Mendadak Jadi Sastrawan, Ini Puisi Ekonom Faisal Basri
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Faisal Batubara atau dikenal dengan nama Faisal Basri adalah ekonom Indonesia yang selalu kritis terhadap kebijakan pemerintah. Sebagai ekonom ulung dan pengajar di Universitas Indonesia, analisis yang disampaikan pria kelahiran 6 November 1959 ini selalu tajam.
Namun, apa jadinya bila seorang ekonom berusia 58 tahun ini mendadak menjadi seorang sastrawan? Melalui seminar #2019PilpresCeria yang digagas oleh ngopibareng.id, Faisal sempat membacakan puisinya yang berjudul Tak Lagi Ku Kenali. Ia sengaja membuat puisi itu supaya Indonesia tidak terpecah belah menjelang Pilpres 2019.
1. Supaya tidak selalu menyajikan data
Dalam berbagai seminar atau kuliah umumnya, Faisal adalah orang yang selalu menyajikan data. Argumentasi berbasis data menjadi ciri khas salah satu tokoh pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) itu. "Saya kan biasanaya menyajikan data. Nah pada kesempatan kali ini saya memulainya dari puisi," kata Faisal di Surabaya, Senin (17/9).
2. Faisal meminta masyarakat memilih pemimpinnya dengan cerdas
Pada kesempatan yang sama, Faisal juga meminta supaya masyarakat menentukan pilihan politiknya berdasarkan pertimbangan yang cerdas. Maksudnya adalah jangan sampai masyarakat termakan data atau argumen tanpa dasar yang diucapkan oleh masing-masing pasangan calon.
3. Berikut isi puisi Faisal Basri
Tak Lagi Ku Kenali
Bukan karena tidak sepaham dengan seseorang lantas kita memusuhinya
Bukan karena tidak sekeyakinan dengan seseorang kita memperlakukannya dengan tidak adil
Bukan karena seseorang pernah mencerca lantas kita menistanya dan memupuk dendam
Bukan karena seseorang memusuhi kita lantas kita tidak menyapanya
Nilai-nilai kemanusiaan melampaui perbedaan pandangan politik
Nilai-nilai demokrasi melampaui partai
Prinsip melampaui pilihan politik
Kebenaran di atas siasat
Jangan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
Persaingan politik sejatinya untuk membuat negara lebih baik bukan untuk memecah belah
Pertarungan politik adalah penawaran gagasan-gagasan baru bukan penajaman perbedaan yang menyuburkan sekat-sekat
Pemilihan umum adalah untuk menghadirkan kontrak politik baru bagi kemajuan bangsa
Kampanye bukan mengumbar janji palsu
Bayang-bayang itu timbul tenggelam
Kadang menymbul nyata tapi kerap menyembunyikan dalam ego
Ke arah mana kaki ini hendak dilangkahkan
Kala tempat berteduh tidak lagi menghadirkan kesejukan
Tetapi
Asa harus terus dibentangkan
Kekuatan berserakan harus dihimpun
Semangat harus terus digelorakan
Bagi perubahan yang menyejahterakan
Jakarta, 16 September 2018
Baca Juga: [PUISI] Terima Kasih Pahlawan