Sopir Taksi Online Asal Surabaya Bikin dan Donasikan Face Shields

Untuk membantu tim medis yang merawat pasien COVID-19

Surabaya, IDN Times - Hati Andrew Wijaya Hidayat tergerak saat melihat tim medis berjibaku di garda terdepan 'perang' melawan virus corona. Saat mereka harus menangani pasien COVID-19, alat perlindungan diri (APD) justru minim. Andrew lantas memutar otak, apa kira-kira yang bisa dia perbuat.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir taksi online itu pun kepikiran untuk membuat face shield. Bentuknya memang sederhana. Tapi paling tidak, perlengkapan untuk melindungi wajah itu sangat berguna bagi tim medis. Face shield bisa mencegah wajah seseorang terkena droplet orang lain.

Andrew dibantu oleh seorang temannya yang bernama Desy Christiani. Biaya awalnya diambil dari kantong pribadi Andrew. Setiap hari dia bisa memproduksi ratusan face shields. Lalu diserahkan kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sekarang, Andrew juga membuka donasi bagi siapa saja yang ingin membantu tenaga medis. Uang yang masuk akan dipakai untuk membeli kebutuhan bahan-bahan pembuatan face shield.

1. Tahu dari YouTube dan konsultasi ke anggota IDI

Sopir Taksi Online Asal Surabaya Bikin dan Donasikan Face ShieldsAndrew Wijaya Hidayat melubangi spons sebagai bahan baku face shield. Andrew Wijaya Hidayat for IDN Times

Bagi Andrew, ada banyak cara untuk menolong orang lain. Tidak ada yang mustahil jika memang mau berusaha. Andrew memang tidak sekolah kedokteran. Awam soal medis. Apalagi membuat APD sendiri. Nol putul.

Tapi bukannya tidak ada jalan untuk belajar. Sumber informasi datang dari mana saja.

"Saya lihat cara membuatnya (face shield) dari YouTube," ucap Andrew mengawali percakapan saat IDN Times menghubunginya melalui telepon, Jumat lalu (5/4).

Meski tahu cara membuat face shield dari YouTube, pria berusia 29 tahun itu tetap berkonsultasi dengan ahlinya. Tidak asal meniru dari internet. Kebetulan dia punya kenalan seorang dokter. 

"Saya konsultasikan ke rekan saya yang tergabung di Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dia bilang, 'coba dulu bikin'. Ya, akhirnya saya buat," lanjut pria berkacamata tersebut.

Nada bicara Andrew di balik telepon begitu antusias. Dia sangat senang bisa membantu tenaga medis. Apalagi di tengah pandemi virus corona seperti sekarang.

Kendati #DiRumahAja, Andrew tetap punya aktivitas yang produktif. Mau tidak mau Andrew memang harus diam di rumah. Tidak ada pilihan lain. Harus diakui, semenjak ada imbauan #DiRumahAja, penumpang memang sepi. Andrew pun berhenti sejenak untuk antar jemput penumpang. Karena tidak narik, Andrew mengandalkan penghasilan dari usaha laundry kecil-kecilan yang baru digelutinya selama tiga bulan terakhir.

2. Pakai bahan-bahan yang murah dan mudah ditemui

Sopir Taksi Online Asal Surabaya Bikin dan Donasikan Face ShieldsFace Shields buatan Andrew Wijaya Hidayat. Andrew Wijaya for IDN Times

Andrew mengatakan, harga normal face shield yang sesuai standar kedokteran sekitar Rp250 ribuan. Tapi saat ini, face shield cukup langka. Kalaupun ada, harganya sangat mahal.

Oleh sebab itu dia berpikir untuk membuat face shield dari bahan-bahan yang murah, tapi tetap mengejar standar yang ada. "Saya buatnya dari mika kliping, spons, dan pengikatnya dari tali elastis yang biasa dibuat di celana. Terus saya buat dan kata rekan saya di IDI, sudah cukup untuk dipakai," kata Andrew.

Anak kedua dari tiga bersaudara itu membeli bahan-bahan pembuatan face shield di berbagai lokasi. Mulai di Dukuh Kupang, Pasar Blauran, sampai Kramat Gantung.

"Kalau belanja kebutuhan bahan-bahan itu habis Rp500 ribu. Tapi ini tentu fluktuatif ya, bahan-bahan itu sekarang juga sudah mulai naik. Jadi ya disesuaikan dengan budget," aku Andrew.

Sekali beli, Andrew membeli 500 lembar mika berukuran A4 atau sekitar 33x22cm. "Kalau tebalnya 0,12 mm. Itu sudah cukup untuk menahan percikan," lanjut Andrew.

Andrew menerangkan, mula-mula dia memotong spons sesuai ukuran yang dibutuhkan. Karet pengikatnya juga dipotong-potong. Spons itu lalu direkatkan ke mika dengan menggunakan lem tembak. "Lalu mikanya itu dibolongi, buat jalur masuknya karet. Karetnya cuma diikat di lubang itu, biar gak lepas. Sederhananya seperti itu," terangnya.

