Komunitas Puisi Selapanan, Seniman Desa yang Mulai diterima di Kota
Banyuwangi, IDN Times - Komunitas Selapanan Sastra yang biasanya tampil di desa-desa Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, kali ini bakal mencoba tampil di kawasan kota Banyuwangi. Pagelaran sastra di kota bakal berlangsung di Dinas Pariwisata Banyuwangi, Sabtu (29/6) sekitar pukul 18.30 WIB.
1. Anak-anak desa tampilkan karya sastra
Mengusung tema "Sastra Dari Desa" para pemuda dengan beragam latar belakang profesi tersebut bakal menampilkan pertunjukan baca puisi, teatrikal, monolog, musik dan diskusi kesusastraan.
"Para pemuda total ada 20 orang yang tampil. Saya sendiri bakal mengiringi musikalisasi puisi," kata Mohamad Syahrul Munir (28), Koordinator Selapanan Sastra saat ditemui di kediamannya, Desa Wringinputih, Jumat (28/6).
2. Berharap pertunjukkan sastra merata

Munir mengatakan, komunitas Selapanan Sastra memang ingin tampil di kawasan kota. Selain menunjukkan bahwa sastra masih kuat di kalangan pemuda, mereka juga berharap agar pertunjukkan sastra bisa semakin merata.
"Harapan teman teman bersama, sastra bisa merata, tidak di kalangan tertentu. Panggung panggung perform lebih banyak di kota dan masih berkutat di kampus kampus," paparnya.
Selapanan sastra juga berharap, adanya pementasan di kota bisa mengajak para sastrawan di Banyuwangi bersatu saling menguatkan.
"Harapan tampil di kota, sastrawan bisa melingkar bersama di sana. Bicara, diskusi bersama, sastra iso berkembang," terangnya.
3. Anggota dari pedagang hingga mahasiswa
Penghujung acara, selain pementasan sastra, komunitas Selapanan Sastra bakal menggelar diskusi, ditemani sastrawan Banyuwangi, Fatah Yasin Nor dan Taufik WR Hidayat. Anggota Selapanan Sastra sendiri berasal dari beragam profesi, yang sebagian besar kalangan pemuda.
"Anggota kami beragam, ada yang pedagang, guru, mekanik, tukang kayu, jual air, siswa, mahasiswa. Kami ingin menunjukkan bahwa pemuda di desa ini mampu bersastra," kata
Munir sendiri berprofesi sebagai pedagang kopi dan mencintai sastra sejak duduk dibangku SMP. Komunitas Selapanan Sastra terbentuk dari obrolan para pemuda Muncar di warung kopi yang ingin memiliki wadah kreatif di dunia sastra.
"Saya sudah suka nulis puisi sejak SMP. Awalnya gak bayangkan anak pemuda Muncar yang mau tertarik di sastra. Ternyata banyak yang datang dan ingin gabung, karena di Muncar selama iki nggak pernah ada pertunjukan sastra," ujarnya.
4. Dulu terkenal jelek, sekarang bangkit dengan sastra
Sejak komunitas Selapanan Sastra terbentuk pada November 2018, para pemuda ini telah menggelar pertunjukan sastra -yang sebagian besar pembacaan puisi- di ruang terbuka hijau dan kantor-kantor desa.
"Tampil keliling di kantor Desa Wringinputih, Kedungrejo, RTH Blambangan setiap 35 hari sekali (selapanan dalam hitungan Jawa). Penampilan di kota ini yang pertama dan urutan ke 9," jelas pria yang menuntaskan pendidikan terakhir di tingkat SMA ini.
Muncar sendiri dikenal sebagai kawasan penghasil ikan dan industri pengalengan terbesar di Indonesia. Muncar yang dulu terkenal dengan kawasan yang bau, kotor, dengan dinamika kenakalan remaja dan kriminalitas, kali ini Pemuda Muncar ingin menunjukkan bahwa sastra bisa tumbuh dari sana.