Kreatif, Mahasiswa di Jombang Buat Sabun Cuci Tangan dari Minyak Bekas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jombang, IDN Times - Sejumlah mahasiswa Universitas KH Abdul Wahab Hasbullah (Unwaha), Tambak Beras, Kabupaten Jombang membuat sebuah inovasi pada masa pandemik COVID-19. Yakni menciptakan sabun cuci tangan dari bahan minyak bekas atau biasa disebut jelantah. Sabun dalam kemasan batangan itu bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga pola hidup bersih.
Inovasi kreatif para mahasiswa tersebut telah disosialisasikan kepada sejumlah warga Desa Barong Sawahan, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang pada pekan lalu. Masyarakat bisa menggunakan sabun bernilai ekonomis tersebut.
1. Minyak bekas dicampur air, soda api, dan pewangi
Sabun cuci tangan dengan bahan dasar minyak bekas tersebut dicampur dengan bahan lainnya, di antaranya soda api, air bersih, serta pewangi alami. Campuran itu diolah dengan peralatan hand blender, bejana, cetakan, dan kain mori atau saringan. Sebelum dicampurkan ke bahan-bahan lain, minyak bekas terlebih dahulu dimasuki arang dan didiamkan selama kurang lebih 1 hari.
"Hal ini bertujuan untuk mengurangi bau kurang sedap minyak jelantah. Setelahnya, baru minyak jelantah bisa dicampurkan dengan bahan-bahan secara berurutan," kata salah seorang mahasiswi Unwaha, Shintia Ira Claudia kepada IDN Times, Jumat (6/11/2020).
2. Proses pembuatan sabun butuh waktu dua hari
Perempuan berjilbab tersebut mengungkapkan, proses pembuatan sabun membutuhkan waktu kurang lebih 2 hari. Setelah itu, sabun bisa dipakai layaknya menggunakan sabun pada umumnya.
Shintia mengatakan ide pembuatan sabun cuci tangan itu muncul setelah adanya anjuran pemerintah untuk selalu menjaga kebersihan dan menerapkan protokol kesehatan, yang salah satunya yakni dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
"Dari situ kami berpikir, ini kalau orang-orang beli sabun terus, apalagi sekarang musim PHK, musim pemotongan gaji. Makanya kami bikin gimana caranya orang-orang tetap bisa menjaga kebersihan, tetap bisa cuci tangan, tapi gak mengeluarkan uang banyak," ungkapnya.
3. Sabun jelantah disebut ramah lingkungan
Dengan adanya sabun tersebut, Shintia melanjutkan, pengeluaran warga bisa ditekan, yang biasanya digunakan untuk membeli sabun cuci tangan, maka bisa dialihkan keperluan lain yang lebih mendesak seperti makan ataupun kebutuhan pokok lainnya.
"Apalagi ini juga bisa menjaga dan ramah lingkungan. Agar limbah minyak goreng tidak dibuang di sungai, dan tidak terbuang sia-sia," tambahnya.
Mu'limah (45) salah satu warga yang sudah mendapatkan sosialisasi mengaku sabun cuci tangan karya mahasiswa itu sangat bermanfaat bagi dirinya dan warga lainnya. Tak hanya itu juga, nilainya juga ekonomis karena bisa dibuat sendiri dengan bahan yang sederhana dan mudah ditemukan.
"Jadi kita lebih hemat, lebih ekonomis. Sabun ini juga alami, cocok untuk orang-orang di desa maupun di kota. Apalagi dalam musim pandemik seperti ini, saya kira semua orang membutuhkan sabun ini," ucapnya.