Baca Juga: Penjahit Asal Jombang Banting Setir Buat Masker di Tengah Wabah Corona

3. Rata-rata sehari bisa buat 50-100 buah face shields

Sopir Taksi Online Asal Surabaya Bikin dan Donasikan Face ShieldsAndrew Wijaya Hidayat (tiga dari kiri) menunjukkan salah satu face shield buatannya. Andrew Wijaya Hidayat for IDN Times

Kini, bersama dengan Desy, Andrew rutin membuat face shield tiap hari di rumahnya. Bahkan, tak jarang dia lembur sampai subuh.

"Saya sama Desy ini memang sudah lama bareng-bareng untuk melakukan kegiatan sosial. Syukur dia bisa bantu tenaga," ungkap arek Balas Klumprik ini.

Walau digarap berdua, sebisa mungkin Andrew mencukupi permintaan dari yang membutuhkan. Memang banyak rumah sakit di sekitaran Surabaya yang membutuhkan APD. Dalam sehari, Andrew dan Desy bisa menyelesaikan rata-rata 50-100 buah face shields.

"Kami target memang sehari bikin 100 buah. Biar cepat dipakai oleh yang membutuhkan. Tapi kami juga pernah buat lebih dari itu, pernah sehari itu bikin sampai 500 buah. Ya dikuat-kuatin, seneng-seneng aja kok bisa membantu," ucap Andrew.

Sebelum dikirim, face shields yang sudah jadi itu akan disterilkan terlebih dahulu. "Saya kirimnya ke kantor IDI Surabaya. Sebelum dibawa ke sana, ini (face shield) saya semprot pakai alkohol terus dilap," katanya.

4. Juga punya niat memberikan face shield untuk wartawan

Sopir Taksi Online Asal Surabaya Bikin dan Donasikan Face ShieldsAndrew Wijaya Hidayat menunjukkan salah satu face shield buatannya. Andrew Wijaya Hidayat for IDN Times

Saat ini Andrew juga punya rencana lain. Yakni membuatkan face shield untuk wartawan. Menurutnya, pekerja media juga merupakan sosok yang membutuhkan perlindungan di tengah pandemi corona.

"Wartawan juga butuh, kalau gak ada mereka kita gak akan tahu kondisi terkini penanganan COVID-19 seperti apa. Sampai saat ini kan wartawan masih cari berita," ungkapnya.

Andrew pun membuka lebar bagi wartawan yang mungkin merasa memerlukan face shield. Sebisa mungkin dia akan menyediakan stok khusus bagi para pewarta. Gratis!

"Bisa hubungi saya kalau membutuhkan atau datang langsung ke rumah saya di Jalan Balas Klumprik. Face shield ini dibagikan secara cuma-cuma kok," imbuh Andrew.

Bagaimana jika ada masyarakat umum yang mungkin menginginkan face shield buatan Andrew tersebut? Saat ditanya IDN Times, Andrew tak mempermasalahkannya. Dia mempersilakan siapapun untuk menghubunginya, jika memang butuh.

"Bisa banget kita kasih. Cuma ya kembali akan dilihat, sebutuh apa sih mereka. Kalau gak perlu-perlu banget kan ada baiknya diutamakan buat yang membutuhkan," katanya.

5. Buka donasi bagi siapa saja yang ingin berkontribusi

Sopir Taksi Online Asal Surabaya Bikin dan Donasikan Face ShieldsContoh face shield setengah jadi yang dibuat oleh Andrew Wijaya Hidayat. Andrew Wijaya Hidayat for IDN Times

Andrew memang baru saja melakukan kegiatan sosial ini. Baru 1 April lalu. Tapi, melihat penyebaran virus corona yang semakin masif, termasuk di Surabaya, Andrew sudah punya rencana panjang.

Dia sadar, kocek pribadinya tak akan cukup kalau harus terus-terusan membuat face shield tiap hari. Maka, diapun memutuskan untuk membuka donasi. Siapa saja bisa membantu.

"Saya siap open donasi. Berapapun saya terima. Siapapun boleh nyumbang, biar saya yang bikin dan distribusikan face shield ini. Bisa hubungi saya di 0822 5777 6740," tutur Andrew seraya mempersilakan nomor selulernya untuk dicantumkan di tulisan.

Untuk sementara dia merangkul teman-temannya untuk turut berdonasi. Andrew membagikan informasi pembuatan face shields itu melalui WhatsApp, Facebook, dan Instagram pribadinya. Untuk sementara "Sudah ada beberapa teman yang mau berpartisipasi. Syukur," ujarnya.

Ke depan, jika makin banyak donatur, Andrew sudah merencanakan untuk membuat akun medsos khusus. Tentunya dia juga akan mengajak orang lagi untuk ikut membantu memproduksi face shield. Sebab, kalau cuma dikerjakan dua orang, sedangkan uang donasi yang masuk banyak, Andrew khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan produksi.

"Mungkin saya akan mengajak beberapa tetangga yang memang butuh pekerjaan juga. Jadi biar produksinya juga bisa sesuai dengan uang donasi yang masuk. Saat ini saya juga berusaha merekap uang yang masuk, supaya rapi saat di-share ke teman-teman saya yang sudah menyumbang," tutur Andrew.

Baca Juga: Harganya Murah, Pengusaha Konveksi di Jombang Buat APD Khusus Donasi

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya