mengenal Asian Footbal Confederation (AFC), hingga level teritorial Indonesia, kita telah mengenal Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). Ini adalah gambaran umum bahwa hukum bukan hanya hidup dan berkembang melalui domain negara yang diciptakan oleh Pemerintah saja. Tetapi, ada hukum yang hidup dan berkembang di luar domain negara, lintas transnasional, disepakati, ditaati, ditegakkan dan dipraktekan hampir diseluruh negara yang bersumber pada Statuta FIFA hingga Statuta PSSI.

Liga Indonesia adalah salah satu kompetisi sepak bola di Indonesia yang mempunyai nilai pasar yang tinggi dan fanatisme yang mengakar hampir diseluruh pecinta sepak bola tanah air. Nilai pasar yang tinggi dan fanatisme itu tidak diimbangi dengan kualitas pertandingan yang dipertontonkan, padahal di sana telah ditampilkan pemain-pemain yang berlabel profesional yang berasal dari bumi pertiwi hingga negara lain, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas liga Indonesia menjadi lebih baik.

Kualitas kompetisi yang baik tidak bisa lepas dari kepemimpinan wasit yang adil di setiap pertandingan. Inilah salah satu faktor yang jarang dianalisa oleh pakar sepak bola di Tanah Air, mereka hanya fokus pada kualitas pemain, taktik pelatih, fasilitas stadion, kisruh suporter, hingga menyalahkan PSSI karena gagal membawa Timnas juara di setiap turnamen yang diikutinya. Masalah besar yang sering dilewatkan itu adalah kontroversi kepemimpinan wasit di lapangan yang dibiarkan dan terjadi secara berulang-ulang.

Hampir setiap pekan dalam series BRI liga satu, kita melihat beberapa keputusan wasit yang kontroversial, memberikan hukuman tanpa adanya pelanggaran atau sebaliknya membiarkan pelanggaran dengan tujuan untuk tidak memberikan hukuman.

Salah satu fakta hukum keputusan wasit yang kontroversial terjadi ketika pertandingan Madura United Vs Persebaya Surabaya, Senin(28/2/2022) lalu. Saat itu striker Persebaya,  Samsul Arif dengan jelas ditendang dari belakang, tepat di dalam kotak penalti. Wasit Agus Fauzan yang berada tepat di depan Samsul bergeming. Ia tidak menyatakan itu suatu pelanggaran dan tetap melanjutkan pertandingan.

Bagi penonton di layar televisi, saya merasakan suatu keanehan dalam sepak bola kita. Bagaimana saya melihat kualitas gambar yang ditampilkan semakin mengarah ke kemajuan teknologi, tetapi kualitas kepemimpinan wasit di lapangan tidak ada progres perbaikan.

Kita dipaksa melihat pembodohan hukum di setiap pertandingan, melalui siaran ulang kita tahu secara jelas adanya pelanggaran, tetapi secara fakta di lapangan wasit memutuskan tidak ada pelanggaran. Bagaimana kita bisa bertahan dengan tontonan seperti ini?

Keadilan wasit di lapangan adalah modal utama untuk memperbaiki kualitas pertandingan dan kompetisi sepak bola. Dialah wakil Tuhan di lapangan yang ditugaskan untuk menegakkan panji-panji keadilan dalam peraturan sepak bola.

Mereka membutuhkan teknologi pendukung seperti Video Assistant Referee (VAR), mereka perlu diawasi, mereka perlu kritik dan harus diviralkan di sosial media terkait keputusan kontroversialnya. Bahkan, harus lebih viral dari berita kemenangan sebuah team dari kontestan liga 1.

Pertandingan sepak bola tidak boleh dilepaskan dari penegakan hukum di dalamnya. Kualitas pemain, taktik tim hingga kualitas gambar yang bagus di layar televisi hanya memberikan satu langkah kemajuan, tetapi akan mundur empat langkah ke belakang jika di setiap pertandingan wasit selalu menyepelekan hukum dan membuat keputusan yang kontroversial. Selamat datang di era kemunduran sepak bola nasional!

 

 

Ferry Anggriawan S.H., M.H

Dosen Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang

Baca Juga: Menangi Derby Suramadu, Persebaya Tembus 4 Besar

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya